Cerita Loyalis Anas Urbaningrum Kena Prank SBY: Gak Nyangka Orang Sekelas Beliau Bisa Berkhianat
Dia lantas melontarkan ide bagaimana jika Anas dan loyalisnya sepakat mendukung SBY mengisi posisi ketua umum yang ditinggalkan Anas.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Malvyandie Haryadi
"Ditanya lah. 'Kamu (I Gede Pasek) kenapa mau minta saya (SBY) jadi ketua umum?' (SBY) Sempat menawarkan kenapa nggak bu Ani saja (yang jadi ketua umum)," ujarnya.
I Gede Pasek menjelaskan jika SBY tidak maju, maka akan terjadi kompetisi kembali di internal Demokrat. Bila kubu SBY mengajukan Marzuki Alie, kubu Anas akan mengajukan Saan Mustopa. Menurutnya kompetisi itu hanya akan menghabiskan energi.
Mendengar alasan tersebut, SBY kemudian menyambut gembira tawaran itu dengan syarat Anas dan kawan-kawannya mampu memastikan terjadinya aklamasi.
I Gede Pasek pun memastikan aklamasi kepada SBY akan terjadi sepanjang Marzuki Alie tidak maju dalam kongres luar biasa (KLB). SBY merespon dengan berkomitmen akan menyatukan partai jika dirinya terpilih sebagai ketua umum.
Kabar ini disampaikan langsung ke Anas sepulang I Gede Pasek dari Istana. Kala itu, Anas disebutnya tertawa dan langsung bereaksi dengan menghubungi DPD serta DPC via telpon untuk memberikan dukungan ke SBY.
"Banyak yang kaget kenapa diarahkan milih SBY. Mas Anas waktu itu bilang, 'sudahlah biar semua selamat pilih SBY aja dulu, nanti urusan saya belakangan lah yang penting proses teman-teman nyaleg'," kata I Gede Pasek.
Singkat cerita, KLB yang digelar di Bali secara aklamasi memilih SBY sebagai ketua umum. Anas dan I Gede Pasek sengaja tak hadir dalam KLB.
SBY sendiri mengabarkan kemenangannya melalui pesan Black Berry Messenger (BBM) kepada I Gede Pasek. Lantas, SBY meminta usulan nama-nama dari Anas dan loyalisnya untuk dimasukkan ke dalam kepengurusan DPP Partai Demokrat.
"Selesai beliau terpilih, beliau BBM ke saya. 'KLB sudah selesai secara aklamasi, sampaikan juga terimakasih untuk bung Anas dan mohon usulan nama-namanya untuk kepengurusan di DPP'," ujar I Gede Pasek yang kemudian menunjukkan pesan itu kepada Anas.
Keesokan harinya, I Gede Pasek mengirimkan usulan nama-nama yang diminta SBY. Namun dia tak menyangka bahwa dari seluruh nama yang diusulkan itu hanya Saan Mustopa yang masuk kepengurusan.
"Bayangan saya, saya sebagai orang politik, investasi politik lebih banyak lah ya. Dari ide, menggarap, mengamankan Anas, melancarkan semua, kayaknya jabatan saya ini pasti melambung naik lah. Eh ternyata bukannya melambung, malah terhempas. Hilang cuma tersisa satu (Saan Mustopa), itu pun jabatannya memang dulu disitu. Yang lain hilang kena prank," tegasnya.
I Gede Pasek kaget dan tak menyangka SBY yang dipercayanya sebagai orang bersih, cerdas dan santun mampu mempermainkannya (prank, - red).
Bahkan SBY disebutnya tak pernah meminta maaf atas nama-nama yang hilang serta menganggap seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
"Di situ saya kaget betul. Nggak menyangka orang sekelas kepala pemerintahan, kepala negara, tingkat pendidikan sangat tinggi, kita bicara dari hati ke hati, kemudian bisa mengkhianati dengan cara dingin begitu. Kalau sekarang beliau mengeluh begini (dikhianati terkait kasus kudeta), saya sebenarnya sudah lebih dulu mengeluh lho," ujar I Gede Pasek.
"Jadi kalau cerita ini antara senang dan nggak senang. Senangnya itu karena yang nge-prank saya itu seorang presiden. Nggak senangnya itu kok ada gitu lho orang yang seharusnya kita sudah bicara gentleman agreement, seorang politisi yang berbicara dalam konteks bangsa bernegara kok bisa menipu hal yang sangat substansial," tandasnya.