33 dari 44 Kecamatan di DKI Melaporkan Adanya Klaster Keluarga Pasca Libur Natal dan Tahun Baru
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengatakan 33 dari 44 kecamatan melaporkan adanya klaster keluarga. Klaster ini terjadi pascalibur Natal dan tahun baru.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan Covid-19 memperbarui soal data jumlah pasien positif covid 19 di Indonesia, pada Jumat (8/1/2021).
Dilihat dari data di situs resmi covid19.go.id, pasien terkonfirmasi sebanyak 10.617 orang, sehingga total kasus positif Covid-19 sebanyak 808.340 orang.
Angka tambahan ini seperti diketahui meningkat ketimbang pada hari Kamis yang mencapai 9.321 kasus.
Penambahan angka hingga 10.617 ini merupakan rekor terbaru penambahan tertinggi kasus covid-19 di Indonesia.
Data tersebut juga menunjukkan penambahan pasien sembuh mencapai 7.446 orang. Adapun penambahan pasien sembuh secara keseluruhan sebanyak 666.883 orang.
Baca juga: BREAKING NEWS: Dandim 0808/Blitar Letkol Arh Dian Musriyanto Meninggal Terpapar Covid-19
Sementara jumlah yang meninggal dunia menjadi 23.753 orang setelah ada penambahan kasus meninggal sebanyak 233 orang.
Jumlah suspek yang dipantau per Jumat kemarin tercatat sebanyak 69.121 orang. Adapun spesimen yang diperiksa sebesar 66.619 spesimen.
Kasus baru covid-19 memang menunjukkan tren naik jelang program vaksinasi.
Seperti diketahui, pada Kamis (7/1/2021) kemarin, kasus positif Covid-19 total sebanyak 797.723 kasus.
Sementara, jumlah pasien sudah sembuh menjadi 659.437 orang. Adapun total pasien meninggal dunia sejumlah 23.520 orang.
Rencananya, Presiden Jokowi akan memulai rangkaian vaksinasi dengan pertama kali disuntik vaksin Sinovac pada 13 Januari 2021.
Penyuntikan akan dilakukan di DKI Jakarta sebagai simbol dimulainya vaksinasi di Indonesia.
Sehari setelahnya, proses vaksinasi dilakukan serentak di sejumlah daerah.
Imbas Long Weekend
Provinsi DKI Jakarta menerima tambahan 2.959 kasus positif Covid-19 kemarin.
Sebaran wilayahnya terjadi di 44 kecamatan.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengatakan 33 dari 44 kecamatan melaporkan adanya klaster keluarga.
Klaster ini terjadi pascalibur Natal dan tahun baru (nataru).
"Sebanyak 33 dari 44 Kecamatan di DKI Jakarta sudah melaporkan adanya klaster keluarga pascalibur nataru," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dwi Oktavia dalam keterangannya, Jumat.
Berdasarkan data, pada rentang 3 - 8 Januari 2021 terdapat 111 klaster keluarga, dengan temuan 351 kasus positif Corona yang teridentifikasi.
Keluarga yang masuk dalam klaster penularan Covid-19 ini diketahui bepergian ke luar wilayah DKI Jakarta.
Baca juga: Imbas Berpergian ke Luar Kota, Dinkes DKI Laporkan Terjadi 111 Klaster Keluarga
Rinciannya, 55 klaster keluarga pergi ke Jawa Barat, 16 keluarga ke Jawa Tengah, 9 keluarga ke DI Yogyakarta, 7 keluarga ke Jawa Timur, 4 keluarga masing-masing ke Bali dan Banten, 3 keluarga masing- masing ke Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan, 2 keluarga masing-masing ke Lampung, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara, serta 1 keluarga masing-masing ke Kepulauan Riau, NTT, Papua dan Sumatera Barat.
"Terdapat 111 klaster keluarga dengan total 351 kasus positif teridentifikasi," ucap Dwi.
Adapun data rincian distribusi tambahan kasus baru hari ini, yaitu tambahan 625 kasus di Jakarta Timur, 548 kasus di Jakarta Selatan, 436 kasus di Jakarta Barat, 356 kasus di Jakarta Utara, dan 245 kasus di Jakarta Pusat.
Pada tingkat kecamatan, ada 44 kecamatan yang menerima tambahan kasus baru.
Kecamatan Kebayoran Lama jadi yang paling tinggi dengan 127 kasus tambahan.
Disusul 100 kasus di Kecamatan Cipayung.
Dengan tambahan ini, total kasus positif di DKI Jakarta mencapai 200.658 kasus, dengan jumlah kasus aktif atau mereka yang masih menjalani perawatan sebesar 17.633 pasien.
Kemarin juga terjadi tambahan 28 kasus pasien positif Corona meninggal dunia. Sehingga total pasien meninggal sudah sebanyak 3.463 orang.
Pengamat kebijakan publik Andrinof Achir Chaniago mengatakan, penanganan pandemi Covid-19 yang berkaitan dengan sektor kesehatan harus menjadi prioritas pemerintah.
Ia menegaskan urusan kesehatan di atas urusan ekonomi dan bisnis.
"Bahkan dalam situasi umum sehari-hari pasti ada yang namanya hierarki masalah, meski hierarki itu tipis. Untuk Covid-19 ini kalau misal kita sandingkan dengan ekonomi atau bisnis, jelas Covid-19 di atas," kata Andrinof, dalam talkshow daring yang disiarkan BNPB.
Andrinof mengatakan, kegiatan ekonomi tetap bisa berjalan di tengah situasi pandemi. Namun, kegiatan ekonomi itu harus dipastikan aman dan tidak menghambat penanganan kasus Covid-19.
"Sejauh itu tidak bertabrakan, menambah kasus, memperlambat penyelesaian, itu (bisa) jalan," tuturnya.
Oleh sebab itu, Andrinof menekankan agar para pelaku ekonomi harus mencari cara yang aman untuk menjalankan kegiatan ekonomi di tengah situasi pandemi.
Menurut mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional itu, masih banyak peluang yang belum dieksplorasi oleh para pelaku ekonomi.
"Perlu dilihat peluang-peluang yang aman, sektor yang aman, wilayah yang aman, metode bisnis yang aman. Itu yang harus dicari. Di situ mungkin belum dioptimalkan," kata Andrinof. (Tribun Network/dan/yud/kps/wly)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.