Apa Itu Vaksin Nusantara? Berikut Penjelasan Lengkapnya
Penjelasan lengkap mengenai vaksin nusantara yang dikembangkan oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
Penulis: Ranum KumalaDewi
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Indonesia saat ini diketahui tengah mengembangkan vaksin yang disebut dengan Vaksin Nusantara.
Terdapat nama mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di balik pengembangan vaksin tersebut.
Vaksin yang juga dikenal dengan nama AV-Covid-19 tersebut dikembangkan melalui kerja sama antara Kemenkes, RSUP dr Kariadi Semarang, dan Universitas Diponegoro (Undip).
Kini vaksin tersebut telah melalui uji klinis tahap pertama dan tengah memasuki uji klinis tahap kedua.
Baca juga: Vaksinasi Mandiri, Beda Merek Vaksin, Tak Digelar di Fasilitas Kesehatan yang Ditunjuk Pemerintah
Baca juga: Ini Sanksi yang Diberikan Pemerintah pada Warga yang Menolak Disuntik Vaksin Covid-19
"Kami bersama-sama dengan teman-teman dari Aivita Biomedical Corporation dari Amerika Serikat dan juga dengan Universitas Diponegoro dan Rumah Sakit Kariadi Semarang ini bahu-membahu mewujudkan vaksin berbasis dendritic cell," kata Terawan saat diwawancarai KOMPAS TV, Selasa (16/2/2021).
Terawan menyebut, Vaksin Nusantara merupakan vaksin yang menggunakan pendekatan dendritik.
Menurut dia, vaksin Covid-19 Nusantara akan memberikan imunitas yang bisa bertahan lama.
Lebih lanjut, ia menjelaskan mengenai dampak yang diberikan dari pemberian vaksin nusantara ini.
"Dampaknya apa? Tentunya akan memberikan kekebalan terhadap Covid-19 dan karena ini sifatnya menjadi imunitas yang seluler tentunya akan bertahan lama, karena tingkatnya di sel bukan imunitas humoral tapi seluler," jelasnya.
Terawan mengatakan, proses pengambilan sampel dendritik hingga menjadi vaksin, membutuhkan waktu sekitar seminggu.
"Prosesnya simpel, mengalami inkubasi dan seminggu kemudian sudah menjadi vaksin individual dan disuntikkan ke dalam tubuh si pasien penerima vaksin dan pembuat vaksin itu sendiri," ujarnya.
Dilansir oleh Kompas.com, Dosen dan tim peneliti, Dr. Yetty Movieta Nency SPAK mengatakan temuan vaksin tersebut menggunakan metode berbasis sel dendritik autolog yang bersifat personal.
Sel dendritik autolog sendiri merupakan komponen dari sel darah putih yang dimiliki setiap orang lalu dipaparkan dengan antigen protein S dari SARS-COV-2.
Kemudian, sel dendritik yang telah mengenal antigen akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali.
Di dalam tubuh, sel dendritik tersebut akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap SARS COV-2.
"Posedurnya dari subyek itu kita ambil sel darah putih kemudian kita ambil sel dendritik. Lalu di dalam laboratorium dikenalkan dengan rekombinan dari SARS-COV-2,"
"Sel dendritik bisa mengantisipasi virus lalu disuntikkan kembali. Komponen virus tidak akan masuk lagi ke tubuh manusia karena sel dendritik yang sudah pintar tadi," ujarnya
Baca juga: Kementerian Agama Telah Daftarkan 158 Ribu Calon Jemaah Haji untuk Program Vaksinasi Covid-19
Baca juga: Hingga Saat Ini 79 Persen Tenaga Kesehatan Telah Menerima Suntikan Vaksin Covid-19 Dosis Pertama
Kelebihan Vaksin Nusantara
Yetty menjelaskan, salah satu kelebihan dari Vaksin Nusantara ini, yaitu aman.
"Aman karena memakai darah pasien sendiri dan memicu tubuh sendiri untuk menimbulkan kekebalan. Jadi Insya Allah halal karena tidak mengandung komponen lain seperti benda-benda atau binatang," ucapnya.
Yetty mengatakan, harga dari vaksin ini diperkirakan sekitar 10 USD atau di bawah Rp 200.000 setara dengan harga vaksin-vaksin lainnya.
Kelebihan lainnya, sel dendritik bersifat personal karena baru diproses setelah diambil dari masing-masing orang yang akan divaksin.
Hal itu dapat menghemat produksi massal yang berpotensi adanya stok sisa dan terbuang.
"Jadi pasien yang memang membutuhkan, baru dibuat maka akan menghindari adanya bahan-bahan dan stok yang tidak terpakai," katanya.
Selain itu, pengelolaan vaksin dinilai cukup sederhana dan efisien karena dapat memotong biaya penyimpanan dan pengiriman.
"Karena kan mahal sekali, vaksin harus ada cooler box kalau dipindahkan ke tempat lain harus diatur suhunya, peralatannya mahal jadi yang bisa dipotong alur-alur seperti itu sehingga pemberian vaksin personalize ketika ada pasien yang mau vaksin baru diambil darahnya kemudian diolah itu menjadi efisien," ujarnya.
Vaksin Nusantara rencananya akan diproduksi massal dari sel dendritik yang sudah diambil.
"Targetnya produksi massal sekitar jutaan dosis, sebanyak-banyaknya. Tapi yang penting lolos uji dulu. Untuk itu, mohon support dan doanya," tambahnya.
Menurutnya, bahan baku pengolahan Vaksin Nusantara cukup mudah dan bisa dikirim ke beberapa fasilitas kesehatan.
"Kita harapkan metode ini bisa di-share ke beberapa tempat di Indonesia supaya bisa dibuat juga," ungkapnya.
(Tribunnews.com/Ranum Kumala Dewi) (Kompas.com/Riska Farasonalia)