Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Radikalisme Dinilai Tidak Akan Bisa Hidup Nyaman di Indonesia

alumni perguruan tinggi top dunia itu lebih banyak mendiskusikan cara pengembangan ekonomi, industri, sains, dan teknologi.

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Radikalisme Dinilai Tidak Akan Bisa Hidup Nyaman di Indonesia
HandOut/Istimewa
Calon Ketua Ikatan Alumni (IA) ITB Gembong Primadjaya 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Calon Ketua Umum Ikatan Alumni ITB (IA ITB), Gembong Primadjaja, menyoroti masalah pluralisme dan radikalisme di Indonesia.

Gembong menilai, pluralisme sudah menjadi keniscayaan di alam demokrasi dan sudah menjadi bagian dari kebangsaan Indonesia.

Menurutnya, pluralisme di Indonesia berhasil dibingkai ke dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika dan sudah membuktikan mampu membawa Indonesia menjadi negara yang demokratis dan beradab.

Baca juga: GAR ITB Tuduh Din Syamsuddin Radikal, Begini Tanggapan Waketum MUI

“Dengan menjunjung tinggi prinsip pluralisme, saya meyakini rasanya tak mungkin radikalisme bisa hidup dengan nyaman di Indonesia,” kata Gembong melalui keterangan tertulisnya, Selasa (16/2).

Pernyataan Gembong soal radikalisme ini menyikapi kehebohan yang terjadi beberapa hari belakangan, yang dipicu oleh Gerakan Anti-Radikalisme (GAR) Alumni ITB.

“Perbedaan persepsi dikalangan alumni ITB menjadi PR untuk bisa dijembatani. Harus ada orang yang punya waktu cukup untuk menngurus IA ITB, agar pihak-pihak yang berbeda persepsi itu bisa saling menjalin interaksi dan komunikasi,” ujarnya.

Baca juga: Delapan Kandidat Ketua Umum Ikatan Alumni ITB, Ini Sosoknya

Berita Rekomendasi

Gembong mengaku tidak pernah diajak untuk bergabung dengan gerakan tersebut.

Ia mengajak pihak-pihak yang berbeda pandangan untuk menahan diri supaya kondisinya bisa mendingin dan lebih kondusif.

Gembong juga menyoroti kiprah para alumni dari perguruan tinggi terkenal di dunia.

Menurutnya, alumni perguruan tinggi top dunia itu lebih banyak mendiskusikan cara pengembangan ekonomi, industri, sains, dan teknologi.

“Saya berharap, IA ITB – sesuai AD/ART – ke depan lebih banyak membangun diskursus pengembangan sains, teknologi, seni, dan kemasyarakatan. Jadi, para alumni tidak lagi lebih banyak berdiskusi soal politik,” tuturnya.


Sekjen IA ITB periode 2016 – 2020 ini juga mengajak para alumni ITB untuk bersatu dan memberikan kontribusi untuk memajukan bangsa.

Gembong juga menaruh perhatian besar kepada kesejahteraan para dosen ITB. Salah satu program yang dijanjikan Gembong jika terpilih menjadi Ketua Umum IA ITB adalah menyiapkan hunian yang layak bagi para dosen.

“Ini program giving back kepada almamater. Dengan hunian yang layak dan nyaman, dosen muda yang belum beruntung memiliki tempat tinggal, bisa lebih fokus dalam mengajar,” katanya.

Pemilihan Ketua Umum IA ITB akan dilaksanakan pada 27 – 28 Maret 2021. Ada delapan kandidat ketua umum, dari berbagai angkatan dan jurusan di ITB.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas