Nyanyian para Terduga Teroris: Buat Bom dari Uang Infaq, Incar Pom Bensin dan Pipa Gas Pengalengan
Satu per satu para terduga teroris yang ditangkap Densus 88 buka suara, mereka membeberkan sejumlah rencana aksi terorisme hingga pembuatan bom.
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Theresia Felisiani
Ia juga menyatakan pihaknya telah membuat tim senyap untuk melancarkan aksi terornya tersebut.
"Saya mengetahui pembentukan tim senyap di Bandung yang dipimpin oleh Abah Asep selaku laskar FPI DPC FPI Pengalengan yang beranggotakan Angga, Dedi, Rizal, Saiful," ungkap dia.
Lebih lanjut Nabil menyebut motifnya merencanakan aksi peledakan kedua tempat tersebut sebagai aksi protes penangkapan Habib Rizieq Shihab.
"Tujuan untuk melakukan aksi teror kepada pemerintah sebagai wujud protes penangkapan Habib Rizieq Shihab dan pembubaran FPI," tukas dia.
Selain itu kata dia, aksi tersebut dibuat sebagai bentuk pembelaan terhadap kezaliman yang dialami para ulama.
"Saya pernah menyampaikan kepada DPD Jawa Timur yaitu Habib Ali tentang perencanaan melakukan aksi ini untuk wilayah lain sebagai wujud pembelaan terhadap kezaliman pemerintah terhadap ulama," tukas dia.
Baca juga: Terduga Teroris Belajar Ilmu Kebal di Sukabumi dan Misteri Abah Popon
Terkait aksi yang dilakukan para teroris, Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono menyampaikan kelompok atau jaringan teroris di Indonesia kini mulai menyasar anak muda untuk bergabung sebagai anggota.
"Realitasnya bagaimana tantangan ke depan kelompok teror sudah menyasar anak muda. Ini jelas sekali ini perlu kita antisipasi kelompok-kelompok teror sekarang telah menyusur daripada anak-anak muda di negeri ini," kata Brigjen Rusdi dalam diskusi daring, Minggu (4/4).
Rusdi mencontohkan satu kasus terbaru adalah insiden bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dan penyerangan terduga teroris ZA di Mabes Polri.
Pelaku kedua aksi kejahatan itu sama-sama masih muda.
Baca juga: Penjual Senjata ke ZA dan Barang Bukti 23 Airgun Dibawa dari Banda Aceh ke Jakarta
Atas dasar itu, kata Rusdi, diperlukan persatuan dari kelompok moderat untuk dapat melawan narasi ataupun ajaran yang dapat mengarah terhadap tindak pidana teroris.
"Tidak kalah pentingnya dengan situasi kekinian Polri melihat pentingnya persatuan dari kelompok-kelompok moderat, jika tidak bersatu kelompok moderat ini maka kelompok kecil-kecil itu akan menguasai narasi sehingga akan membentuk opini publik yang sangat menyesatkan," ujar dia.
Polri, imbuh dia, mengajak masyarakat bersama-sama melawan dan menghentikan penyebaran paham terorisme di Indonesia.
"Ini perlu sekali karena permasalahan terorisme tidak masalah yang enteng. Tetapi masalah yang kompleks sehingga penyelesaiannya bisa melalui bagaimana potensi potensi sumber daya anak bangsa ini bergerak bersama untuk sama sama menghadapi daripada pemahamanan maupun aksi teror yang terjadi di tanah air," tukas dia.(tribun network/igm/dod)