Kompolnas: Kontra Narasi Radikal Perlu Gunakan Pendekatan Milenial
Ketua Harian Kompolnas Irjen Pol (Purn) Benny Mamoto berpendapat strategi dalam kontra narasi radikal perlu menggunakan pendekatan milenial.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Harian Kompolnas Irjen Pol (Purn) Benny Mamoto berpendapat strategi dalam kontra narasi radikal perlu menggunakan pendekatan milenial.
Menurut Benny hal tersebut perlu dilakukan untuk mengimbangi provokasi radikalisme yang masif terutama melalui media sosial atau internet.
Tidak hanya itu, Benny berpendapat masalah terorisme adalah masalah bersama, dan menjadi tanggung jawab bersama.
Baca juga: Hujan Deras Warnai Penggeledahan Rumah di Mantrijeron, Densus 88 Angkut Barang Bukti Satu Truk
Upaya melakukan kontra narasi, kata Benny, bukan hanya dilakukan pemerintah saja namun semua elemen misalnya tokoh agama, tokoh masyarakat, kalangan pemuda, dan kalangan dunia akademik.
Hal tesebut disampaikannya dalam tayangan CrossCheck From Home yang tayang perdana di kanal Youtube Medcom.id pada Minggu (4/4/2021).
"Kalau sasarannya sekarang generasi milenial, maka cara-cara yang digunakan juga pendekatan milenial," kata Benny.
Baca juga: Kapolri: Paskah 2021 Aman, 60 Terduga Teroris Ditangkap, Benda Mencurigakan di Gereja GPIB Efftha
Benny menjelaskan sejumlah cara yang menurutnya bisa digunakan untuk membuat kontra narasi radikal bagi milenial.
Pertama, kata Benny, narasi tersebut perlu dibuat tidak bertele-tele dan singkat.
Hal itu karena berdasarkan pengamatannya anak muda gandrung dengan aplikasi Twitter yang jumlah karakter untuk menyampaikan ekspresi atau pendapatnya relatif terbatas atau singkat.
Baca juga: Dua Pekan Lebih Misteri Temuan Potongan Kaki di Japos Belum Terungkap
Kedua, kata Benny, perlu diperhatikan juga gaya bahasa, penyampaiannya, dan figur yang menyampaikan.
"Publik figur milenial yang diikuti follower begitu banyak ini juga penting peran mereka," kata Benny.
Kemudian, kata Benny, berkaitan dengan penjabaran ayat-ayat, implementasi ayat-ayat dalam kehidupan sehari-hari juga bisa dilakukan oleh mereka-mereka yang bukan hanya dari tokoh agama, melainkan juga dari bidang lainnya misalnya pakar komunikasi, psikologi, atah antropologi.
"Inilah yang menurut kami perlu dilakukan bersama-sama secara komprehensif, berkesinambungan, untuk mengimbangi provokasi radikalisme yang dilakukan secara masif," kata Benny.