Mantan Napi Teroris Ungkap Kesamaan Pandangan Pelaku Teror di Makassar dan Mabes Polri
Haris mengaku perekrut terorisme selalu mengemas kebencian terhadap perangkat negara sebagai konten.
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan narapidana terorisme, Haris Amir Falah, menyatakan pengantin bom bunuh diri atau pelaku terorisme selalu beranggapan presiden, polisi, dan TNI, merupakan pihak yang harus diserang.
Pembina Hubbul Wathon Indonesia 19 itu mengatakan, kelompok radikalisme menganggap presiden, polisi, dan tentara, sebagai thogut.
Haris menjelaskan, hal tersebut juga tampak dari surat wasiat pelaku teror di Gereja Katedral inisial L dan Mabes Polri berinisial ZA.
Baca juga: Istri Terduga Teroris Sampaikan Terima Kasih Jokowi Kirim Bantuan: Saya Senang, untuk Membiayai Anak
Keduanya memiliki kebencian yang mendalam terhadap pihak-pihak tersebut.
"Itu yang harus diserang. Nah, ini jadi akidah buat mereka, ini yang jadi masalah," kata Haris dalam diskusi Polemik 'Bersatu Melawan Teror', Sabtu (3/4/2021).
Haris mengaku perekrut terorisme selalu mengemas kebencian terhadap perangkat negara sebagai konten.
Baca juga: Dalam Satu Hari Densus 88 Amankan 7 Terduga Teroris di Jateng-DIY
Calon rekrutmen juga akan terpapar paham radikal sehingga menganggap presiden, polisi, dan tentara sebagai musuh.
"Ini mereka harus mengafiri tagut, nah, tagut yang mereka maksud adalah para aparat, artinya dari presiden, Polri, atau TNI. Itu disebut ansar tagut," kata dia.
Baca juga: Ki Agus M Toni Kecam Aksi Terorisme
Meski demikan, lanjut Haris, mengusut latar belakang pelaku terorisme juga harus menyeluruh.
Sebab, ada juga aksi teror dilatari ekonomi, politik, dan sebagainya.
"Bagi saya, mereka telah melakukan penyimpangan agama dan ini yang paling berat," kata Haris.