Suasana Haru Saat Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ-182 Tabur Bunga di Lokasi Jatuhnya Pesawat
Air mata dan isak tangis keluarga korban Sriwijaya Air SJ-182 mewarnai saat melakukan tabur bunga di perairan Kepulauan Seribu
Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Air mata dan isak tangis keluarga korban Sriwijaya Air SJ-182 mewarnai saat melakukan tabur bunga di perairan Kepulauan Seribu tempat jatuhnya pesawat.
Air mata keluarga korban mulai menetes sesaat kelopak-kelopak bunga mawar yang mereka tabur jatuh ke permukaan laut, Jumat (22/1/2021).
Keluarga korban Sriwijaya Air SJ-182 melakukan tabur bunga dari atas KRI Semarang.
Sesekali mereka menyebut nama Tuhan dengan bibir bergetar.
Baca juga: Momen Sedih saat Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Saling Menguatkan Ketika Tabur Bunga
Dari sekira 30 perwakilan keluarga korban tersebut ada yang menunduk, ada pula yang mencoba menatap laut seakan mencoba berkomunikasi dengan keluarga yang menjadi korban tragedi pada Sabtu (9/1/2021) itu.
Di tengah momen haru yang menyelemuti geladak helikopter KRI Semarang, tampak sebagian anggota keluarga korban lainnya mencoba menguatkan saudara mereka yang tak kuasa menahan kesedihan.
Ada yang mengusap-usap kepala, ada yang merangkul pundak, dan ada pula yang bergegas mencari dan memberikan mereka tisu.
Baca juga: Suasana Tabur Bunga untuk Korban Sriwijaya Air SJ-182, Keluarga Tak Bisa Menahan Tangis
Tak semua keluarga korban kuat berlama-lama menatap laut.
Sebagian bergegas untuk kembali ke tenda di atas geladak helikopter tersebut sambil menahan tangis seakan lautan luas hendak mengalir melalui kedua mata mereka.
Di laut, tampak sebuah balon berwarna merah yang dikelilingi sejumlah kapal kecil.
Baca juga: Termasuk Captain Afwan, Berikut Daftar Korban Sriwijaya Air yang Belum Teridentifikasi
Petugas mengatakan, balon merah tersebut merupakan titik jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
Setelah sekira setengah jam, acara tabur bunga selesai.
Namun lagu yang diputar panitia belum berakhir.