Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Epidemiolog Sebut Pasien Tidak Bergejala Jadi Faktor Sulitnya Pengendalian Pandemi Covid-19

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengungkap faktor pasien tidak bergejala menyulitkan pengendalian pandemi Covid-19.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Epidemiolog Sebut Pasien Tidak Bergejala Jadi Faktor Sulitnya Pengendalian Pandemi Covid-19
WARTA KOTA/WARTA KOTA/NUR ICHSAN
Susana bubaran perkantoran di Jalan Sudirman, Setiabudi, Jakarta Selatan di tengah pandemi Covid-19, Kamis(17/12/2020). Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengungkap alasan sulitnya mengendalikan pandemi Covid-19. 

TRIBUNNEWS.COM - Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengungkap alasan sulitnya mengendalikan pandemi Covid-19.

Menurutnya, satu di antara faktor yang membuat pandemi Covid-19 sulit ditaklukkan yakni adanya pasien virus corona yang tidak bergejala.

Baca juga: Bersepeda di Kala Pandemi Demi Menjaga Gaya Hidup Sehat

Hal itu disampaikan Dicky dalam diskusi daring bertajuk 'Indonesia Siap-siap Vaksinasi' pada Sabtu (19/4/2020).

"Bedanya (virus lain, red) dengan Covid-19, dia mayoritas tidak bergejala, sehingga ini yang membuat sulit mengendalikan," katanya.

Menurut Dicky, virus lain seperti flu burung H5N1 dan Ebola memiliki gejala yang langsung parah.

Susana bubaran perkantoran  di Jalan Sudirman, Setiabudi, Jakarta Selatan di tengah pandemi Covid-19, Kamis(17/12/2020). Gubenur DKI Jakarta Anies Baswesdan  mengeluarkan peraturan  dari tanggal 18 Desember 2020 -8 Janusari 2021 Pelaku usaha hingga perkantoran hanya boleh  buka pukul 19.00 WIB dengan kapasitas jumlah orang maksimal 50 persen. WARTA KOTA/NUR ICHSAN
Susana bubaran perkantoran di Jalan Sudirman, Setiabudi, Jakarta Selatan di tengah pandemi Covid-19, Kamis(17/12/2020). Gubenur DKI Jakarta Anies Baswesdan mengeluarkan peraturan dari tanggal 18 Desember 2020 -8 Janusari 2021 Pelaku usaha hingga perkantoran hanya boleh buka pukul 19.00 WIB dengan kapasitas jumlah orang maksimal 50 persen. WARTA KOTA/NUR ICHSAN (WARTA KOTA/WARTA KOTA/NUR ICHSAN)

Gejala yang parah ini membuat pasien tidak sempat melakukan perjalanan hingga akhirnya virus diam di satu titik dan tidak menular.

Faktor itulah yang tidak dimiliki oleh wabah Covid-19, karena banyak pasien yang tidak mengetahui dirinya tertular virus.

Baca juga: Pakar Epidemiolog Sebut Masyarakat Layak Menantikan Vaksin Sinovac, Ini Alasannya

Berita Rekomendasi

"Sebetulnya cepat tidaknya pandemi bisa dikendalikan itu dari (tingkat) keparahan. Semakin parah gejala maka pandemi mudah dideteksi."

"Karena pasien belum sempat (melakukan perjalanan, red) sudah parah, seperti wabah SARS, MERS dan Ebola, sehingga mudah dikendalikan."

"Inilah yang membuat kenapa Covid-19 sulit dan tantangannya besar dalam pengendalian," tutur Dicky.

Alasan virus berubah menjadi Pandemi

Diketahui, sebuah virus bisa berubah menjadi pandemi karena beberapa alasan.

Menurut pakar virus Kirsty Short dari University Queensland di Brisbane, diperlukan tiga kondisi untuk membuat virus menjadi pandemi.

Di antaranya, virus itu menyebabkan penyakit pada manusia, mudah menyebar dengan cepat dan manusia tidak memiliki kekebalan terhadap virus tersebut.

Baca juga: Epidemiolog: Vaksin Covid-19 Gratis Bagi Masyarakat Kebijakan yang Tepat

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas