Sepanjang Mei-Oktober, Telepon Penipuan yang Terdeteksi Meningkat, Pelaku Kerap Minta OTP Korban
Pelaku penipuan sering menghubungi korban dan meminta kode OTP yang dikirimkan ke ponsel mereka.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Truecaller, aplikasi identifikasi dan pemblokir nomor telepon menunjukkan bahwa upaya penipuan melalui sambungan telepon masih bermunculan selama pandemi Covid-19.
Pelaku penipuan sering menghubungi korban dan meminta kode OTP yang dikirimkan ke ponsel mereka.
Penipu lalu menggunakan kode-kode ini untuk mengakses dompet elektronik atau rekening bank korban.
Baca juga: Dua Warga Batam Jadi Pelaku Penipuan dan Penggelapan di Yogyakarta, Begini Modusnya
Director of Communications Truecaller Kim Fai Kok memaparkan, selama pandemi Covid-19, jumlah telepon penipuan mengalami tren peningkatan.
Pada Maret-April 2020, terutama pada saat awal virus corona menyebar cepat dan beberapa negara memberlakukan lockdown, jumlah panggilan spam sempat merosot.
"Ketika masyarakat luas sedang dalam mode lockdown, para pelaku penipuan pun juga berhenti beraksi selama beberapa waktu," kata Kim Fai Kok melalui keterangan tertulis, Rabu (9/12/2020).
Namun, sejak Mei hingga Oktober 2020, semakin banyak oknum yang memanfaatkan kondisi yang serba tidak pasti di tengah pandemi Covid-19.
Baca juga: Polisi Tangkap Wanita Muda Diduga Pelaku Penipuan Arisan Online Rp 1 Miliar
Di bulan Mei, jumlah panggilan spam mulai tumbuh kembali dan terus meningkat 9,7 persen per bulan.
Truecaller mencatatkan angka panggilan spam tertinggi di bulan Oktober, yaitu 22,4 persen lebih tinggi dari periode sebelum pandemi.
"Bahkan, di tahun yang sulit ini, para penipu dan pengirim spam masih menemukan cara-cara baru untuk mengganggu masyarakat di seluruh dunia," kata Kim Fai Kok.
Sepanjang 2020, Truecaller telah membantu memblokir dan mengidentifikasi total 31,3 miliar panggilan spam, meningkat 18 persen dibandingkan tahun lalu.
Meski begitu, jumlah panggilan dari pelaku spam juga semakin banyak.
Truecaller juga telah membantu mengidentifikasi 145,4 miliar panggilan tidak dikenal, meningkat 25 persen dibandingkan tahun 2019.
Laporan mereka menunjukkan bahwa Indonesia duduk di peringkat ke-6 sebagai penerima panggilan spam terbanyak di dunia.
Spam terbanyak berasal dari lembaga keuangan (52 persen), penyedia asuransi (25 persen), dan operator telekomunikasi (11 persen) masih menjadi tiga institusi utama pengirim spam di nusantara.
Bahkan, 1 dari 10 panggilan spam di Indonesia ternyata adalah upaya penipuan.
Truecaller Insights Report 2020 dikompilasikan secara anonim dari panggilan masuk yang ditandai sebagai spam oleh pengguna atau secara otomatis ditandai oleh Truecaller selama periode 1 Januari hingga 30 Oktober 2020, untuk memahami tingkat spam rata-rata bulanan.
Sebagai aplikasi identifikasi telepon dan pemblokir spam terpopuler di dunia, aplikasi Truecaller telah diinstall lebih dari 500 juta kali dan mempunyai lebih dari 250 juta pengguna aktif di seluruh dunia.
Berita ini tayang di Kompas.com dengan judul: Selama Pandemi, Telepon Penipuan yang Terdeteksi Truecaller Meningkat pada Mei-Oktober 2020