Sosok Pahlawan Keluarga itu Kini Tiada, 7 Keponakan Artidjo Disekolahkan hingga Jenjang Sarjana
Artidjo sebenarnya juga masih mengajar sebagai guru besar di UII. Namun karena kesibukannya di KPK, frekuensi mengajarnya semakin berkurang.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Mantan hakim agung yang juga anggota Dewan Pengawas (Dewas) KPK, Artidjo Alkostar menghembuskan napas terakhirnya, Minggu (28/2/2021). Artidjo dikenal sebagai pejuang keluarga.
"Dia itu pejuang di keluarga kami, luar biasa untuk adik-adik dan keponakan," ujar Suryati saat ditemui di kediaman almarhum Artidjo di DI Yogyakarta. Tepatnya di Sidoarum, Kapanewon Godean, Sleman.
Kala itu rumah duka tergolong sepi. Tampak hanya ada segelintir tetangga yang berdiri di depan rumah, memantau keadaan di jalan gang.
Salah seorang tetangga juga ada yang berbincang dengan Suryati. Ia hendak mengkonfirmasi kabar duka kepada Suryati yang juga tinggal menetap di kediaman Artidjo.
Setelah pembicaraan singkat itu usai, Suryati pun mulai melayani pertanyaan awak media dari dalam pagar rumah yang setengah tertutup.
"Saya tinggal di sini sejak saya SMP, tahun 1988," terang wanita yang enggan menyebut usianya ini.
Kendati dikenal sebagai sosok yang tegas saat mengajar, Artidjo juga memiliki sifat penyayang. Terutama terhadap para anggota keluarganya.
"Beliau dekat sekali sama adik dan keponakan. Keponakannya dulu ikut beliau di sini (Yogyakarta) semua," jelasnya.
Mendiang juga merupakan tulang punggung keluarga. Tujuh keponakannya telah disekolahkan hingga jenjang S1.
"Yang enam sudah kuliah selesai semua. Saya S2, adik saya juga sudah selesai (kuliah)," paparnya.
Tak mengherankan jika Suryati menyebut Artidjo sebagai pahlawan keluarga mengingat jasanya yang begitu besar.
Konon sifat itu merupakan didikan orang tua Artidjo.
Sebagai anak sulung dari lima bersaudara, orang tuanya selalu menekankan akan pentingnya menjadi seorang penyayang dan pengayom.
"Jadi pesan itu dijalankan sama beliau (Artidjo)," ungkapnya.