TNI AL Klaim KRI Nanggala 402 Overhaul Pada 2012 dan Laik Sampai September 2022
Hal itu disampaikan Asrena KSAL Laksamana Muda Muhammad Ali saat konferensi pers di Mabes AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (27/4/2021).
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - TNI Angkatan Laut mengatakan, perbaikan atau atau overhaul Kapal Selam KRI Nanggala-402 tekah dilakukan pada 2011 dan tuntas pada 2012.
Hal itu disampaikan Asrena KSAL Laksamana Muda Muhammad Ali saat konferensi pers di Mabes AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (27/4/2021).
"Perbaikan terakhir, tadi sudah disampaikan oleh Pak Iwan Danseskoal bahwa KRI Nanggala ini di-overhaul tahun 2011 dan selesai 2012," ujar Muhammad Ali
Selain itu, kata Ali, KRI Nanggala 402 mengalami perbaikan serta pengecekan rutin setelah overhaul di tahun 2012.
Ia juga menyebut, kapal buatan Jerman ini terakhir kali masuk galangan atau docking pada 2020.
Baca juga: KRI Nanggala-402 Dilengkapi Pelontar Sinyal Darurat, TNI AL Ungkap Alasan Kru Tak Menggunakannya
Sehingga, masih laik atau memenuhi syarat untuk beroperasi hingga September 2022.
"Kemudian melaksanakan perbaikan-perbaikan hardepo (perbaikan dan pemeliharaan menyeluruh,red), harmen (pemeliharaan tingkat menengah,red), sampai docking dua tahunan itu rutin dilaksanakan terus. Docking terakhir tahun 2020," ucapnya.
Baca juga: TNI AL Masih Diskusikan Cara Angkat Kapal Selam KRI Nanggala 402 ke Permukaan
"Jadi, dari sisi kelaikan, kapal ini dinyatakan laik sampai September 2022. Masih laik," tambahnya.
Ali juga membantah peryataan sejumlah pengamat yang menyebut bahwa Kapal Selam KRI Nanggala-402 kelebihan muatan. Sehingga, menyebabkan tenggelam di periran utara Pulau Bali pada Rabu, lalu.
Menurut Ali, angka 33 tersebut adalah jumlah tempat tidur di dalam KRI Nanggala 402. “Dibuat dari Jerman memang 33 tempat tidur. Sedangkan jenis kapal selam 209 ada berbagai jenis,” kata Ali.
Ia menjelaskan, bahwa KRI Nanggala 402 saat bertugas terbagi menjadi tiga shift.
“Ada tiga shift dan berjaga tempat tidurnya berbagi. Itu jumlah tempat tidur bukan kelebihan muatan,” tambahnya.
"Kapal Selam ini disebut kelebihan muatan oleh pengamat, ini sama sekali tidak benar dan tidak berdasar karena mungkin yang pengamat itu belum pernah mengawaki kapal selam. Jadi berbagai operasi kita lakukan itu kita biasanya bawa 50 personel," jelasnya.
Ikuti update kasus tenggelamnya KRI Nanggala 402