Tips Jadikan Puasa Sarana Menggapai Ketaqwaan Ala Menko Polhukam Mahfud MD
Mahfud kembali mengungkap salah satu cara mewujudkannya melalui puasa sebagaimana yang pernah ia sampaikan saat berceramah pada malam kelima Ramadan
Penulis: Gita Irawan
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setiap muslim punya caranya sendiri-sendiri dalam menggapai ketaqwaan di bulan Ramadan.
Begitu pula Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD.
Mahfud kembali mengungkap salah satu cara mewujudkannya melalui puasa sebagaimana yang pernah ia sampaikan saat berceramah pada malam kelima Ramadan di Masjid Istiqlal Jakarta.
Menteri Koordinator yang punya jadwal rutin ceramah di Masjid Istiqlal itu mengatakan salah satu caranya yaitu bersikap mati sebelum mati.
Menurut Nabi Muhammad SAW, kata Mahfud, mati ada dua macam.
Pertama mati kehilangan jiwa dan nyawa yang kemudian jasad dikuburkan.
Kedua, mati yang bermakna menghilangkan hawa napsu yang buruk.
Mati sebelum mati, kata Mahfud, berarti menahan diri untuk tidak berbuat keburukan.
Baca juga: Jadwal Buka Puasa Hari Ini, Kamis 22 April 2021 di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi
Hal itu, kata Mahfud, dicontohkan oleh nabi dan sahabatnya pada masanya.
Mahfud meriwatkan saat itu Nabi Muhammad SAW berkata jika ingin melihat orang mati tapi masih berjalan, maka lihatlah Abu Bakar RA.
Abu Bakar, kata Mahfud, meski hidup tapi napsu amarahnya dibunuh sehingga dia tidak suka sewenang-wenang, tidak suka mencela orang lain, tidak suka korupsi, tidak suka bicara kotor.
Malah, kata Mahfud, dia secara "offensif" memberi.
"Sehingga semua keinginan-keinginan yang bersifat duniawi itu dia tahan. Itu artinya mati sebelum mati. Jadi di dalam hadits itu memang ada, mati sebelum mati, dan mati dalam arti maut," kata Mahfud ketika dihubungi lewat sambungan telepon oleh Tribunnews.com pada Rabu (21/4/2021).
Lalu, bagaimana implementasinya dalam kehidupan khususnya bagi pejabat negara dan masyarakat?
Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) itu menjelaskan puasa adalah momentum untuk membangun kesadaran yang harus dilanjutkan sesudah bulan puasa.
Dengan demikian, kata Mahfud, sebenarnya mati sebelum mati perlu dilakukan selama hidup.
Mati sebelum mati, kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu, bukan sesuatu yang sulit.
"Bagi pejabat tentu saja, misalnya dia tentu harus tetap bekerja dengan baik, tidak sewenang-wenang, tetap masuk kantor, tetap produktif, dan sebagainya," kata murid mantan Hakim Agung almarhum Artidjo Alkostar itu.
Dengan demikian, kata dia, meskipun berpuasa, jangan hanya tidak ikut makan dan tidak ikut minum dari jam empat pagi sampai jam enam sore.
"Kalau cuma begitu, itu belum tentu mati sebelum mati. Tapi puasanya mungkin sah, tapi manfaatnya belum tentu berarti mati sebelum mati itu," kata Mahfud.
Untuk itu ia berharap puasa pada Ramadan tahun ini dapat menambah kedisiplinan untuk taat beribadah.
Bagi Mahfud jika puasa dijalankan dengan baik maka hal itu tidak hanya akan berdampak pada diri sendiri melainkan juga orang lain terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Kalau kita puasanya baik maka sesudah itu hidup berbangsa dan bernegaranya baik. Itu saja kalau keyakinan saya. Dan itu tentu menjadi kewajiban bagi setiap orang untuk menjadi puasanya itu baik," kata Mahfud.