Ini Profil Lengkap 2 Menteri dan 2 Kepala Lembaga yang Akan Dilantik Jokowi Sore Ini
Presiden Joko Widodo dijadwalkan akan melantik empat nama untuk menjabat di Kementerian dan Lembaga.
Penulis: Hasanudin Aco
Bahlil Lahadalia sudah berjuang sejak masih kecil, hingga menjadi pengusaha dan bahkan kini sampai istana.
3. Profil Indriyanto Seno Adji
Dikutip Tribunnews.com dari laman www.kpk.go.id, Indriyanto Seno Adji pernah menjabat sebagai Plt Wakil Ketua KPK pada 2015.
Indriyanto Seno Adji lahir di Jakarta, 11 November 1957.
Ia lebih aktif sebagai advokat dan dosen di beberapa perguruan tinggi.
Dirinya menyelesaikan pendidikan sarjana hukum di Universitas Indonesia pada 1982.
Kemudian, lulus Magister Hukum bidang Kekhususan Sistem Peradilan Pidana Program Pascasarjana Universitas Indonesia Program Studi Ilmu Hukum pada 1996.
Terakhir, ia menyelesaikan Program Doktor Ilmu Hukum di Bidang Kekhususan Pidana Program Pascasarjana Universitas Indonesia Program Studi Ilmu Hukum.
Indriyanto kemudian terpilih menjadi Plt Wakil Ketua KPK menggantikan Wakil Ketua KPK sebelumnya, Busyro Muqaddas yang habis masa jabatannya pada 16 Desember 2014.
Guru besar ilmu hukum ini juga pernah menjadi konsultan ahli di Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN).
Lalu, menjadi anggota tim persiapan pembentukan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Baca juga: Penyidik KPK Akui Reset Ponselnya Saat Ditangkap Propam Polri
Selain itu, Indriyanto juga sebagai pengajar di beberapa perguruan tinggi.
Berikut perguruan tinggi yang menjadi tempatnya mengajar:
- Program Pascasarjana Universitas Indonesia bidang Ilmu Hukum
- Program Magister Hukum Universitas Krisnadwipayana
- Program Pascasarjana Universitas Pelita Harapan
- Program Sarjana Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian.
4. Profil Nadiem Makarim
Pria kelahiran Singapura, 4 Juli 1984 (36 tahun) ini adalah pendiri serta CEO Go-Jek, sebuah perusahaan transportasi dan penyedia jasa berbasis daring.
Nadiem Anwar Makarim adalah putra dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri.
Ayahnya adalah seorang aktivis dan pengacara terkemuka yang berketurunan Minang-Arab.
Sedangkan ibunya merupakan penulis lepas, putri dari Hamid Algadri, salah seorang perintis kemerdekaan Indonesia.
Nadiem Makarim menikah dengan Franka Franklin.
Keduanya dikaruniai seorang anak perempuan, Solara Franklin Makarim.
Nadiem menjalani proses pendidikan dasar hingga SLTA berpindah-pindah dari Jakarta ke Singapura.
Setelah menyelesaikan pendidikan SMA-nya di Singapura, pada tahun 2002 ia mengambil jurusan Hubungan Internasional di Brown University, Amerika Serikat.
Setelah memperoleh gelar sarjana pada tahun 2006, tiga tahun kemudian ia mengambil pasca-sarjana dan meraih gelar Master of Business Administration di Harvard Business School.
Tahun 2018 lalu, Nadiem menduduki urutan ke 150 dalam 150 orang terkaya di Indonesia.
Kekayaan Nadiem Makarim kurang lebih Rp 1,4 Miliar.
Pada tahun 2006, Nadiem memulai kariernya sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company.
Setelah memperoleh gelar MBA, ia terjun sebagai pengusaha dengan mendirikan Zalora Indonesia.
Di perusahaan tersebut ia juga menjabat sebagai Managing Editor. Setelah keluar dari Zalora, ia kemudian menjabat sebagai Chief Innovation Officer (CIO) Kartuku, sebelum akhirnya fokus mengembangkan Go-Jek yang telah ia rintis sejak tahun 2011.
Saat ini Go-Jek merupakan perusahaan rintisan terbesar di Indonesia. Pada bulan Agustus 2016, perusahaan ini memperoleh pendanaan sebesar USD 550 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun dari konsorsium yang terdiri dari KKR, Sequoia Capital, Capital Group, Rakuten Ventures, NSI Ventures, Northstar Group, DST Global, Farallon Capital Management, Warburg Pincus, dan Formation Group.
McKinsey & Co (2006-2009)
Sekembalinya dari Harvard dengan gelar MBA, Nadiem memutuskan untuk pulang ke tanah air dan bekerja di McKinsey & Co. Nadiem menjadi konsultan McKinsey selama 3 tahun.
Zalora Indonesia (2011-2012)
Nadiem menjadi Co-Founder dan Managing Director Zalora Indonesia pada tahun 2011.
Pada 2012, Nadiem memutuskan keluar dari Zalora untuk membangun startup sendiri, termasuk Gojek yang pada waktu itu memiliki 15 karyawan dan 450 mitra driver.
Dia mengaku telah belajar cukup banyak di Zalora, yang merupakan tujuan utamanya ketika menerima pekerjaan di perusahaan itu.
Di Zalora, Nadiem memiliki kesempatan membangun mega startup dan bekerja dengan sejumlah talenta terbaik di kawasan Asia.
Kartuku (2013-2014)
Sambil mengembangkan Gojek, Nadiem juga menjadi Chief Innovation Officer Kartuku setelah keluar dari Zalora.
Saat awal berdiri, Kartuku tidak ada kompetitor dalam sistem pembayaran non-tunai di Indonesia Kartuku kemudian diakuisisi Gojek untuk memperkuat GoPay.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.