Abu Sayyaf Pesan Agar Para Sandera Tak Melaut Lagi di Perairan Tambisan, Sabah, Malaysia
Perairan yang tidak dijaga tersebut membuat kelompok penyandera seperti ASG dengan mudahnya masuk ke wilayah dan menyandera nelayan.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu RI) menyerah terimakan 4 ABK WNI sandera Abu Sayyaf Group (ASG) kepada keluarga yang dilakukan langsung oleh Menlu Retno Marsudi di Kantor Kemlu, Jakarta, Senin (5/4/2021).
Namun ada fakta menarik yang disampaikan Arizal, salah satu korban penyanderaan saat masih menjadi tawanan kelompok Abu Sayyaf.
Kepada media Arizal mengatakan bahwa kelompok Abu Sayyaf sempat berpesan kepada para sandera agar tidak melaut lagi di perairan Tambisan, Sabah, Malaysia karena mudah bagi mereka untuk berkeliaran di perairan itu.
"Mereka sempat titip pesan sama kami, agar diberitahukan pada kawan-kawan yang ada di Sabah, Malaysia, nggak usah melaut lagi di Tambisan karena akses buat kami keluar masuk situ mudah," kata Arizal, Senin (5/4/2021).
Perairan yang tidak dijaga tersebut membuat kelompok penyandera seperti ASG dengan mudahnya masuk ke wilayah dan menyandera nelayan.
Bahkan pesan itu diharapkan disampaikan kepada para nelayan lain yang melaut di kawasan perairan tersebut.
"Itu yang disampaikan oleh ASG sendiri," katanya.
Arizal mengatakan bahwa kesehariannya dan sejumlah nelayan RI yang bekerja di kapal Malaysia memang mencari ikan di perairan Tambisan.
Baca juga: Kemlu RI: Seorang WNI Umur 14 Tahun Sandera Abu Sayyaf Kembali Berhasil Diselamatkan
Baca juga: Karena Pandemi, Kepulangan 4 WNI Korban Sandera Abu Sayyaf Masih Tunggu Jadwal
Sebelumnya ia dan rekannya yang lain merasa aman-aman saja saat mencari ikan di perairan tersebut.
Tapi nahas menimpa mereka saat mencari ikan pada tanggal 15 Januari 2020 hingga menjadi sandera ASG selama kurang lebih 1 tahun 3 bulan.
"Pada saat mencari ikan aman-aman saja. Di perairan Tambisan memang mencari ikannya disitu. Namun memang sudah takdirnya," kata Arizal.
Arizal mengaku tidak mendapat ancaman yang berarti dari ASG. Namun kehidupan mereka sengsara selama menjadi sandera karena diliputi kekhawatiran ancaman bom dan baku tembak.
Hingga pada akhirnya ia dan rekannya berhasil melarikan diri saat akan dipindahkan ke Pulau Tawi-Tawi sesuai arahan personel pusat ASG kepada kelompok yang menawannya.
Kapal yang mereka tumpangi dari Mainbung dihantam ombak hingga terbalik, sehingga menjadi kesempatan bagi Arizal dan rekannya untuk menyelamatkan diri masing-masing.
"Alhamdulillah bisa berkumpul lagi bersama keluarga, bisa lebaran lagi sama keluarga, dikira ga bisa lebaran lagi bersama keluarga," kata Arizal haru.
Saksikan juga video wawancara eksklusif dengan BNPT dan eks kader NII terkait terorisme