Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Musim Panas, KLHK Lakukan 4 Sistem ini untuk Pencegahan
Alue Dohong mengatakan, pemerintah saat ini sudah lebih siap dalam menanggulangi bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra
TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Wamen LHK) Alue Dohong mengatakan, pemerintah saat ini sudah lebih siap dalam menanggulangi bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Alue menyebut, selama tiga tahun terakhir ini, pemerintah berdasarkan mandat Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) berupaya untuk senantiasa menerapkan penanggulangan dari kejadian karhutla tersebut.
"Pak Presiden mengarahkan lewat pertemuan Rakor Karhutla nasional di istana negara bahwa pencegahan (kebakaran) menjadi paling utama dari pada pemadamannya," tutur Alue di Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) Cianjur, Jawa Barat, Rabu (7/4/2021).
Adapun kata Alue setidaknya terdapat empat upaya pencegahan yang dilakukan untuk mencegah adanya bencana karhutla.
Pertama kata dia, dengan melakukan patroli gabungan satgas secara rutin di lapangan untuk mendeteksi secara dini adanya potensi api di suatu titik.
"Bersama TNI-Polri, ada BNPB ada Pemda termasuk juga masyarakat umum, melihat mengontrol di lapangan kalau ada api matikan segera," katanya.
Selanjutnya, menerapkan sistem teknologi modifikasi cuaca (TMC), yang memungkinkan pembentukan awan hujan di area hutan yang rentan terbakar.
"Kalau ada potensi awan dan itu sudah seminggu atau dua minggu lebih tidak turun hujan kami lakukan TMC untuk mentriger adanya curah hujan baru supaya daerah-daerah itu tidak terpapar," jelas Alue.
Baca juga: Cegah Karhutla, Operasi Modifikasi Cuaca Dilaksanakan di Riau
Berikutnya, untuk potensi kebakaran di lahan gambut, pemerintah melakukan teknik pembasahan kembali hutan gambut.
Hal tersebut diterapkan, lewat pembangunan, misalnya sumur bor hingga sekat kanal, guna menjaga air untuk tetap berada di hutan gambut yang rawan kekeringan.
"Supaya tetap basah dan lembab, tentu potensi kebakarannya akan sangat berkurang," ucapnya.
Terakhir yang menjadi penting kata Wamen Alue yakni perlunya peningkatan kesadaran dari masyarakat.
Pasalnya kata dia, hampir 99 persen kejadian bencana karhutla merupakan akibat ulah dari manusia.