Walhi Sebut Banjir di Kalimantan Selatan Bukan Cuma Disebabkan Tingginya Curah Hujan
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menyoroti banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan. Menurut Walhi, banjir bukan semata karena tingginya curah hujan.
Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Malvyandie Haryadi
"Selain evaluasi, penegakan hukum pun memang harus dilakukan,” jelasnya.
Baca juga: Alih Fungsi Lahan di Kalsel Sebabkan Banjir Parah, Jokowi Diminta Panggil Perusahaan Tambang
Baca juga: Kisah Relawan Tembus Hutan dan Sungai untuk Salurkan Donasi Pada Korban Banjir di Kalsel
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyebut banjir yang terjadi Kalimantan Selatan (Kalsel) pada Jumat 15 Januari lalu tergolong sangat besar dalam 50 tahun terakhir.
Hal itu diungkapkan Presiden saat meninjau jembatan Mataraman di Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, Kalsel pada Senin, (18/1/2021).
"Hari ini saya meninjau banjir ke provinsi Kalimantan Selatan yang terjadi di hampir 10 kabupaten dan kota ini adalah sebuah banjir besar yang mungkin sudah lebih dari 50 tahun tidak terjadi di provinsi Kalimantan Selatan," kata Presiden.
Menurut Jokowi, banjir disebabkan curah hujan yang tinggi hampir 10 hari berturut turut, yang mengakibatkan Sungai Barito meluap dan merendam sejumlah kabupaten dan kota di Kalsel.
"Sungai Barito yang biasanya menampung 230 juta meter kubik, sekarang ini masuk air sebesar 2,1 miliar kubik air, sehingga memang menguap di 10 kabupaten dan kota," kata Jokowi.
Diberitakan sebelumnya sejumlah daerah di Kalsel terendam banjir sejak, Minggu (10/1/2021).
Diketahui banjir sebagaian besar melanda di wilayah Banjarmasin, Banjarbaru, Banjar, Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong.
Bahkan, lebih dari 10.000 terendam banjir dengan ketinggian bervariasi antara 0,5m hingga 3,0m
Banjir juga mengenangi ruas jalan utama provinsi dan merobohkan jembatan utama provinsi.
(Tribunnews.com/Tio)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.