Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mahfud Bantah Restui Moeldoko, Max Sopacua: AHY Jangan Lebay!

Di antaranya adalah Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Mahfud Bantah Restui Moeldoko, Max Sopacua: AHY Jangan Lebay!
TRIBUN/DANY PERMANA
Bendera Partai Demokrat 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selain Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, beberapa menteri dan pejabat kabinet lain turut disebut terkait upaya kudeta pada Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Di antaranya adalah Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD.

Nama Mahfud disebut oleh politikus Demokrat, Rachland Nashidik. Ia mengungkapkan Moeldoko --yang ingin menggulingkan AHY-- mencatut nama Mahfud MD, Menkumham Yasonna Laoly, dan 'Pak Lurah' untuk menggalang kekuatan di Demokrat.

AHY dan Moeldoko
AHY dan Moeldoko (TRIBUNNEWS Ilham Rian Pratama / KOMPAS.com Haryanti Puspa Sari)

"Tapi dia menyebut Kepala BIN, Kapolri, Menkumham, dan Menko Polhukam @mohmahfudmd, bahkan "Pak Lurah" merestui. Para pejabat negara itu perlu juga angkat bicara. Apa iya ini semua tanpa restu 'Pak Lurah'?" ucap Rachland.

Baca juga: Marzuki Alie dan Moeldoko Beri Tanggapan saat Namanya Disebut Terlibat dalam Kudeta Partai Demokrat

Merespons cuitan itu, Mahfud mengaku terkejut dengan kabar itu dan menyebut isu kudeta yang mencatut nama beberapa pejabat Jokowi itu sebagai isu aneh.

"Ada isu aneh, dikabarkan beberapa menteri, termasuk Menkopolhukam Mahfud MD, merestui Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengambil alih Partai Demokrat dari AHY melalui KLB.

Wah, mengagetkan, yakinlah saya tak pernah berbicara itu dengan Pak Moeldoko maupun dengan orang lain. Terpikir saja tidak, apalagi merestui," ucap Mahfud melalui Twitter, Selasa (2/2).

Baca juga: Eks Wasekjen Sebut Moeldoko Figur yang Pas Pimpin Partai Demokrat

Berita Rekomendasi

Menurut eks Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu, di era demokrasi yang sangat terbuka dan dikontrol oleh masyarakat seperti sekarang ini, sulit dipercaya kepemimpinan partai, apalagi partai besar seperti Demokrat bisa dikudeta seperti itu.
"Jabatan Menko tentu tak bisa digunakan dan pasti tidak laku untuk memberi restu. Yang penting internal PD sendiri solid," tutup Mahfud.

Sementara itu mantan anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat Max Sopacua Max membantah ada upaya kudeta di Partai Demokrat.

Ia juga menolak namanya disebut-sebut sebagai aktor yang memainkan isu kudeta di Demokrat.

"Memang sudah terjadi kudeta ya? Kudeta ini terjadi di Myanmar, bukan di sini, di Demokrat. Orang bego saja yang bilang itu kudeta," ucap Max kepada wartawan, Selasa (2/2).

Baca juga: Respons Marzuki Alie dan Moeldoko Saat Namanya Disebut Terlibat dalam Kudeta Partai Demokrat

Max mengatakan, isu kudeta muncul karena kepanikan dari sejumlah pihak dalam memberikan respons.

"Disebut kudeta, apa kudeta itu? Mereka masih sehat-sehat semua di DPP, Ibas [Edhie Baskoro Yudhoyono], AHY masih sehat-sehat. Semua ini karena panik," tuturnya.

Ia pun meminta AHY menyelesaikan permasalahan yang ada secara baik. Ia menyarankan, AHY tidak panik dan langsung menuduh pihak-pihak tertentu ingin mengkudeta kepemimpinan Demokrat.

Max Sopacua
Max Sopacua (youtube)

Max menegaskan, kudeta bukan hal yang mudah karena harus dilakukan dengan menyusun perencanaan yang matang lebih dahulu.

"Dulu waktu mau jadi ketua, AHY itu ngomong muda adalah kekuatan, sekarang selesaikan dengan tenaga yang muda itu, jangan lebay.

Jangan panik, belum apa-apa sudah panik, libatkan orang sana orang sini, yang mau mengkudeta lah, kudeta itu memangnya gampang apa, kudeta itu harus punya perencanaan yang matang," katanya.

Senada dengan Max, mantan Sekjen Partai Demokrat, Marzuki Alie juga meminta AHY tidak menjadi pemimpin partai yang cengeng.

Hal tersebut disampaikan Marzuki menyikapi pernyataan AHY yang menyebut ada kader dan pihak pejabat negara ingin mengambil alih Partai Demokrat darinya secara paksa atau kudeta.

"Kudeta apa sih? Lalu kenapa memangnya, misalnya ada? Kok rame. Partai biasa ada gonjang-ganjing, ada trik kanan, trik kiri, ada suka tidak suka," ujar Marzuki saat dihubungi, Jakarta, Selasa (2/2).

"Seorang pemimpin harus mampu mengkonsolidasikan kekuatan di bawahnya. Tidak usah cengeng, mau surati Pak Jokowi, jangan cengeng lah," sambung Marzuki.

Menurutnya, pemimpin partai politik seharusnya mampu menggerakan seluruh kader untuk tetap solid agar tidak mudah digoyang oleh pihak eksternal maupun internal. "Artinya, pimpin secara profesional, tegaskan aturan partai, mekanisme partai diikuti," ucap mantan Ketua DPR itu.

Marzuki lantas menceritakan pengalamannya saat menjabat Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, di mana saat ini terdapat gerakan-gerakan internal yang ingin melengserkannya.

"Waktu itu gonjang-ganjing kan banyak, menjatuhkan sekjen lah, tidak pernah saya respon dengan berita-berita seperti ini. Kerja saja, buktikan kerja kita bagus, kita tunjukkan dan hasilnya kita menang Pemilu saat itu," papar Marzuki.

Oleh sebab itu, Marzuki berpesan kepada AHY untuk lebih bijak lagi dalam memimpin Partai Demokrat, tanpa mengungkap persoalan internal ke publik dan menuduh pihak lain terlibat.

"Beliau orang muda, bagus. Tapi mulai lebih bijak lagi, apalagi bicara di ruang publik. Boleh dia ngomong, tapi tidak boleh nyebut nama presiden, klarifikasi ke presiden, etikanya tidak ada," paparnya.

"Bagaimana kalau SBY dulu diperlakukan seperti itu, tidak enak juga. Pasti tidak mungkinlah pak Jokowi menanggapi itu, kan tidak pas juga. Kalau ada orang, si A, si B, tunjuk aja hidungnya, dan dia harus menyampaikannya, jangan orang-orang sekitarnya nuduh-nuduh," sambung Marzuki.(tribun network/dit/sen/dod)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas