Jokowi: Nanti yang Pertama Kali Disuntik Vaksin Covid-19, Saya
Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menyampaikan kesiapannya untuk menjadi orang pertama di Indonesia yang disuntik vaksin Covid-19.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menyampaikan kesiapannya untuk menjadi orang pertama di Indonesia yang disuntik vaksin Covid-19.
Presiden mengatakan tujuannya agar masyarakat merasa aman saat disuntik vaksin Covid-19.
Hal itu disampaikan Jokowi saat menyerahkan bantuan modal kerja kepada pelaku UMKM yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (6/1/2021).
"InsyaAllah minggu depan ini dimulai. Sudah dimulai disuntik vaksin. Nanti yang pertama kali disuntik saya," kata Jokowi.
Baca juga: Satgas Periksa 67.908 Spesimen Covid-19 Per 6 Januari 2021
"Saya ingin menunjukkan bahwa vaksinnya aman karena sudah melalui uji klinis tidak hanya sekali-dua kali, sudah diuji," tambahnya.
Presiden menambahkan, bahwa saat ini pemerintah sedang menunggu izin emergency use authorization dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Sehingga, jika izin sudah keluar maka vaksin Covid-19 sudah mulai disuntikan.
Baca juga: Kapan Izin Darurat Vaksin Covid-19 Keluar? Ini Jawaban Presiden
"Tapi ini kita masih nunggu hasil pengujian, nanti akan keluar izin darurat penggunaan dari BPOM dan kita harapkan minggu ini atau minggu depan keluar," jelas Jokowi.
Kepala Negara pun menyebut, setelah dirinya di suntik vaksin, baru dilanjutkan tenaga kesehatan dan TNI/Polri. Lalu, berlanjut ke masyarakat luas.
Lebih jauh, Presiden Jokowi berharap vaksinasi ini bisa membuat keadaan kembali normal.
Baca juga: Wagub DKI Ingatkan Ada Sanksi Denda Rp 5 Juta bagi Warga Ibu Kota yang Menolak Vaksinasi Covid-19
Terlebih, kalau sudah lebih dari 70 persen penduduk Indonesia telah divaksinasi.
"Saya harapkan, setelah divaksinasi ini, keadaan mulai kembali normal kalau sudah 70 persen penduduk Indonesia disuntik vaksin," ucap Jokowi.
"Kita hitung 70 persen itu ketemunya 182 juta yang harus disuntik. Bapak-Ibu bisa bayangin kita harus nyuntik 182 juta orang. Selesainya kapan, ya kan? Tapi kita akan kerja keras terus, kita berharap nanti kurang-lebih Insya Allah bisa kita selesaikan," jelasnya.
Daftar Vaksin yang Telah Dipesan Pemerintah
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan Indonesia mendapatkan vaksin Covid-19 sesuai dengan kebutuhan.
Indonesia telah memesan 329,5 juta dosis vaksin yang berasal dari 4 jalur kerjasama bilateral dan 1 jalur kerjasama multilateral.
"Artinya jumlah totalnya yang telah firm order itu 329,5 juta dosis vaksin. pengaturannya nanti akan dilakukan oleh menteri kesehatan," kata Presiden dalam rapat terbatas penanganan Covid-19 dan persiapan vaksinasi, Rabu, (6/1/2021).
Adapun rinciannya kata presiden yakni 125,5 juta vaksin Sinovac, yang 3 juta diantaranya telah tiba di Indonesia. Kemudian 50 juta dosis vaksin Novovax, 50 juta dosis vaksin AstraZeneca, dan 50 juta dosis vaksin Pfizer.
Sementara untuk jalur multilateral Indonesia mendapatkan 54 juta dosis vaksin dari Global Alliance for Vaccine and.
Immunization (GAVI), lembaga bagian dari WHO. yang akan mulai terdistribusi pada kuartal II 2021.
"Oleh sebab itu saya minta kesiapan kesiapan kita dalam rangka menuju vaksinasi ini betul-betul agar dicek dan dikontrol oleh para gubernur," katanya.
Sebelumnya Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pemerintah menggunakan lima jalur pengadaan vaksin Covid-19 untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang mencapai 426 juta dosis vaksin.
Baca juga: Ditantang Presiden agar Vaksinasi Covid-19 Selesai Kurang dari Setahun, Begini Reaksi Menkes
"Sampai sekarang ada 5 jalur pengadaan vaksin yang sudah kita tempuh, 4 di antaranya sifatnya bilateral, 1 sifatnya multilateral," kata Budi dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, (29/12/2020).
Dalam pengadaan jalur bilateral, pemerintah menandatangani kontrak pengadaan 125 juta vaksin dengan perusahaan asal China, Sinovac. Lalu kerjasama pengadaan 100 juta dosis vaksin dengan Perusahaan Bioteknologi asala AS, Novovax.
Selain itu pemerintah juga akan menandatangani kerjasama dengan perusahaan farmasi yang berkantor pusat di Inggris, AstraZeneca untuk pengadaan 100 juta dosis vaksin, dan perusahaan farmasi asal Amerika Serikat Pfizer biontech untuk pengadaan 100 juta dosis vaksin.
"50 juta dosis vaksin (pfizer) sudah firm, sisanya opsi, Kami harap finalisasi dengan astrazeneca dan pfizer akan dilakukan dalam waktu dekat ini," kata dia.
Sementara itu menurut Budi, untuk jalur multilateral Indonesia sudah bekerjasama dengan Global Alliance for Vaccine and. Immunization (GAVI), lembaga bagian dari WHO. Indonesia akan mendapatkan vaksin gratis melalui kerjasama tersebut. Hanya saja menurut Budi, jumlahnya dosis yang akan diterima belum pasti.
"Angkanya masih bergerak berapa dosis yang bisa diberikan ke Indonesia. Tapi range nya antara 3 persen dari populasi atau 16 juta dosis, sampai 20 persen dari populasi atau sekitar 100 juta dosis," kata Budi.
Lebih jauh Budi menjelaskan bahwa belum pastinya jumlah dosis vaksin yang diterima dari GAVI, melatarbelakangi pemerintah membuat kerjasama pengadaan yang sifatnya opsi dengan sejumlah perusahaan farmasi.
Opsi tersebut yakni bila jumlah vaksin yang diterima dari GAVI sesuai dengan perkiraan awal maka tidak perlu ada tambahan pengadaan vaksin.
"Itu sebabnya kenapa kita buat kontrak dengan opsi dari suplier vaksin yang ada tadi, yang 4 (Sinovac, Novovax, AstraZeneca, Pfizer) tadi. Supaya kalau ada kepastian dari pengadaan dari GAVI, yang sifatnya gratis kita tak perlu ambil dari mereka. Tapi kalau vaksin GAVI belum bisa terdeliver sesuai jadwal, kita sudah mengamankan suplai dari perusahaan perusahaan tersebut secara bilateral," pungkasnya.