Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tanggapi Marzuki Alie, Demokrat: Ini Bukan Biru Melawan Merah, Apalagi SBY dan Megawati

Partai Demokrat merespons pernyataan mantan sekjennya, Marzuki Alie yang menyebut 'SBY bilang Megawati kecolongan dua kali'.

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Tanggapi Marzuki Alie, Demokrat: Ini Bukan Biru Melawan Merah, Apalagi SBY dan Megawati
TRIBUNNEWS Herudin / Ilham Rian Pratama
Marzuki Alie menyebut AHY sebagai sosok pemimpin cengeng dan tak punya etika terkait tudingan rencana kudeta Demokrat. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Demokrat merespons pernyataan mantan sekjennya, Marzuki Alie yang menyebut 'SBY bilang Megawati kecolongan dua kali'.

Demokrat heran dengan sikap Marzuki yang awalnya mengklaim tidak terlibat Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat (GPK PD), namun kekinian menyebar tuduhan yang tak dapat diverifikasi oleh orang lain. 

Hal itu dikatakan Kepala Badan Komunikasi Strategis, Herzaky Mahendra Putra kepada wartawan, Kamis (18/2/2021).

Baca juga: Pasca-Tuduhan Kudeta, Ketua DPC Demokrat Blora Dicopot karena Dukung KLB

"Pertanyaan besar kemudian mengemuka tatkala Pak Marzuki Alie yang sebelumnya selalu mengklaim tidak terlibat GPK PD, mengapa ikut-ikutan menyebar tuduhan dan informasi yang tidak dapat diverifikasi, selain oleh Pak Marzuki Alie sendiri?," kata Herzaky.

Herzaky mengatakan, sejak awal Partai Demokrat membuka GPK PD ke publik sebagai bahan pembelajaran bersama bagi partai-partai politik lain.

Baca juga: Di Balik Tudingan Istana Ingin Kuasai Demokrat, Bagaimana Hubungan SBY dan Jokowi Saat Ini?

Sebab ini bisa saja terjadi pada partai politik lain, dan gerakan ini merupakan bentuk penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh oknum pejabat penting negara yang berbahaya bagi demokrasi.

Berita Rekomendasi

Apalagi, Ketua Umum Demokrat Agus Haromurti Yudhoyono (AHY) selalu menegaskan bahwa permasalahan GPK PD ini bukan mengenai siapa lawan siapa.

"Kami, dalam berbagai pernyataan di publik selalu menegaskan, kalau ini bukan AHY versus Bapak Presiden Joko Widodo, dan bukan pula biru melawan merah, apalagi Ibu Megawati dan Bapak SBY. Ini adalah perjuangan melawan penyalahgunaan kekuasaan, abuse of power, yang dilakukan oleh oknum pejabat penting negara, yang mengancam dan merusak demokrasi kita," ujarnya.

Atas dasar itu, Demokrat meminta semua pihak untuk tidak mencoba mengadu domba SBY dan Megawati, ataupun mengadu domba Partai Demokrat dan PDIP.

SBY dan Megawati, lanjut Herzaky, adalah putra putri terbaik bangsa yang pernah dipercaya memimpin negeri ini, yang sudah sepantasnya diempatkan di posisi terhormat.

"Tidak malah kita bawa-bawa dan adu domba untuk kepentingan pribadi, apalagi segelintir orang yang tidak bermartabat," ujarnya.

Lebih lanjut, Herzaky meminta seluruh pihak mengedepankan data dan fakta dalam berbicara.

Tidak menebar tuduhan tidak berdasar dan fitnah maupun pernyataan yang tidak bisa diverifikasi secara objektif.

"Rakyat sedang susah, jangan kita malah menambah beban dan pikiran rakyat dengan menyebar berita hoaks dan fitnah," ucapnya.

"Mari kita fokuskan energi kita, untuk memperjuangkan harapan rakyat. Mari kita bantu kesulitan rakyat, semampu kita, yang sedang dilanda bencana di berbagai pelosok Indonesia, maupun yang terdampak pandemi covid-19 dan krisis ekonomi," pungkas Herzaky.

Sebelumnya, soal pernyataan SBY bilang Megawati Soekarnoputri kecolongan dua kali, disampaikan Marzuki dalam bincang-bincang dengan mantan Anggota DPR Akbar Faizal, yang ditayangkan di akun YouTube Akbar Faizal Uncensored.

Marzuki menceritakan pernah menjadi orang yang sangat dipercaya SBY di masa awal berdirinya Partai Demokrat sekaligus pencalonan SBY sebagai presiden di Pilpres 2004.

Dalam suatu momen, Marzuki bercerita soal pertemuannya dengan SBY setelah Pemilu Legislatif 2004.

"Setelah Partai Demokrat lolos pemilu legislatif dapat tujuh sekian persen (suara), saya ketemu SBY," kata Marzuki.

Marzuki mengatakan, dalam pertemuan itu SBY mengutarakan niatnya maju di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004 berpasangan Jusuf Kalla (JK).

SBY dan JK sama-sama menjabat sebagai menteri di kabinet yang dipimpin Megawati Soekarnoputri yang saat itu sebagai Presiden RI.

Saat itu SBY menjabat Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) dan JK menjabat Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra).

Namun saat itu SBY mengundurkan diri dari jabatan menteri menjelang dimulainya Pemilu 2004.

Di situ, lanjut Marzuki, SBY menyebut nama Megawati yang saat juga sebagai calon petahana.

"Pak SBY nyampaikan, ‘Pak Marzuki, saya akan berpasangan dengan Pak JK. Ini Bu Mega akan kecolongan dua kali ini," kata Marzuki menirukan ucapan SBY.

Marzuki menjelaskan maksud kecolongan dua kali, yang pertama adalah ketika SBY memutuskan maju di Pilpres 2004.

Kecolongan kedua bagi Megawati adalah ketika SBY memutuskan menggandeng JK.

Saat ditanya kembali oleh Akbar makna dari pernyataan kecolongan dua kali, Marzuki enggan membahas lebih lanjut.

"Itu kalimat yang saya dengar," ucap Marzuki.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas