Pesawat Sriwijaya SJ 182 Diduga Menghujam Laut dengan Kecepatan Tinggi hingga Hancur Tak Berbentuk
Satgas TNI AL Terkendala Temukan Black Box Karena Pesawat Sriwijaya Air Hancur Tak Berbentuk
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komandan Satuan Tugas Ops SAR Sriwijaya Air, Laksamana Pertama Yayan Sofyan mengatakan proses pencarian black box (kotak hitam) pesawat Sriwijaya Air SJ 182 mengalami kendala bagi regu penyelam.
Menurutnya, kondisi pesawat yang hancur menyebabkan penyelam sulit melacak black box lantaran terhalang puing-puing pesawat.
Meski keberadaan black box sudah dilokalisir menggunakan ping locator, tetapi penyelam perlu mengurai dulu puing-puing di dasar laut.
Baca juga: Yayu Masih Ingat Lambaian Tangan Mereka
Sebab, kondisi pesawat hancur lebur.
"Sejauh ini bunyi ping sudah terdeteksi. Cuman permasalahannya dari volume (pesawat) yang besar langsung menghujam (ke dasar laut) dengan kecepatan tinggi. Kita harus mengurai dulu," lanjutnya.
Kondisi ini jauh berbeda dengan pengalaman Yayan Sofyan saat menangani pesawat Air Asia yang jatuh beberapa tahun silam.
Saat itu, kondisi pesawat tidak sepenuhnya hancur bila dibandingkan dengan sekarang.
"Ketika itu saya menemukan korban ada yang masih terikat tiga orang. Nah sekarang ini berbeda, kalau ini (pesawat) seperti kerupuk dikremes. Sudah tidak ada bentuk lagi," lanjutnya.
Baca Juga: Lagu Pilot Sriwijaya SJ-182 : Jangan Ditanya Kemana Aku Pergi
Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Yudo Margono sebelumnya mengatakan operasi pencarian black box diubah satu sektor.
Pihaknya sudah memetakan lokasi black box berbentuk segitiga seluas 140 meter x 100 meter.
"Jadi tinggal satu sektor kemarin dua. Dari hasil evaluasi semalam, kita petakan jadi satu (sektor)," ungkapnya kepada wartawan pada Selasa (11/1/2021).
Baca juga: Apa itu Black Box? Komponen Penting di Pesawat, Perekam Suara dan Data Penyebab Kecelakaan
Pencarian black box masih terkendala puing-puing pesawat di dalam air.
Selain itu, air laut yang berombak turut memengaruhi jarak pandang di hari ketiga pencarian.
Yudo melanjutkan pihaknya juga melibatkan sebanyak 14 Kapal Republik Indonesia (KRI) di sekitar lokasi pencarian.
"Salah satunya kita datangkan KRI Semarang untuk (anggota) istirahat," pungkasnya.
Sebelumnya diwartakan, Pesawat Sriwijaya Air dengan nomor Penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2021).
Pesawat dengan registrasi PK-CLC yang membawa 62 orang itu dikabarkan hilang kontak dari radar setelah tak lama lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta.
Pencarian keberadaan pesawat dan korban pun masih dilakukan hingga hari ketiga pada Senin (11/1/2021).
Baca Juga: Chat Terakhir Pramugara Okky Bisma yang Kini Jenazahnya Teridentifikasi
Penjelasan KNKT
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memprediksi pesawat Sriwijaya Air SJ-182 tidak meledak di udara.
KNKT hingga kini terus mengumpulkan data terkait kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak tersebut.
Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, pihaknya pun sudah mengumpulkan data pemantauan radar Automatic Dependent Surveillance-Boradcast (ADS-B) dari Perum LPPNPI (Airnav Indonesia).
Baca juga: KNKT Menduga Mesin Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Masih Hidup Sebelum Membentur Air
"Dari data tersebut, tercatat pesawat mengudara pada pukul 14.36 WIB, terbang menuju arah barat laut dan pada pukul 14.40 WIB, pesawat mencapai ketinggian 10.900 kaki," kata Soerjanto dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/1/2021).
Soerjanto mengatakan, tercatat pesawat mulai turun dan data terakhir pesawat pada ketinggian 250 kaki.
Terekamnya data sampai dengan 250 kaki, lanjut Soerjanto, mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data.
