Prokes Sudah Ketat, Kepala BPTJ Imbau Masyarakat Tak Perlu Ragu Lagi Gunakan Transportasi Publik
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek, Polana Pramesti mengatakan mayoritas masyarakat kini telah berani menggunakan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fandi Permana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek, Polana Pramesti mengatakan mayoritas masyarakat kini telah berani menggunakan transportasi umum.
Hal itu terluka semakin ramainya tingkat mobilisasi masyarakat khususnya di wilayah Jabodetabek yang antusias menggunakan transportasi umum. Meski ramai, penumpang semakin peduli untuk menerapkan protokol kesehatan di dalam transportasi umum saat bepergian.
“Hampir sebagian besar Alhamdulillah sudah memenuhi ketentuan protokol kesehatan yaitu 3M memakai masker mencuci tangan dan menjaga jarak. Wilayah Jabodetabek merupakan titik mobilitas tertinggi penumpang, BPTJ selalu memantau dan turun ke lapangan untuk memastikan prokes tetap ditetapkan selama pandemi Covid-19,” kata Kepala BPTJPolana B. Pramesti dalam seri webinar Sonora bertajuk Bermobilitas Harian dengan Transportasi Publik, Siapa Takut?, Kamis (1/4/2021).
Baca juga: YLKI Desak BPTJ untuk Perketat Penerapan Protokol Kesehatan di Terminal dan Angkutan Umum
Baca juga: BPTJ: Belum Ada Laporan Klaster Covid-19 di Transportasi Umum Jabodetabek
Baca juga: BPTJ Siapkan Fasilitas Bagasi untuk Penumpang Bus JR Connection yang Bawa Sepeda Lipat
Lebih lanjut Polana mengatakan, terkait penggunaan masker, secara garis besar petugas maupun pengguna transportasi publik, penumpang dan petugas telah mematuhi penggunaan masker pada saat persiapan keberangkatan di terminal ataupun Stasiun.
Hal ini tentu berdampak kepada semakin yakinnya masyarakat untuk menggunakan transportasi publik. BPTJ selalu berupaya untuk memastikan keamanan prokes di setiap armada transportasi di Jabodetabek agar masyarakat tak lagi takut bepergian.
"Karena protokol kesehatan sudah dijalankan, otomatis masyarakat semakin yakin dan merasa aman di setiap perjalanan. BPTJ mengapresiasi petugas di lapangan baik itu di Terminal, Stasiun, dan MRT yang selalu mengimbau agar masyarakat selalu menerapkan protokol kesehatan," tambah Polana.
Kemudian dalam setiap armada itu, baik kereta maupun dan bus, dan setelah turun dari sarana transportasi, BPTI memantau jika penumpang tetap menerapkan protokol kesehatan. Para sopir, kondektur, dan petugas yang berjaga di lapangan diharapkan tetap patuh terhadap prokes untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat untuk menggunakan transportasi publik.
“Saat naik dan turun, masyarakat sudah paham betul pentingnya prokes di transportasi publik. Jaga jarak antar penumpang juga terus dilakukan, termasuk sopir dan kondektur yang tetap menerapkan prokes hingga akhir perjalanan” ujarnya.
Mengenai ketaatan batas penumpang maksimum, Polana mengaku masih terjadi penumpukan penumpang dan kerumanan di transportasi publik pada jam tertentu. Ia mencontohkan kasus yang sering terjadi pada bus Transjakarta.
Polana menjelaskan hal ini terjadi karena load factornya melebihi batas yang ditentukan. Misalnya ketika jam berangkat dan pulang kerja, penambahan penumpang di tiap terminal berikutnya tidak bisa dihindari. Hal serupa juga terjadi di moda transportasi krl.
“Ini yang masih kita evaluasi terutama di Transjakarta dan KRL. Kalau jam kerja dan jam pulang kerja, beberapa masih ada penumpukan hingga kerumunan pun tak terhindari. Dalam kereta juga demikian, terutama dari 12 rangkaian kereta api, banyak penumpang mengisi pada gerbong 1 sampai dengan gerbong 3, sehingga kurang tersebar atau distribusi penumpangnya kurang tersebar di semua semua gerbong,” imbuh Polana.
Namun, Polana memastikan secara umum bahwa transportasi publik sudah memenuhi standar protokol kesehatan yang baik.
Hal itu didukung dengan ketersediaan fasilitas protokol kesehatan secara umum baik di stasiun maupun terminal telah tersedia tempat cuci tangan alat pengukur suhu, sabun, hand sanitizer dan sebagainya.
Kendati begitu, Paola menyebut memang masih ada beberapa lokasi yang kurang memperhatikan ketersediaan kelengkapan fasilitas misalnya Sabunnya kosong dan sebagainya.
“Kami mengharapkan hasil monitoring akan jadi masukan yang akan digunakan sebagai bahan evaluasi dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap penerapan protokol kesehatan,” pungkasnya.