Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Epidemiolog Ingatkan Agar Pemerintah Melawan Teori Konspirasi yang Keliru Soal Vaksinasi

Epidemiolog Dicky Budiman mengingatkan agar pemerintah melawan teori konspirasi yang keliru di masyarakat soal vaksinasi.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
zoom-in Epidemiolog Ingatkan Agar Pemerintah Melawan Teori Konspirasi yang Keliru Soal Vaksinasi
Surya/Ahmad Zaimul Haq
Petugas medis menunjukkan contoh (dummy) vaksin covid saat simulasi vaksinasi Covid-19 yang dilakukan di RSI Jemursari, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (18/12/2020). Epidemiolog Dicky Budiman mengingatkan agar pemerintah melawan teori konspirasi yang keliru di masyarakat soal vaksinasi. 

TRIBUNNEWS.COM - Epidemiolog Indonesia di Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan banyak hal yang perlu dipersiapkan sebelum memulai vaksinasi Covid-19 massal.

Menurut Dicky, satu di antara hal yang terpenting adalah memastikan strategi komunikasi pemerintah berjalan baik.

"Ada prasyarat yang harus kita penuhi sebelum kita lakukan program vaksinasi."

Baca juga: Ditanya Vaksin Covid-19 Itu Haram atau Halal, Ini Jawaban KH Maman Imanulhaq

Baca juga: Jubir BPOM Bantah Vaksin Sinovac Miliki Kemanjuran Paling Lemah

"Antara lain siapkan list communication strategy yang efektif," ujar Dicky dalam diskusi daring, Sabtu (19/4/2020).

Sebab menurut Dicky, saat ini kesediaan masyarakat untuk divaksin terlampau minim.

Ia menemukan banyak masyarakat yang menolak untuk divaksin karena pemahaman yang keliru.

Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman
Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman (Tangkapan Layar YouTube Kompas TV)

Untuk itu, pria yang telah berkecimpung selama 20 tahun dalam bidang epidemiologi ini mengimbau agar pemerintah melakukan strategi komunikasi yang baik.

Berita Rekomendasi

Hal itu untuk melawan teori konspirasi atau narasi keliru tentang vaksin Covid-19 yang berkembang di masyarakat.

"Ini tidak bisa dibiarkan, harus di-counter (dilawan). Ini salah satu yang membuat sebagian dari penduduk kita itu tidak akan bisa dengan mudah mempercayai keamanan atau menerima pemberian vaksin."

Baca juga: Satgas: Vaksin Covid-19 Untuk Masyarakat Umum Kemungkinan Baru Keluar Disemester Kedua 2021

Baca juga: BPOM Klarifikasi Sinovac yang Disebut Paling Lemah Dibandingkan Vaksin Lainnya: Belum Ada Pengumuman

"Teori-teori konspirasi dan pemahaman yang salah yang beredar di masyarakat dan belum di-address dengan tepat juga membuat sebagian kita cuek-cuek aja," tuturnya.

Selain itu, Dicky juga menuturkan, kapasitas testing di Indonesia masih sangat minim.

Hal itu tidak sebanding dengan jumlah kasus hariannya.

Petugas medis melayani swab test (tes usap) Covid-19 secara drive thru di Genomik Solidaritas Indonesia (GSI Lab) kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu (16/12/2020). Satgas Covid-19 Nasional mencatat, kapasitas tes di laboratorium turun dari 96,35 persen di pekan pertama Desember menjadi 81,9 persen pada pekan kedua Desember, salah satu penyebabnya adalah kegiatan Pilkada Serentak yang dilaksanakan pada 9 Desember lalu. Tribunnews/Jeprima
Petugas medis melayani swab test (tes usap) Covid-19 secara drive thru di Genomik Solidaritas Indonesia (GSI Lab) kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu (16/12/2020). Satgas Covid-19 Nasional mencatat, kapasitas tes di laboratorium turun dari 96,35 persen di pekan pertama Desember menjadi 81,9 persen pada pekan kedua Desember, salah satu penyebabnya adalah kegiatan Pilkada Serentak yang dilaksanakan pada 9 Desember lalu. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/Jeprima)

Akibatnya, pemberian vaksin tidak akan berhasil jika kapasitas testing tidak sepadan dengan jumlah kasus.

"Ini PR besar dan saat ini situasi kita buruk, secara estimasi epidemiologi kasus harian kita itu sudah menyentuh paling minimal sudah 20 ribu kasus per hari."

"Artinya kapasitas testing kita jauh dari mendeteksi kasus harian yang begitu seriusnya," ujarnya.

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Tak Mempan Vaksin, Inggris Lockdown Lagi, Belanda Larang Penerbangan

Baca juga: Komite Penanganan Covid-19: Tak Ada Dokumen WHO yang Bandingkan 10 Jenis Vaksin

Di sisi lain, Dicky mengingatkan, keberadaan vaksin Covid-19 tidak serta merta membuat pandemi berakhir.

Untuk itu, pengendalian 3T (testing, tracing, treatment) dan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) masih terus digencarkan.

"Ini (vaksin Covid-19) bukan satu jaminan bebas dari situasi Covid-19."

Susana bubaran perkantoran  di Jalan Sudirman, Setiabudi, Jakarta Selatan di tengah pandemi Covid-19, Kamis(17/12/2020). Gubenur DKI Jakarta Anies Baswesdan  mengeluarkan peraturan  dari tanggal 18 Desember 2020 -8 Janusari 2021 Pelaku usaha hingga perkantoran hanya boleh  buka pukul 19.00 WIB dengan kapasitas jumlah orang maksimal 50 persen. WARTA KOTA/NUR ICHSAN
Susana bubaran perkantoran di Jalan Sudirman, Setiabudi, Jakarta Selatan di tengah pandemi Covid-19, Kamis(17/12/2020). Gubenur DKI Jakarta Anies Baswesdan mengeluarkan peraturan dari tanggal 18 Desember 2020 -8 Janusari 2021 Pelaku usaha hingga perkantoran hanya boleh buka pukul 19.00 WIB dengan kapasitas jumlah orang maksimal 50 persen. WARTA KOTA/NUR ICHSAN (WARTA KOTA/WARTA KOTA/NUR ICHSAN)

"Kita enggak bisa sambil tunggu vaksinasi tidak melakukan pengendalian upaya 3T, 3M, termasuk pembatasan-pembatasan diabaikan."

"Itu akan makin jauh dari keberhasilan program vaksinasi," tuturnya.

Oleh karena itu, Ia mengingatkan pemerintah untuk tidak tergesa-gesa melakukan vaksinasi.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Uji Klinis Fase 3 Bisa Digunakan Asalkan Sudah Dapat Izin

Baca juga: Menko PMK: BPOM Tidak Akan Main-main Keluarkan Izin Penggunaan Darurat Vaksin Covid-19

Terlebih tanpa adanya komunikasi yang baik untuk meredam pemahaman yang keliru di masyarakat.

"Butuh strategi komunikasi yang tetap, tidak bisa vaksinasi dipaksakan ketika belum jelas berapa yang mau."

"Berapa yang tidak mau, sehingga potensi kegagalannya sangat minim," paparnya.

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas