Mengenal Ajag, Anjing Hutan Langka Asli Indonesia yang Mangsa Puluhan Ekor Ternak di Kuningan
Warga Kabupaten Kuningan, Jawa Barat diresahkan dengan kehadiran sekelompok anjing hutan atau ajag yang memangsa ternak mereka.
Penulis: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Warga Desa Ciangir dan Desa Cipondok, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat diresahkan dengan kehadiran sekelompok anjing hutan atau ajag yang memangsa ternak mereka.
Puluhan ekor kambing mati, bahkan satu ekor anak sapi pun tak luput dari serangan binatang pemburu tersebut.
Terbaru, 15 kambing di Desa Ciangir dan Desa Cipondok diduga diserang Ajag, Minggu (20/12/2020) dini hari.
"15 ekor kambing mati diketahui sekitar pukul 02.00 WIB, dini hari tadi," kata Plt Camat Cibingbin, Imas Minardih kepada wartawan, Minggu (20/12/2020).
Dalam kejadian Minggu dini hari, kata Imas, tampak Ajag berkoloni menyerang hewan ternak milik warga.
"Iya sebelumnya, ada warga melihat jelas ajag itu berwarna kuning kecoklatan dan mayoritas ajag lainnya berwarna hitam," kata Imas.
Baca juga: Ajag Kembali Serang 15 Kambing dan Satu Anak Sapi Milik Warga di Kuningan
Menyinggung soal kejadian luar biasa di Kecamatan Cibingbin, kata Imas, hal sudah menjadi perhatian warga sekitar.
"Barusan kami laporkan sekaligus kordinasi ke BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), bahwa menghadapi hewan buas itu harus menerjunkan Perbakin," katanya.
Namun, kata Imas, hasil kordinasi dengan BPBD itu bagaimana kesiapan Kepala Desa dan masyarakat disana.
"Dari sana, kami lanjut kordinasi dengan sejumlah Kepala dan Pamong Desa untuk menghadirkan Perbakin dalam mengusir hama tersebut, namun untuk kesiapan lainnya belum dilakukan kordinasi ulang," katanya.
Baca juga: Ajag, Sosok Makhluk Penghisap Darah yang Menyebabkan Matinya Puluhan Kambing Warga di Kuningan
Disisi lain, kata Imas, Kapolsek Cibingbin Iptu Asep Alamsah pun sama telah mengetahui kordinasi kasus ini dengan BPBD.
"Iya, kata Kapolsek Anggota Polsek terbatas dan untuk penembakan di lingkungan warga ini harus benar penembak profesional," katanya.
Anak sapi pun dimangsa Ajag
Total sudah 55 ekor kambing dan satu ekor anak sapi yang dimangsa Ajag di Kuningan.
Berdasarkan data, awalnya pemilik hewan ternak di Desa Cipondoh heran binatang peliharaannya mati misterius kehabisan darah.
"Warga kami yang kehilangan tabungan atau ternak kambing itu, ada milik Bapak Warmad, Pak Sarka, Pak Sahudi, Pak Warsona, Pak Rukanta," kata Kepala Desa Cipondok, Rudiyanto saat memberikan keterangan kepada wartawan, Sabtu (19/12/2020).
Baca juga: Makhluk Misterius di Balik Matinya Puluhan Kambing di Kuningan, Polisi: Sosok Ajag Sangat Galak
Total ternak kambing mati milik warga Desa Cipondok ada sebanyak 25 ekor.
"Sisanya hewan ternak mati itu milik warga desa tetangga," katanya.
Korban peternak kambing, kata Rudiyanto, semua sudah didata ulang dan telah melakukan musyawarah.
"Maksud pertemuan pemilik ternak kambing dan anak sapi yang mati, pemerintah desa berikan fasilitas untuk mendapat perhatian," katanya.
Tindakan ini telah disetujui para peternak untuk mendapat bantuan pemerintah.
"Jadi pembuatan proposal mohon bantuan itu disertai stempel basah dari pemerintah desa," katanya.
Permohonan bantuan, kata dia, sebab mereka atau para peternak selama ini secara mandiri melakukan pengembangan usaha ekonomi kerakyatan.
Baca juga: Teror Ajag di Kabupaten Bandung Barat, Mangsa Hewan Peliharaan Mulai Kambing dan Domba
"Iya mereka selama ini mandiri sebagai peternak untuk memenuhi hajat hidup keluarganya," katanya.
Pihaknya berharap pemerintah dapat memberikan perhatian dengan jelas salurkan bantuan dengan jenis sama.
"Minimal mereka peternak bisa kembali memiliki hewan ternak sebagai usaha melangsungkan hidupnya," ujarnya.
Mengenal ajag
Dilansir dari dishut.jabar.go.id, Ajag atau Cuon alpinus adalah anjing hutan yang hidup di dataran Asia.
Binatang ini berbeda dengan serigala.
Khusus di Indonesia, ajag ada dua jenis yaitu cuon alpinus javanicus dan cuon alpinus sumatrensis.
Keduanya merupakan anjing hutan asli atau endemik Indonesia yang mendiami pulau Sumatera dan Jawa.
Ajag termasuk salah satu binatang langka di Indonesia yang populasinya semakin menurun dan terancam kepunahan.
Diperkirakan populasinya di seluruh dunia hanya sekitar 2.500 ekor.
Pada 2004, IUCN Redlist memasukan ajag dalam status konservasi endangered (terancam punah).
Begitu juga dengan CITES, memasukkan ajag dalam daftar Apendix II.
Dalam bahasa Inggris anjing hutan ini disebut sebagai Dhole, Asiatic Wild Dog, India Wild Dog, dan Red Dog.
Baca juga: Makhluk Misterius Penghisap Darah di Kuningan Akhirnya Terungkap, Polisi Bersenjata Pun Mengejar
Sementara di beberapa daerah di jawa hewan ini dikenal sebagai `asu kikik` hal tersebut dikerenakan suara lolongannya terdengar jelas dan keras sedang suara salakannya terdengar lembut, seperti mendengking pendek berulang-ulang.
Ajag biasanya mempunyai panjang tubuh sekitar 90 centimeter dengan tinggi badan sekitar 50 centimeter dan berat badan antara 12-20 kilogram.
Ciri khas lainnya dari ajag adalah memiliki ekor yang panjang sekitar 40-45 cm.
Biasanya bintang ini memiliki bulu berwarna coklat kemerahan kecuali pada bagian bawah dagu, leher hingga ujung perut yang berwarna putih dan ekornya yang berwarna kehitaman.
Ajag biasa hidup berkelompok yang terdiri atas 5-12 ekor, bahkan hingga 30 ekor.
Namun pada situasi tertentu, anjing hutan yang langka ini dapat hidup soliter (menyendiri).
Ajag biasanya melakukan perburuan mangsa secara bersama-sama dengan mengejar mangsanya yang lebih besar seperti babi hutan, kijang, rusa, dan lainnya.
Binatang kecil pun seperti kelincu, tikus, dan sebagainya juga menjadi santapan favorit mereka.
Biasanya dalam satu kali melahirkan, ajag dapat mempunyai 6 ekor anak dengan masa kehamilan sekitar 2,5 bulan.
Dalam waktu satu tahun, ajag dapat beranak sampai 2 kali.
Anak ajag akan mencapai dewasa pada umur satu tahun.
Hewan ini termasuk hewan yang lebih aktif di malam hari (nokturnal), walaupun tidak sepenuhnya aktifitasnya dilakukan di malam hari. (Tribuncirebon.com/ Tribunnews.com/ Ahmad Ripai)