Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PAN Disebut Terjebak Situasi Politik Instan Serta Kejar Popularitas Dengan Merekrut Denny Cagur

Termasuk, fenomena bergabungnya artis komedian papan atas Denny Cagur ke Partai Amanat Nasional (PAN) bukan hal baru.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in PAN Disebut Terjebak Situasi Politik Instan Serta Kejar Popularitas Dengan Merekrut Denny Cagur
Youtube channel Trans 7
Denny Cagur 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai, fenomena masuknya kalangan artis terjun di kancah politik praktis karena pemilu dimaknai sekadar menang-kalah.

Menurut Karyono, demokrasi sekadar dipahami sebagai kontestasi elektoral.

Termasuk, fenomena bergabungnya artis komedian papan atas Denny Cagur ke Partai Amanat Nasional (PAN) bukan hal baru.

Karyono menyebut, ini adalah fenomena politik selebritas yang sudah terjadi bertahun-tahun.

"Denny Cagur hanya menambah deretan nama artis yang bergabung di Partai Amanat Nasional (PAN). Yang paling penting untuk dikaji adalah fenomena politik yang mengandalkan popularitas artis," kata Karyono kepada Tribunnews.com, Senin (18/1/2021).

Baca juga: Politisi PDIP Ribka Tjiptaning Menolak Divaksinasi, Mending Saya Bayar Rp 5 Juta

Baca juga: Respons Para Politisi soal Mensos Tri Rismaharini Blusukan, dari Mardani Ali Sera hingga Fadli Zon

Karyono pun mengatakan, hal itu menandakan PAN dan juga partai lainnya semakin terjebak dalam situasi politik instan yang sekadar mementingkan popularitas demi kepentingan politik elektoral.

Berita Rekomendasi

Di satu sisi, hal itu menunjukkan, PAN semakin gamang dalam menghadapi kompetisi pemilu ke depan.

Terlebih lagi, pendiri PAN Amien Rais sudah mendirikan partai UMMAT yang tentu saja menjadi salah satu pesaing PAN pada pemilu yang akan datang.

Di sisi lain, kegundahan pimpinan PAN bisa dipahami karena mereka tidak ingin PAN semakin tenggelam dan menjadi partai gurem.

"Tetapi sayangnya, hampir semua partai lebih memilih jalan pintas dan instan dalam menjaga dan meningkatkan perolehan suara, yaitu cukup merangkul para artis untuk bergabung di partai. Langkah ini memang cukup membantu, minimal mempertahankan suara PAN di tengah kompetisi sengit antar partai," beber Karyono.

Bagi PAN, lanjutnya, merekrut kalangan artis bukan kali ini saja, melainkan sudah dilakukan sejak periode kepemimpinan sebelumnya.

Deretan nama artis semakin banyak di era kepemimpinan Sutrisno Bachir, dilanjutkan Hatta Rajasa hingga Zulkifli Hasan.

Baca juga: Politisi Gerindra Fadli Zon Komentari Gaya Pejabat yang Lakukan Blusukan

Baca juga: Respons Klaim Mahfud MD, Politisi PKS: Sebagian Merasa Ada Kriminalisasi Ulama

Dalam iklim demokrasi elektoral yang didorong oleh hasrat untuk mengumpulkan suara sebanyak-banyaknya, maka figur artis cukup efektif untuk dikapitalisasi sebagai vote getter, meskipun pengaruhnya bervariasi dalam mendongkrak suara.

Tapi minimal dapat menjadi pengepul suara di setiap perhelatan pemilu.

Fenomena merangkul artis populer bukan hanya terjadi di PAN, melainkan semua partai juga melakukan hal yang sama.

Pasalnya, dalam kontestasi politik kontemporer, 'memaksa' partai perlu merangkul figur publik yang memiliki pengaruh di masyarakat.

"Inilah tantangan semua partai yang seharusnya melakukan dan mengedepankan proses kaderisasi untuk melahirkan dan mencetak kader-kader berkualitas, tidak sekadar mengandalkan popularitas secara instan," jelas Karyono.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas