Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hasil Investigasi KNKT Terkait Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 180 dan Kronologi Kecelakaannya

Dalam laporan tersebut KNKT menyebut pengatur sistem daya atau gas (Throttle) pada pesawat mengalami anomali.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Hasil Investigasi KNKT Terkait Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 180 dan Kronologi Kecelakaannya
Sriwijaya Air
Sriwijaya Air 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merilis laporan pendahuluan hasil investigasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air PK-CLC SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta.

Dalam laporan tersebut KNKT menyebut pengatur sistem daya atau gas (Throttle) pada pesawat mengalami anomali.

Tuas autothrottle mesin sebelah kiri pesawat nahas tersebut bergerak mundur ketika pesawat melewati ketinggian 8150 kaki. Sementara yang sebelah kanan tidak bergerak sama sekali alias macet.

Kepala Sub Komite Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo Utomo mengatakan akibat dari anomali tuas tersebut pesawat kehilangan tenaga dan daya dorong.

Baca juga: Penjelasan KNKT Soal Dugaan Penyebab Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182

"Mundurnya Throttle mesin sebelah kiri ini, membuat tenaga mesin sebelah kiri pesawat Sriwijaya Air SJ 182 berkurang," ucap Nurcahyo, Rabu (10/2/2021).

Baca juga: Penjelasan KNKT Soal Dugaan Penyebab Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182

etugas gabungan membawa bagian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta - Pontianak yang jatuh di perairan Pulau Seribu di Dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (10/1/2021). Temuan bagian pesawat selanjutnya akan diperiksa oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sedangkan potongan tubuh korban diserahkan kepada DVI Polri untuk identifikasi lebih lanjut.
etugas gabungan membawa bagian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta - Pontianak yang jatuh di perairan Pulau Seribu di Dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (10/1/2021). Temuan bagian pesawat selanjutnya akan diperiksa oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sedangkan potongan tubuh korban diserahkan kepada DVI Polri untuk identifikasi lebih lanjut. (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Nurcahyo menjelaskan, tuas throttle sebelah kiri pesawat juga bergerak mundur sebanyak tiga kali.

Namun, ia belum dapat memastikan apakah autothrottle bagian kiri yang rusak karena autothrottle sebelah kanan juga mengalami anomali.

Baca juga: Kenang Tragedi Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182, Pria Ini Buat Video Selama Tiga Hari

Berita Rekomendasi

"Saat ini memang yang kita ketahui autothrottle kiri bergerak mundur, tetapi apakah ini yang rusak yang kiri, kita belum tahu karena dua-duanya menunjukkan sikap yang berbeda atau artinya dua-duanya mengalami anomali," kata Nurcahyo.

Dari hasil investigasi yang dilakukan KNKT, Nurcahyo mengungkapkan, ada dua kerusakan yang ditunda perbaikannya sejak 25 Desember 2020.

"Penundaan perbaikan ini, atau Deferred Maintenance Item (DMI) merupakan hal yang sesuai asal tetap mengikuti panduan Minimum Equipment List atau MEL," kata Nurcahyo.

Pada 25 Desember 2020, ditemukan penunjuk kecepatan di sisi sebelah kanan rusak dan belum berhasil diperbaiki dan dimasukkan ke daftar penundaan perbaikan kategori C sesuai MEL.

Pada 4 Januari 2021, indikator pun diganti dan hasilnya terlihat bagus sehingga DMI pun ditutup. Kemudian pada 3 Januari pilot melaporkan autothrottle tidak berfungsi, dan dilakukan perbaikan dengan hasil baik.

Baca juga: KNKT Ungkap Kronologi Lengkap Sriwijaya Air SJ-182 dari Take Off hingga Hilang Kontak

Tetapi, pada 4 Januari 2021 autothrottle kembali mengalami kerusakan dan tidak berfungsi. Kemudian perbaikan pun belum berhasil dilakukan, sehingga dimasukan dalam daftar DMI. Pada 5 Januari 2021, autothrottle telah berhasil diperbaiki dan DMI pun ditutup.

Nurcahyo pada laporan pendahuluan juga menjelaskan detik-detik jatuhnya pesawat tujuan Jakarta-Pontianak tersebut.

Dalam penjelasan awal terkait penyebab jatuhnya SJ 182 ini, KNKT menyebutkan pesawat ini telah terbang mengikuti jalur keberangkatan yang sudah ditentukan sebelumnya.

Kemudian berdasarkan rekaman flight data recorder (FDR) bahwa sistem autopilot pesawat tersebut aktif di ketinggian 1.980 kaki.

Baca juga: 7 Manfaat Air Jeruk Nipis Bagi Kesehatan, Meremajakan Kulit dan Dapat Menurunkan Berat Badan

Pilot pesawat SJ 182 sempat meminta kepada petugas Air Traffic Controller (ATC) untuk berbelok ke 75 derajat dan diizinkan.

ATC pun memprediksi perubahan arah ini akan membuat SJ 182 bertemu dengan pesawat lain dengan tujuan yang sama. Maka pesawat ini pun diminta untuk mempertahankan ketinggian di 11 ribu kaki.

"Pada ketinggian 10.900 kaki, menurut data FDR sistem autopilot tidak aktif dan tuas throttle sebelah kiri kembali turun dan tenaga semakin berkurang sedangkan tuas throttle sebelah kanan tidak bergerak," ucap Nurcahyo.

Kemudian pada ketinggian tersebut, pesawat kemudian mulai turun dan sistem autopilot tidak aktif atau disengage.

Prajurit TNI AL memindahkan perahu karet dari KRI Tenggiri-865 saat pencarian korban dan puing pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (12/1/2021). Pada hari keempat pencarian tim SAR menambah satu kapal untuk memperkuat operasi pencarian korban, puing, dan kotak hitam pesawat Sriwijaya Air SJ182 menjadi 54 kapal.
Prajurit TNI AL memindahkan perahu karet dari KRI Tenggiri-865 saat pencarian korban dan puing pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (12/1/2021). Pada hari keempat pencarian tim SAR menambah satu kapal untuk memperkuat operasi pencarian korban, puing, dan kotak hitam pesawat Sriwijaya Air SJ182 menjadi 54 kapal. (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Sikap pesawat pun menurut data FDR pada posisi naik atau pitch up, dan pesawat miring ke kiri. Kemudian tuas mesin Throttle sebelah kiri kembali berkurang.

Melihat anomali tersebut, lanjut Nurcahyo, ATC pun meminta pesawat SJ 182 untuk menaikkan ketinggian ke 13 ribu kaki dan dijawab oleh pilot.

"Ini komunikasi terakhir ATC dengan pesawat SJ 182, dan FDR sudah tidak merekam data penerbangan selama 20 detik," ujar Nurcahyo.

Tidak Tabrak Awan

Mengacu pada data cuaca yang diperoleh KNKT dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pesawat tersebut tidak melalui area awan hujan ketika terbang. Pesawat juga tidak berada dalam awan yang berpotensi menimbulkan guncangan.

"Bahwa pesawat ini tidak melalui area dengan awan yang signifikan dan bukan area awan hujan, juga tidak berada in-cloud turbulence atau di dalam awan yang berpotensi menimbulkan guncangan," kata Nurcahyo.

KNKT juga menduga Cockpit Voice Recorder (CVR) pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di Kepulauan Seribu belum bisa ditemukan karena tertimbun lumpur di dasar laut.

Nurcahyo mengungkapkan pihaknya telah menandai posisi koordinat yang ditengarai menjadi lokasi CVR.

"Posisi koordinat CVR sudah kami tengarai, mengacu pada ditemukannya FDR juga elektronik modul atau casing dari CVR dan FDR," ujarnya.

Nurcahyo menyebut, luas pencarian CVR memiliki dimensinya 25 meter x 25 meter.

"Kami sudah membuat garis di bawah laut, sebanyak lima kotak. Dugaan kami CVR tertimbun lumpur, penyelam akan menggali wilayah yang telah dikotakkan," ungkapnya.

KNKT juga mengungkapkan telah menggunakan alat peniup lumpur untuk memudahkan proses pencarian CVR. "Kemarin sudah kita tiup pagi, saat sorenya sudah kembali tertimbun lumpur," ujar Nurcahyo.(TribunNetwork/har/wly)

Kronologi jatuhnya Sriwijaya Air PK-CLC, SJ 182 berdasarkan laporan pendahuluan KNKT:

1. 14.36 WIB: Pesawat take off dari bandara Soekarno-Hatta menuju bandara Supadio, Pontianak. Setelah take off Flight Data Recorder (FDR) merekam sistem autopilot aktid saat ketinggian 1.980 kaki. Pesawat terus naik dan pada ketinggian 8.150 kaki tuas throttle(gas) sebelah kiri mendadak bergerak mundur dan tenaga mesin berkurang. Tuas sebelah kanan tidak bergerak.

2. 14.38 WIB: Karena kondisi cuaca pilot kemudian meminta kepada pengatur lalu lintas udara (ATC) untuk berbelok ke arah 75 derajat.Permintaan diizinkan namun ATC memperkirakan jika berbelok akan bertemu dengan pesawat terbang lain dengan tujuan yang sama. ATC kemudian meminta Sriwijaya Air SJ-182 PK CLC diminta berhenti naik di ketinggian 11.000 kaki.

3. 14.39 WIB: Saat pesawat melewati ketinggian 10.600 kaki pesawat berada pada arah 46 derajat dan mulai berbelok ke kiri. Saat itu tuas throttle sebelah kiri kembali bergerak mundur dan yang kanan tetap alias tidak bergerak. ATC kemudian meminta piot untuk naik ke ketinggian 13.000 kaki dan dijawab oleh pilot. Ini menjadi komunikasi terakhir antara pilot dan ATC.

4. 14.40 WIB: FDR mencatat tuas throttle sebelah kiri kembali mundur dan posisi pesawat mulai menunduk kemudian menukik. Sekitar 20 detik kemudian FDR berhenti merekam data.(har/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas