Anggota Komisi IV Kritik Rencana Impor Beras: Baru Wacana Saja Bikin Harga Gabah di Petani Jatuh
Anggota Komisi IV DPR RI Ema Umiyyatul Chusnah mengatakan, rencana impor beras yang akan dilakukan pemerintah tidak tepat.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR RI Ema Umiyyatul Chusnah mengatakan, rencana impor beras yang akan dilakukan pemerintah tidak tepat.
Karena, kata Ema, memang kebutuhan beras dalam negeri saat ini masih mencukupi.
Apalagi bulan Maret - April adalah musim panen raya di berbagai daerah di Indonesia.
"Kami juga membantah klaim Kementerian Perdagangan yang menyebut impor beras tidak akan menjatuhkan harga gabah, karena kenyataannya berbeda dengan di lapangan," kata Ema dalam keterangannya, Rabu (17/3/2021).
"Hanya dengan wacana impor beras saja harga gabah di petani sudah jatuh di angka Rp 3.500 per kilogram bahkan ada yang lebih rendah," tambahnya.
Baca juga: Buwas Curhat, Bulog Kehilangan Pangsa Pasar dari Dihentikannya Program Rastra
Baca juga: Masuki Panen Raya, Bulog Perkirakan Cadangan Beras Pemerintah Tembus 1 Juta Ton
Baca juga: DPR Bentuk Panja: Harga Gabah Lagi Murah-murahnya, Kenapa Pemerintah Malah Impor Beras 1 Juta Ton?
Ema pun menyampaikan, berdasarkan data Perum Bulog, hingga 14 Maret 2021, di Gudang Bulog masih tersimpan 883.585 ton beras yang terdiri 859.877 ton stok cadangan beras pemerintah (CBP), dan 23.708 ton stok beras komersial.
Dari jumlah stok CBP itu ada 106.642 ton beras hasil impor 2018 yang telah mengalami penurunan mutu, sehingga harus dicampur (oplos) dengan beras baru agar bisa dikonsumsi.
Pada 2018 Bulog mengimpor 1.785.450 ton yang sebagian masih tersisa saat ini dan ini membuktikan bahwa selama ini impor beras memang tidak sesuai dengan data kebutuhan dalam negeri.
"Beras yang masih ada saat ini perlu segera disalurkan ke pasar dan masyarakat agar jumlah beras yang mengalami penurunan mutu tidak bertambah banyak," harap Ema.
Baca juga: Wacana Impor Beras Bikin Harga Gabah Tertekan, Pemerintah Perlu Lakukan Dua Langkah Ini
Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini menambahkan, rencana Impor di tengah stok yang masih melimpah itu menunjukkan buruknya tata perencanaan dan kelola pemerintah.
Khususnya, Kementerian Perdagangan mengenai perberasan.
Data Kementerian Perdagangan berbeda dengan data Dirjen Tanaman Pangan dan Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian pertanian yang menyebut produksi dalam negeri masih mencukupi kebutuhan.
"Kami meminta sebaiknya pemerintah membuka data ke publik mengenai stok beras dan jumlah kebutuhan nasional, apakah impor dibutuhkan atau tidak. Sehingga publik dapat menilai dan pemerintah transparan dalam mengambil kebijakan," jelas Ema.