Jubir KLB Tuding Radikalisme Tumbuh Subur Era SBY, Ossy Dermawan: Pernyataannya Menyulut Kemarahan
Tudingan radikalisme tumbuh subur di era kepemimpinan SBY dibantah Wasekjen Partai Demokrat, Ossy Dermawan.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Wasekjen Partai Demokrat, Ossy Dermawan menanggapi tudingan kubu kongres luar biasa (KLB) Partai Demokrat yang menyebut paham radikal tumbuh subur di era pemerintahan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Menurut Ossy, pernyataan yang dilontarkan Juru Bicara Partai Demokrat kubu Moeldoko, Muhammad Rahmad itu merupakan fitnah.
Ossy juga menyebut, pernyataan tersebut dapat menyulut kemarahan rakyat Indonesia.
Baca juga: Tanggapi Moeldoko, AHY Geram Ideologi Partai Demokrat Dipertanyakan: Fitnah dan Tuduhan yang Keji!
"Menurut saya, Rahmad telah menebarkan fitnah dengan mengatakan Partai Demokrat sebagai tempat berlindung kaum radikal."
"Termasuk pernyataan bahwa kepemimpinan SBY membiarkan radikalisme tumbuh subur di Indonesia."
"Pernyataannya dapat menyulut kemarahan tidak hanya kader dan simpatisan Partai Demokrat namun juga rakyat Indonesia," kata Ossy dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Selasa (30/3/2021).
Ossy menjelaskan, setiap masa kepemimpinan presiden memiliki tantangannya masing-masing.
Ia pun mengakui, tantangan terberat di masa kepemimpinan SBY adalah memberantas jaringan teroris.
Kendati demikian, lanjut Ossy, tantangan tersebut dapat diatasi dengan baik.
"Perlu saya sampaikan bahwa setiap masa ada tantangannya masing-masing."
"Sebagai contoh, di era SBY, tantangan terberat saat itu adalah membasmi organisasi teroris Asia dan dunia yang bergerak di Indonesia seperti Jamaah Islamiyah yang berafiliasi dengan organisasi teroris internasional Al-Qaeda."
Baca juga: Hari Ini, Sidang Perdana Gugatan AHY pada 10 Eks Kader Demokrat Digelar di PN Jakpus
"Terbukti pemerintahan SBY mampu menghancurkan sel-sel teroris tersebut dan melumpuhkan serta menangkap aktor-aktor utamanya," kata Staf Pribadi SBY ini.
"Jadi, yang diselesaikan bukan hanya sekedar pembubaran Ormas lokal tapi membasmi organisasi teroris Asia dan dunia," tambahnya.
Ossy juga menuturkan, tak hanya berhasil menjaga keberagaman kehidupan di Tanah Air, SBY juga mendapatkan berbagai penghargaan internasional.
Menurutnya, penghargaan itu adalah bentuk nyata pengakuan dunia kepada SBY dalam memberantas radikalisme.
"Itulah mengapa pada tahun 2013, SBY mendapatkan penghargaan sebagai negarawan dunia 2013 (World Statesman Award) dari Appeal of Conscience Foundation (ACF)."
"Sebuah organisasi yang mempromosikan perdamaian, demokrasi, toleransi, dan dialog antar kepercayaan yang berbasis di New York, Amerika Serikat."
"Ini merupakan wujud apresiasi dunia terhadap kerukunan umat beragama di Indonesia semasa era pemerintahan SBY," ungkapnya.
Baca juga: ALASAN Moeldoko Terima Pinangan Jadi Ketum Demokrat Versi KLB, Minta Tak Bawa-bawa Presiden Jokowi
Ossy menegaskan, Partai Demokrat dibawah kepemimpinan AHY mendukung segala upaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam menjaga kemajemukan di Indonesia.
"Kami mendukung segala upaya Presiden Jokowi dalam menjaga keberagaman, kebhinekaan dan pluralisme Indonesia sehingga tercipta harmoni dan perdamaian di negeri ini."
"Yang terpenting segala tindakan harus didasarkan pada keadilan (justice) dan kebijaksanaan (wisdom)," pungkasnya.
Baca juga: Kubu Moeldoko Seret Ibas ke Kasus Hambalang, Demokrat: Jangan Sebar Fitnah Jika Tak Punya Bukti
Jubir KLB Tuding Radikalisme Subur di Era SBY
Sebelumnya diberitakan, Juru bicara Partai Demokrat kubu Moeldoko, Muhammad Rahmad menyebut, paham radikalisme tumbuh subur pada masa kepemimpinan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Menurut Rahmad, hal itu mengakibatkan banyak kasus intoleransi terjadi di era SBY.
"Semasa SBY menjadi Presiden, diakui bahwa paham radikal tumbuh subur dan seakan-akan mendapat tempat di Indonesia," kata Rahmad kepada wartawan, Senin (29/3/2021).
Rahmad menambahkan, ketika organisasi radikal dibubarkan oleh pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), pihaknya mendeteksi kalau organisasi itu mencari tempat berlindung ke Partai Demokrat.
Menurutnya organisasi berpaham radikal itu merasa nyaman dengan Demokrat.
"Setidaknya, kelompok radikal itu merasa nyaman dengan Partai Demokrat. Apalagi jika dikasih ruang untuk masuk ke dalam legislatif, maka itu akan membahayakan masa depan Indonesia," ujarnya.
Oleh karena itu, Rahmad menegaskan, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko bersedia memimpin Partai Demokrat.
Menurutnya, Moeldoko berani mengambil risiko supaya Demokrat terhindar dari pengaruh-pengaruh radikal yang akan membahayakan masa depan bangsa dan negara.
"Jika paham radikal berlindung di dalam partai demokrat disebut omong kosong oleh pendukung SBY dan AHY, itu sah,sah saja. Silahkan saja. Mereka tentu berusaha membela diri," ucapnya.
"Yang kita lihat adalah fakta sejarah dimana kelompok radikal saat ini berusaha mencari tempat berlindung dan kelihatannya kelompok radikal itu nyaman berada dibelakang bayang bayang SBY," pungkasnya.
Berita lain terkait Gejolak di Partai Demokrat
(Tribunnews.com/Maliana/Chaerul Umam)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.