"Dari data ini kami menduga bahwa mesin dalam kondisi hidup sebelum pesawat membentur air," katanya.
Data lapangan lain yang didapat KNKT dan KRI Rigel adalah sebaran wreckage memiliki besaran dengan lebar 100 meter dan panjang 300-400 meter.
"Luas sebaran ini konsisten dengan dugaan bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air," ujar Soerjanto.
Temuan bagian pesawat yang telah dikumpulkan oleh Basarnas, salah satunya adalah bagian mesin, yaitu turbine disc dengan fan blade yang mengalami kerusakan.
Baca juga: Menhub Tinjau Proses Identifikasi Jenazah Korban Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di RS Polri
"Kerusakan pada fan blade menunjukan bahwa kondisi mesin masih bekerja saat mengalami benturan. Hal ini sejalan dengan dugaan sistem pesawat masih berfungsi sampai dengan pesawat pada ketinggian 250 kaki," jelas Soerjanto.
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air SJY-182 dengan rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021) sore.
Pesawat tersebut hilang kontak dengan menara pengawas terjadi pada Sabtu sore, pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan sekitar Pulau Laki, Kabupaten Kepulauan Seribu.
Pesawat tersebut diawaki 6 awak aktif.
Adapun rincian penumpang dalam penerbangan SJ-182 adalah 40 dewasa, 7 anak-anak, 3 bayi dan 6 awak sebagai penumpang.
Kesaksian 3 nelayan
Kapolres Kepulauan Seribu AKBP Eko Wahyu mengatakan ada tiga nelayan berada sekira 100 meter dari lokasi pesawat jatuh ketika peristiwa terjadi.
Ketiganya nelayan itu bercerita kondisi perairan saat itu sedang dilanda hujan lebat sekitar pukul 15.00-15.30 WIB, Sabtu (9/1/2021).
Namun memang, ketiga nelayan tidak melihat langsung bentuk pesawat tersebut saat proses jatuhnya.
"Kemarin itu ada tiga nelayan memberikan informasi awal pada saat jatuhnya pesawat ini karena mereka tidak melihat langsung pesawat jatuh itu tidak," kata Kapolres Kepulauan Seribu AKBP Eko Wahyu di Kapal KN SAR Wisnu, Kepulauan Seribu, Senin (11/1/2021).
Seketika aktivitas ketiga nelayan tersebut terhenti karena mendengar suara dentuman keras.
Baca juga: Basarnas Temukan Kartu Identitas yang Diduga Kuat Terdaftar di Manifes Pesawat Sriwijaya Air SJ-182
Hal yang meyakin mereka ada pesawat jatuh saat itu adalah seketika air naik beserta terlihat serpihan logam ke atas setinggi 15 meter.
"Nelayan itu mendengar suara dentuman keras sekali terus air naik ke atas sampai 15 meter. Situasi pada saat itu hujan deras, dia perkirakan antara 100 sampai 150 meter jaraknya dengan lokasi," katanya.
"Di hujan deras sebenarnya untuk penglihatan jarak pandang itu nggak bisa terlalu keliatan," lanjut dia.
Awalnya, ketiga nelayan itu tidak curiga itu merupakan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh.
Menurut Eko, ketiga nelayan itu khawatir adanya tsunami.
"Dikira apa ini, bencana tsunami dan sebagainya ternyata setelah air itu naik ada serpihan-serpihan itu diduga ada kapal (pesawat) jatuh."
"Mereka melaporkan kapospol, kemudian lapor ke Kapolsek akhirnya kan kita tindak lanjuti laporan ke atas," jelasnya.
Usai kejadian, ia menuturkan tidak ada satu pun nelayan yang berani mendekat ke lokasi kejadian.
Ia juga tak mengetahui apakah ada penumpang yang masih hidup sesaat usai kejadian.
"Mereka nggak berani mendekat beralasan dikira musibah tsunami atau apa, mereka masih bertanya-tanya apa ini, makanya mereka langsung cepet kembali, langsung lapor," ujarnya.
Baca juga: KNKT Memprediksi Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Tidak Mengalami Ledakan Sebelum Membentur Air
Baca juga: KNKT Menduga Mesin Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Masih Hidup Sebelum Membentur Air