DPP LDII Prihatin Para Tokoh Saling Serang Argumen di Media Sosial
DPP LDII prihatin aksi saling serang para tokoh di media sosial yang sudah melewati area paling sensitif dari kehidupan berbangsa dan bernegara.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Theresia Felisiani
Semua itu, atas nama kemerdekaan berpendapat dan bersuara yang melalaikan hak asasi publik untuk mendapatkan sesuatu yang positif dalam media sosial.
“Inilah yang menjadi tantangan disintegrasi bangsa, yang harus diwaspadai seluruh rakyat Indonesia,” kata Chris.
Baca juga: Staf BPIP Nilai yang Disampaikan Abu Janda Tidak Bijaksana
Menurut Chriswanto, disintegrasi bangsa Indonesia pada masa lalu dipicu oleh ketidakpuasan dan perasaan terpinggirkan. Sehingga pada awal kemerdekaan Indonesia, terjadi pemberontakan di beberapa wilayah.
“Kini ancaman disintegrasi dipicu oleh serangan terhadap hal yang paling sensitif yakni SARA, yang memicu pula rasa terpinggirkan dan ketidakadilan,” tutupnya.
Sementara itu, praktisi telematika Lukman A. Fatah mengatakan, agar masyarakat tak mudah membagikan atau sharing, hal-hal yang merusak kerukunan, persatuan, dan kesatuan bangsa.
“Dalam media sosial cek ricek sangat lemah, apalagi dengan mayoritas penduduk Indonesia adalah umat Islam, dalam Al Quran diajarkan supaya berita itu di-tabayun atau dicek lagi kebenarannya,” papar Lukman yang juga Ketua DPP LDII.
Ia mengatakan, bila cek dan ricek telah dilakukan, hal lain adalah memikirkan kembali, manfaat dari penyebaran informasi tersebut.
“Manfaat dan mudarat sebelum sharing informasi harus dilakukan meskipun mengetahui informasi tersebut adalah benar,” ujar Lukman.
Baca juga: Ketua Umum LDII Ajak Semua Pihak Kuatkan Kepedulian Sosial Sikapi Bencana yang Terjadi di Indonesia
Menurutnya, sikap ingin menjadi orang pertama yang tahu atau ingin jadi yang awal menyebarkan informasi, dengan tanpa mempertimbangkan baik-buruknya jika informasi itu tersebar bukanlah sifat yang terpuji.
Hal itu, bisa memicu disintegrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, menanggapi pendengung atau buzzer sebaiknya diabaikan.
"Pendengung yang dengungannya diabaikan, nanti diam sendiri," timpalnya.