Ada Bom di Makassar, Ken Setiawan: Eskalasi Teror Jelang Pilpres Akan Semakin Tinggi
Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan memprediksi eskalasi aksi teror akan terus meningkat jelang pemilu tahun 2024.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan memprediksi eskalasi aksi teror akan terus meningkat jelang pemilu tahun 2024.
Prediksi itu dilandaskan pada terjadinya ledakan bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Minggu (28/3/2021) pagi.
"Jelang pilpres 2024 eskalasi teror akan semakin tinggi. Ini (bom di Katedral Makassar) awal mula dari kelompok-kelompok ini menunjukkan eksistensinya," ujar Ken Setiawan kepada tribunnews.com.
Ken Setiawan berpendapat, aksi bom di Makassar menunjukkan bahwa jaringan kelompok radikal saat ini juga sedang marah.
Baca juga: Amnesty International mengutuk serangan bom di Makassar
Baca juga: PBNU Kecam Aksi Bom di Gereja Katedral Makassar
Baca juga: Aksi Heroik Satpam Sesaat Sebelum Terjadinya Bom di Gereja Katedral
Pemicunya yakni pemblokiran rekening-rekening yang terindikasi berkaitan dengan kelompok radikal oleh PPATK beberapa waktu lalu.
"Kelompok radikalis juga marah karena saat ini sumber dana mereka dibekukan oleh PPATK sehingga pergerakan mereka sedikit terbatasi," ujar Ken.
Ken sekaligus mengingatkan agar pemerintah mulai meningkatkan kewaspadaan.
Para kelompok radikal, ujar Ken, tidak akan berhenti mencari dana untuk melakukan aksi teror meski rekening-rekeningnya telah diblokir PPATK.
"Hal ini (pemblokiran rekening) tidak menyurutkan langkah mereka untuk mencari dana, sekarang mereka aktif menyebarkan penggalangan bantuan lewat media sosial sepeeti whatsapp, facebook, instagram, twitter dan lain-lain," kata dia.
"Mereka juga berani pasang iklan jor-joran di media sosial untuk penggalangan dana sosial untuk kepentingan kelompok mereka," sambung Ken.
Ken berharap masyarakat lebih baik langsung menyerahkan bantuan kepada yang berhak dan membutuhkan agar dapat meminimalisir potensi penyaluran dana kepada kelompok radikal.
"Jangan sampai kita malah ikut membantu jaringan radikal menjadi besar," pungkas dia.