5 Reaksi Buntut Kapal Selam KRI Nanggala 402 Hilang: Sikap Jokowi, Janji Prabowo, Kritik Puan
Bereaksi terhadap kejadian yang menimpa armada awak kapal selam KRI Nanggala 402, berbagai tokoh memberikan tanggapan
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Gigih
Prabowo menjelaskan untuk menjadi awak kapal selam itu tidak mudah. Prajurit harus memiliki ketahanan mental yang baik, apalagi saat kecelakaan seperti yang dialami KRI Nanggala 402.
"Untuk menjadi awak kapal selam itu membutuhkan psikilogi khusus, tidak semua mampu di situasi seperti ini," kata Prabowo.
Menurut Prabowo kecelakaan kapal selam tidak hanya dialami Indonesia, Rusia juga pernah mengalami hal serupa. Namun dalam kasus di Indonesia, Prabowo berharap awak kapal KRI Nanggala masih bisa diselamatkan.
"Jadi itulah banyak negara menghadapi situasi seperti ini, kalau tidak salah beberapa tahun lalu Rusia juga menghadapi seperti ini, kita berdoa mudah-mudahan dalam waktu dekat kita bisa menemukan mereka. Oksigen masih cukup dalam beberapa hari. Kita optimis berharap yang terbaik," kata Prabowo.
Baca juga: Ratusan WN India Masuk RI, Jalani Karantina di Hotel, Satgas Minta Imigrasi Cek Izin Tinggal
5. Kata Puan TNI AL Harus Analisa Detail
Ketua DPR RI Puan Maharani berharap pencarian KRI Nanggala-402 dapat segera menemukan titik terang dan membuahkan hasil.
Puan mengatakan, TNI dan seluruh pihak terkait harus berkoordinasi dalam proses pencarian kapal selam yang hilang kontak saat melaksanakan latihan penembakan torpedo di perairan Bali.
“Mari berdoa bersama agar kapal selam segera ditemukan dan awaknya dalam kondisi selamat,” kata Puan kepada wartawan, Kamis (22/4/2021).
Pusat Penerangan TNI menyampaikan bahwa lima kapal perang dan satu helikopter TNI AL sedang melaksanakan operasi pencarian.
Kelima kapal tersebut meliputi KRI Raden Eddy Martadinata 331, KRI Gusti Ngurah Rai 332, KRI Diponegoro 365, KRI dr. Soeharso 990, KRI Pulau Rimau 724 dan Helly Panther.
KRI Rigel 933 yang merupakan kapal survei hydro oseanografi saat ini sedang menuju lokasi pencarian.
Kapal tersebut punya kemampuan deteksi bawah air dan sudah terlibat dalam beberapa operasi SAR, seperti saat jatuhnya pesawat Lion Air di Tanjung Karawang dan Sriwijaya Air di Kepulauan Seribu.
Menurut Puan, TNI juga harus menganalisa detail mengenai sebab hilangnya kontak KRI Nanggala 402 tersebut.
Pasalnya ini adalah kejadian pertama dan diharapkan tidak terulang di kemudian hari.
“Agar diidentifikasi penyebabnya, apakah faktor usia kapal atau sebab lainnya? Jika karena usia kapal selam yang sudah tua, maka alutsista TNI AL harus dimodernisasi,” ujar politikus PDI Perjuangan (PDIP) itu.
Puan menjelaskan, TNI AL merupakan vertors of see power (proyeksi kekuatan Maritim di dan atau lewat laut) yang mengemban fungsi pertahanan di laut, penegakan hukum di laut, dan diplomasi.
Selain itu, TNI AL juga merupakan elemen yang sangat penting dalam strategi penangkalan (deterence strategy) secara menyeluruh.
Atas dasar itu, kata Puan, TNI AL membina unsur unsur dari Sistem Senjata Armada Terpadunya (SSAT) agar memiliki kesiapan tempur yang tinggi dalam rangka menjamin kedaulatan dan keamanan di dan atau lewat laut perairan yurisdiksi nasional Indonesia.
Pasalnya, sebagai salah satu negara kepulauan terbesar dunia, sudah sepatutnya Indonesia memiliki kapal selam dan alutsista lain yang modern.
“Agar mencapai kesiapan yang tinggi, TNI AL harus senantiasa melakukan modernisasi alutsista seiring dengan tuntutan tugas dan perkembangan lingkungan strategi,” papar dia.
Diberitakan sebelumnya, kapal selam KRI Nanggala-402 dari jajaran Armada II Surabaya hilang kontak saat sedang melaksanakan latihan penembakan senjata strategis di perairan selat Bali pada Rabu (21/4/2021).
Diketahui, KRI Nanggala yang akan melaksanakan penembakan Torpedo SUT sempat meminta izin menyelam pada Rabu (21/4/2021) pukul 03.00 WITA.
Setelah diberikan izin menyelam sesuai prosedur, kapal tersebut hilang kontak dan tidak bisa dihubungi.
Kemudian kapal lain yang terlibat dalam Satgas latihan tersebut melakukan pencarian terhadap kapal tersebut.
Pada pukul 07.00 WIB melalui pengamatan udara dengan helikopter, ditemukan tumpahan minyak di sekitar posisi awal menyelam.
Dalam latihan tersebut KRI Nanggala membawa 53 awak yang terdiri dari 49 ABK, satu komandan kapal, dan tiga orang Arsenal.
Hingga saat ini pencarian masih terus dilakukan dengan mengirimkan KRI Rigel dari Dishidros Jakarta dan KRI Rengat dari Satuan Ranjau untuk membantu pencarian dengan menggunakan side scan sonar.
TNI sudah berkomunikasi dengan beberapa negara untuk meminta bantuan dalam pencarian tersebut di antaranya adalah Singapura dan Australia.
KRI NANGGALA-402 dibuat tahun 1977 di HDW atau Howaldtswerke Deutsche Werft Jerman dan bergabung dengan jajaran TNI AL tahun 1981.
Berita lainnya terkait kapal selam KRI Nanggala 402 hilang
(Tribunnews.com/ Chrysnha, Fransiskus Adhiyuda, Chaerul Umam, Gita Irawan)