Mimpi 20 Tahun Warga Indonesia Bangun Masjid Indonesia Pertama di London
Ia menyadari pembangunan masjid ini memerlukan kerja keras, namun ia optimistis masjid Indonesia di London ini bisa diwujudkan.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua panitia pembangunan Indonesian Islamic Centre (IIC) Eko Kurniawan bercerita bagi warga Indonesia di London, satu rumah di Wakemans Hill Avenue, London utara, bukan sekadar rumah.
Sejak 2003, ucap Eko, rumah ini telah menjadi pusat kegiatan komunitas seperti pengajian pekanan, pendidikan Quran bagi anak-anak dan remaja, kajian tafsir, hingga tempat untuk kegiatan kesenian seperti rebana.
"Rumah dua lantai ini biasa disebut Indonesian Islamic Centre (IIC). Ukurannya tak terlalu besar, dan karenanya hanya bisa menampung maksimal 100 orang. Sangat jauh dari mencukupi," ujar Eko dalam keterangan kepada Tribunnews, Kamis (29/4).
Eko berujar hal ini menjadi langkah awal untuk mewujudkan keinginan memiliki masjid sendiri yang representatif, yang punya corak dan penampakan fisik seperti masjid, bukan seperti rumah biasa, seperti yang ada saat ini.
“Saat ini fasilitas dan sarana yang ada rumah di Wakemans Hill Avenue tersebut memang sudah tidak lagi memadai lagi,” ujarnya
Apalagi, properti di Wakemans Hill Avenue ini, terang Eko, berada di permukiman penduduk, sehingga izin yang diberikan sebatas rumah tinggal, bukan untuk aktivitas publik ataupun kegiatan komunitas.
“Konsekuensinya, kami tidak bisa menggunakan properti ini untuk kegiatan keumatan secara maksimal,” lanjut Eko.
Baca juga: 1,5 Juta Jamaah Kunjungi Masjidil Haram Makkah Selama Sepuluh Hari Pertama Ramadan
Keterbatasan izin, sarana yang tidak memadai dan animo tinggi warga Indonesia dalam mengikuti kegiatan-kegiatan agama, membuat sejumlah warga Indonesia akhirnya memutuskan membentuk panitia baru pembangunan masjid, dengan harapan kerja-kerja mewujudkan masjid yang representatif bisa lebih cepat diwujudkan.
Rencananya, rumah yang selama ini menjadi pusat kegiatan warga Indonesia di Wakemans Hill Avenue akan dijual dan dana dari penjualan dipakai untuk membeli properti lain yang lebih representatif.
Dalam hitungan panitia, nilai jual properti ini sekitar £500.000. Panitia juga memiliki dana sekitar £250.000 yang didapat dari sumbangan warga, baik yang ada di Inggris, negara-negara lain, maupun di Indonesia.
“Dari posisi dana ini, setelah dihitung total anggaran belanja dikurangi dana IIC yang tersedia saat ini, maka dana yang diperlukan oleh panitia pembangunan masjid adalah antara £750.000 hingga £1,25 juta atau antara Rp14,2 miliar hingga Rp23,7 miliar,” jelas Eko.
Eko dan panitia optimistis rencana membangun masjid Indonesia pertama di London bisa diwujudkan, apalagi rencana ini didukung oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di London dan juga oleh Diaspora Indonesia.
Nantinya, Indonesian Islamic Centre di London akan memiliki masjid, ruang kelas, perpustakaan, dan unit usaha. Masjid ini akan dipakai sebagai tempat salat lima waktu, salat Jumat, salat Idul Fitri, dan salat Idul Adha.
Diharapkan juga, masjid ini dapat dipakai untuk menggelar kegiatan-kegiatan komunitas Indonesia seperti silaturahim akbar, yang biasanya diselenggarakan dua kali dalam satu tahun.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.