Amerika dan KLHK Jalin Kerja Sama Atasi Perubahan Iklim Hingga Pelestarian Hayati
Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Indonesia menjalin kerja sama atasi perubahan iklim hingga pelestarian keanekaragaman hayati
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Indonesia menjalin kerja sama atasi perubahan iklim hingga pelestarian keanekaragaman hayati lewat program Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat Build Indonesia to Take Care of Nature for Sustainability (USAID BIJAK).
Direktur USAID Indonesia Ryan Washburn mengatakan, lewat BIJAK USAID memperkuat upaya Pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca dan melindungi satwa liar di darat dan di laut.
“USAID gembira dapat merayakan keberhasilan konservasi dan perlindungan satwa liar yang telah kita capai bersama melalui kerja sama erat dengan Pemerintah Indonesia melalui BIJAK," kata Ryan Washburn lewat keterangan Kedubes AS di Jakarta, Kamis (29/4/2021).
Baca juga: Peringati Hari Bumi, KLHK dan Stakeholder Luncurkan Buku Tata Kelola Persampahan di Indonesia
Sejak tahun 2016, program USAID BIJAK dengan dana 19,6 juta dolar (Rp 284,2 miliar) bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan mitra utama lainnya dalam merevisi kebijakan, pedoman, dan prosedur untuk memperkuat pelestarian lingkungan hidup.
Washburn mengatakan kemitraan ini telah membantu Indonesia melindungi ekosistem yang berisiko, menurunkan perambahan dan sengketa lahan, serta memanfaatkan data untuk mengelola sumber daya alam secara lebih efektif dan transparan.
Program ini juga meningkatkan permintaan aksi konservasi taman nasional dan satwa liar, terutama di kalangan orang muda.
Baca juga: KLHK Umumkan Kelahiran Elang Jawa Bernama PRAWARA
"Krisis iklim yang parah mengancam kemajuan pembangunan, kesehatan, dan ekonomi kita, dan melalui strategi lima tahun yang baru, kami berharap dapat bekerja sama lebih lanjut dengan Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim dan memajukan tujuan pembangunan Indonesia," ujarnya.
Direktur Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem, KLHK, Wiratno mengatakan pemerintah Indonesia akan menggunakan instrumen yang dikembangkan bersama dengan USAID BIJAK untuk mencapai tujuan mengatasi sengketa lahan seluas 1,8 juta hektar di kawasan konservasi dan melindungi 43 juta hektar habitat dengan stok karbon dan nilai konservasi yang tinggi.
USAID BIJAK menurunkan permintaan konsumen terhadap burung kicau yang ditangkap dari alam liar, dan bekerja sama dengan KLHK untuk mengembangkan rencana aksi yang akan melindungi dan mencegah perdagangan ilegal rangkong gading dan trenggiling yang terancam punah.
“Kita tidak bisa bekerja sendiri dalam mengelola Kawasan konservasi, isu-isu lingkungan,” kata Wiratno.
“Kita harus mendorong terus kolaborasi pentahelix, menggandeng pemerintah, masyarakat, akademisi, private sector, media massa, dan strong multi-level leadership di pusat dan daerah,” lanjutnya.
Selain itu, program ini juga berkontribusi terhadap upaya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan juga Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk melindungi populasi ikan hiu Indonesia dengan menetapkan kuota ikan hiu yang diperdagangkan secara legal.
Baca juga: KLHK Umumkan Kelahiran Elang Jawa Bernama PRAWARA
Pada tahun 2019, USAID BIJAK dan LIPI berkolaborasi dalam non-detriment findings (NDF) hiu lanjaman.
Rekomendasi ilmiah yang memungkinkan Indonesia untuk menentukan apakah perdagangan hiu lanjaman akan membahayakan populasinya di alam liar.
Untuk membantu memastikan bahwa kebijakan tersebut memberikan hasil yang diinginkan, USAID BIJAK memberikan dukungan kepada LIPI dan lembaga mitra utama lainnya dari pihak pemerintah Indonesia untuk menguji coba, memfasilitasi penyempurnaan, dan pelaksanaan inisiatif baru secara efektif setelah program berakhir.