BSSN: Ada Tren Peningkatan Serangan Siber Malware Pencuri Informasi di Awal Pandemi
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkap ada tren peningkatan aktifitas malware pencuri informasi di awal pandemi Covid-19, pada 2020 lalu.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkap ada tren peningkatan aktifitas malware pencuri informasi di awal pandemi Covid-19, pada 2020 lalu.
Peningkatan tren malware terjadi sejak 19 April–17 Mei 2020, dengan puncak tertinggi pada 30 April sebanyak 1.312 dan 11 Mei 2020 sebanyak 1.313.
Hal itu disampaikan Plt Kepala Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional (Pusopskamsinas), Sandiman Ahli Madya Pusopskamsinas BSSN, Adi Nugroho dalam “Webinar Publikasi Hasil Monitoring Keamanan Siber Tahun 2020,” Senin (1/3/2021).
“Peningkatan aktifitas malware ini terjadi di awal-awal masa pandemi,” ujar Adi Nugroho.
Sebagaimana diketahui masa pandemi di Indonesia ditetapkan pada Maret 2020 lalu.
Baca juga: BSSN Sebut Serangan Siber pada 2020 Meningkat Dua Kali Lipat di Indonesia
Pada awal April 2020, pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat.
Hal ini membuat semua aktifitas perkatoran dan bisnis dilakukan di rumah.
Sehingga karyawan memakai komputer pribadi yang secara keamanan tidak seaman di kantor.
Hasil monitoring BSSN, ditemukan lima jenis malware pencuri data yang aktifitasnya meningkat di awal pandemi.
Pertama, aktifitas njRAT Information Theft Trojan sebanyak 53 persen.
Kedua, aktifitas Emotet Information Theft Trojan sebanyak 15 persen.
Ketiga, aktifitas Wacatac Information Theft Trojan sebanyak 15 persen.
Keempat, aktifitas Ursnif Information Theft Trojan sebanyak 3 persen.
Baca juga: Andalkan SKSN, BSSN Ingin Antisipasi Ancaman Serangan Siber