Eks Wali Kota Buka-bukaan Soal Konfliknya dengan Ahok hingga Mundur dari Jabatannya
Rustam Effendi akhirnya membuka rahasia di balik perbedaan sikap dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Editor: Malvyandie Haryadi
Berikut curhatan Rustam Effendi saat itu:
BEKERJA DENGAN HATI, suatu ironi :
Apa yg sy kerjakan selama ini adalah bentuk pengabdian dan tanggung jawab dari jabatan yg saya emban. Saya sadar se-sadarnya bhw apa yg saya lakukan di Jakarta Utara mulai 2 Januari 2015 s.d saat ini belum apa2 dan belum banyak membawa kebaikan bagi wilayah dan masyarakat Jakarta Utara. Kedudukan Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta yg tidak otonom (otonomi berada di Tk Provinsi) menjadi kendala tersendiri bagi Para Walikota di Provinsi DKI Jakarta untuk berkreasi dan secara cepat menyelesaikan permasalahan yg ada di wilayahnya.
Harapan utk secara cepat dapat mewujudkan tuntutan dan harapan masyarakat juga menjadi persoalan tersendiri. Tetapi dg segala keterbatasan kewenangan tsb saya berupaya bekerja semaksimal mungkin utk mewujudkan kebaikan bagi wilayah dan masyarakat Jakarta Utara. Saya sadar se-sadar2nya bhw dalam masa jabatan saya yg relatif baru belum banyak yg saya perbuat bagi Jakarta Utara. Tetapi selama ini saya dg sepenuh hati, pikiran dan tenaga saya curahkan bagi wilayah dan masyarakat Jakarta Utara.
Berpikir, berbicara dan berbuat yg terbaik bagi wikayah dan masyarakat Jakarta Utara adalah obsesi saya. Jika ada sedikit perbaikan yg dirasakan di Jakarta Utara seperti agak berkurangnya daerah genangan di Jakarta Utara, atau Jakarta Utara sedikit lebih bersih, atau juga yg masih segar dlm ingatan kita yaitu lenyapnya kawasan lokalisasi prostitusi Kalijodo, saya selalu mengatakan bhw itu adalah hasil kerja team dan atas dukungan masyarakat, saya tidak pernah mengklaim bhw pekerjaan itu prestasi kerja saya sendiri.
Bekerja dan memberikan yg terbaik menjadi tekad saya. Sudah sering saya ungkapkan bhw apa yg saya lakukan dlm pelaksanaan tugas saya lakukan secara maksimal dan secara ikhlas, tanpa berharap saya mendapat apa dan saya tidak berharap mendapatkan jabatan atau peningkatan karier yg lebih tinggi lagi.
Jabatan Walikota saja bagi saya sdh merupakan sesuatu anugerah yg sangat luar biasa dan saya menganggap inilah puncak perjalanan karier saya yg dimulai dari tenaga magang (sekarang disebut PHL) di Kantor Kelurahan Rawabuaya Cengkareng Jakarta Barat. Hanya satu keinginan saya yaitu dapat menyelesaikan tugas dan karier saya secara baik. Diujung karier saya ini, saya ingin berbuat sesuatu yg bermanfaat bagi orang banyak sebagai bekal hidup saya di akherat kelak.
Saya juga sangat menyadari bahwa banyak kekurangan, kelemahan dan keterbatasn saya, walau saya berupaya pada setiap waktu memperbaiki kelemahan dan kekurangan tsb. Tatapi kelemahan, kekurangan atau juga kealpaan adalah sifat manusia yg sulit dielakkan.
Dengan kesadaran tersebut maka dalam pikiran saya dikoreksi dari berbagai pihak atas pelaksanaan pekerjaan saya adalah suatu keharusan. Apalagi koreksi atau bahkan kemarahan dari pimpinan adalah suatu kewajaran bagi perbaikan ke depan. Oleh karena itu marahnya pimpinan saya anggap cambuk utk perbaikan ke depan. Saya tidak pernah sakit hati atas marahnya pimpinan kepada saya, karena saya selalu berpikir bhw pimpinan pasti lebih baik, lebih tahu dan lebih bijak dari bawahan
Khusus utk penertiban/pembongkaran, saya tidak pernah ragu apalagi takut melaksanakan tugas itu. Sebagaimana yg saya tunjukan pada saat penertiban di beberapa bagian wilayah di Jakarta Utara termasuk di Jl. Tubagus Angke, Kali Karang, Kali Cakung Lama, Anak Kali Ciliwung Ancol, Lokalisasi Kalijodo, Pasar Ikan dan dibeberapa tempat lainnya.
Cuma memang dalam penertiban/pembongkaran yg menyangkut orang banyak saya bertindak ekstra hati2, dg perhitungan matang dan hrs terkoordinasi dg unit2 terkait dan melalui pengkondisian secara baik. Ini mungkin terkesan atau dilihat oleh orang lain saya terlalu lamban. Satu hal yg menjadi kunci dalam penertiban/pembongkaran pemukiman adalah "ketersediaan dan kelayakan Rumah Susun sebagai tempat relokasi penghuni/penduduk yg akan ditertibkan" Ini suatu keharusan yg tidak boleh ditawar.
Walau saya berlatar belakang pendidikan di bidang ilmu politik, dan juga berkawan dg orang politik (sesama mantan aktifis pada saat muda/mahasiswa), tapi dg kesadaran penuh bhw dalam pelaksanaan tugas saya sebagai PNS/Aparatur Sipil Negara, saya tidak mau mengaitkan pelaksanaan tugas dg kepentingan politik orang/golongan tertentu. Jadi jika ada yg menilai bhw saya bersekutu dg tokoh politik ataupun bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur dalam Pilkada DKI Tahun 2017 saya nyatakan tidak benar dan tidak beralasan sama sekali.
Dengan ini saya nyatakan bahwa tuduhan saya bersekutu dg Pak Yusril adalah tidak benar.
Secara jujur saya katakan bhw kadang2 selaku bawahan saya juga mengharapkan mendapatkan ucapan terima kasih dari pimpinan atas hasil kerja yg telah dikakukan, hal ini penting sebagai bekal semangat pelaksanaan tugaa selanjutnya. Tetapi jika itu tidak ada tidaklah mengapa dan saya akan terus melaksanakan tugas berikutnya dengan semangat. Bebeda dengan tuduhan yg menjurus fitnah apalagi keluar dari mulut pimpinan adalah sesuatu yg SANGAT MENYAKITKAN