Pelaku Bom di Makassar Belajar dari Medsos, GAMKI: Masyarakat Harus Proaktif Laporkan Konten Radikal
GAMKI kutuk keras aksi terorisme bom bunuh diri yang terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
"Saya rasa ini menjadi peringatan bagi kita, bahwa doktrin dan propaganda radikalisme terorisme itu menyasar generasi muda yang tidak memiliki pondasi ideologi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang kuat," kata Sahat.
Menurut Sahat, terorisme berawal dari benih intoleransi dan eksklusivisme.
Kemudian, tumbuh menjadi pemikiran radikalisme dan selanjutnya ekstremisme, yang dapat berujung pada aksi terorisme.
"Sangat penting sekali melakukan pencegahan pemikiran intoleransi dan eksklusivisme sejak dini melalui pendidikan kepada generasi muda."
"Generasi muda Indonesia harus diajar dan dilatih bahwa kita hidup di tengah masyarakat yang majemuk."
"Keberagaman adalah kekayaan yang harus kita jaga dan rawat bersama," kata Sahat.
Sahat juga mengingatkan pentingnya mengawasi penyebaran paham radikalisme dan terorisme melalui media sosial.
Baca juga: Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Jadi Pelajaran, Wali Kota Makassar Akan Bentuk Pasukan Khusus
"Polisi tadi mengungkap bahwa pelaku belajar merakit bom melalui media sosial. Sebagian besar generasi muda kita adalah pengguna media sosial."
"Jadi tidak hanya pemerintah, masyarakat juga harus proaktif mengawasi media sosial, dan melaporkan ke pihak berwajib jika ditemukan adanya konten-konten di media sosial yang diduga bermuatan doktrin radikalisme, terorisme."
"Bahkan yang terkait dengan tata cara pembuatan bahan peledak ataupun aksi-aksi terorisme lainnya," pungkas Sahat.
Baca juga: Seorang Guru di NTB Diringkus Setelah Peristiwa Bom Makassar, Diduga Terjerat Jaringan Terorisme
Pelaku Belajar Rakit Bom dari Medsos
Sebelumnya diketahui, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen Boy Rafli Amar mengungkap sejumlah fakta setelah terjadinya bom bunuh diri di depan Gereja Katedral pada Minggu (28/03/2021).
Boy mengatakan, kedua pelaku bom bunuh diri belajar merakit bom secara daring.
"Ada informasi ini juga berkaitan dengan online training di media sosial yang dikembangkan oleh mereka."