TNI AL Bantah Isu KRI Nanggala 402 Tenggelam karena Kelebihan Muatan dan Ditembak Rudal
TNI Angkatan Laut memastikan bakal melakukan investigasi dan penyelidikan terhadap tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402.
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Daryono
Hingga kini, unggahan tersebut juga sudah dikomentari oleh lebih dari ratusan pengguna Twitter.
Berdasarkan penelusuran, narasi KRI Nanggala 402 tenggelam karena tertembak rudal kapal selam Prancis adalah hoaks.
Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono menuturkan bahwa KRI Nanggala 402 tenggelam bukan karena kesalahan manusia, namun karena faktor alam.
"Sudah kita evaluasi dari awal, saya berkeyakinan ini bukan human error dan lebih kepada faktor alam," kata Yudo.
Meski begitu, Yudo Margono memastikan bahwa fakta tersebut bisa didalami setelah nanti bangkai KRI Nanggala 402 berhasil diangkat ke permukaan.
Yudo juga menuturkan, terbelahnya kapal terjadi karena faktor kedalaman yang dijangkau melebihi batas maksimal hingga tekanan hidrostatis air menjadi sangat besar.
Hal ini lantaran KRI Nanggala 402 berada pada kedalaman 850 meter di bawah permukaan laut.
"Dengan ditemukannya peralatan yang sudah keluar ini, terjadi keretakan. Karena memang terjadi tekanan kedalaman yang sekian dalamnya sampai 700-800 meter ini tentunya terjadi keretakan terhadap kapal selam tersebut," ujarnya.
Akibat kejadian ini, sebanyak 53 kru KRI Nanggala juga dinyatakan gugur dalam tugas.
KRI Nanggala Laik
TNI Angkatan Laut mengatakan, perbaikan atau atau overhaul Kapal Selam KRI Nanggala-402 tekah dilakukan pada 2011 dan tuntas pada 2012.
Hal itu disampaikan Asrena KSAL Laksamana Muda Muhammad Ali saat konferensi pers di Mabes AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (27/4/2021).
"Perbaikan terakhir, tadi sudah disampaikan oleh Pak Iwan Danseskoal bahwa KRI Nanggala ini di-overhaul tahun 2011 dan selesai 2012," ujar Muhammad Ali
Selain itu, kata Ali, KRI Nanggala 402 mengalami perbaikan serta pengecekan rutin setelah overhaul di tahun 2012.
Ia juga menyebut, kapal buatan Jerman ini terakhir kali masuk galangan atau docking pada 2020.
Sehingga, masih laik atau memenuhi syarat untuk beroperasi hingga September 2022.
"Kemudian melaksanakan perbaikan-perbaikan hardepo (perbaikan dan pemeliharaan menyeluruh,red), harmen (pemeliharaan tingkat menengah,red), sampai docking dua tahunan itu rutin dilaksanakan terus. Docking terakhir tahun 2020," ucapnya.
Baca juga: TNI AL Masih Diskusikan Cara Angkat Kapal Selam KRI Nanggala 402 ke Permukaan
"Jadi, dari sisi kelaikan, kapal ini dinyatakan laik sampai September 2022. Masih laik," tambahnya.
Ali juga membantah peryataan sejumlah pengamat yang menyebut bahwa Kapal Selam KRI Nanggala-402 kelebihan muatan. Sehingga, menyebabkan tenggelam di periran utara Pulau Bali pada Rabu, lalu.
Menurut Ali, angka 33 tersebut adalah jumlah tempat tidur di dalam KRI Nanggala 402. “Dibuat dari Jerman memang 33 tempat tidur. Sedangkan jenis kapal selam 209 ada berbagai jenis,” kata Ali.
Ia menjelaskan, bahwa KRI Nanggala 402 saat bertugas terbagi menjadi tiga shift.
“Ada tiga shift dan berjaga tempat tidurnya berbagi. Itu jumlah tempat tidur bukan kelebihan muatan,” tambahnya.
"Kapal Selam ini disebut kelebihan muatan oleh pengamat, ini sama sekali tidak benar dan tidak berdasar karena mungkin yang pengamat itu belum pernah mengawaki kapal selam. Jadi berbagai operasi kita lakukan itu kita biasanya bawa 50 personel," jelasnya.
Baca berita lain terkait Tenggelamnya Kapal KRI Nanggala 402
(Tribunnews.com/ Chrysnha, Shella, Gita Irawan, Fransiskus Adhiyuda)