Sudirman Said: Menjalankan Negara, Pemerintah Harus Ada Kekuatan Penyeimbang
Dari kontestasi Pilkada Jawa Tengah, Sudirman mendapat pelajaran penting tentang kondisi politik Indonesia.
Editor: Choirul Arifin
Sudirman menyayangkan kekuatan oposisi setelah selesainya Pilpres 2019 lalu tak bernyawa panjang. Capres kala itu Prabowo Subianto bergabung ke pemerintahan Jokowi.
Sandiaga Uno juga menyusul menjadi menteri. Menurut Sudirman, keputusan Prabowo dan Sandiaga sebagai pribadi perlu dihormati. Namun, sebagai lokomotif kekuatan oposisi memang problematik.
"Karena gerbong itu menjadi tidak ada lokomotifnya. Sementara saya punya prinsip kalau berkompetisi yang menang memerintah yang kalah di luar menjadi pengontrol, sehingga ada keseimbangan. Itu tidak terjadi," ujarnya.
"Kembali pilihan pribadi silakan, tapi seharusnya yang di luar tadi itu kekuatan yang cukup baik dijaga," ucap Sudirman.
"Kalau kontrolnya tidak ada, kontrolnya lemah itu risikonya bisa berbuat banyak kesalahan. Kalau ditanya bagaimana dengan pilihan Pak Prabowo dan Pak Sandi, itu personal choice silakan aja."
"Tapi kita menyayangkan bahwa kekuatan oposisi pengimbang ini menjadi lemah dengan bergabungnya mereka ke sana," imbuhnya.
Sudirman juga bicara blak-blakan mengenai langkahnya terjun ke politik di Pemilihan Gubernur Jawa Tengah.
Setelah tak menjadi menteri, Sudirman maju Pilkada Jawa Tengah pada 2018 lalu. Langkah itu diyakininya sebagai ikhtiar untuk berkontribusi bagi rakyat.
"Menjadi menteri itu terlanjur jadi pejabat politik. Terus ketika ada panggilan untuk berbuat tapi masih sama-sama urusan rakyat ya saya kerjakan," kata Sekjen Palang Merah Indonesia (PMI) itu.
Sudirman Said pada 2018 lalu maju sebagai Calon Gubernur Jawa Tengah berpasangan dengan Ida Fauziyah. Sudirman yang lahir di Brebes itu mengaku terpanggil untuk terjun mencalonkan gubernur.
Sudirman menuturkan keputusannya maju dalam Pilkada Jateng itu tak lain dan tak bukan untuk kepentingan masyarakat.
Dia yakin untuk maju meski mengakui tak punya pengalaman politik yang panjang. Namun, hal iti tidak menyurutkannya. Menurut dia, politik ialah jalan untuk berkontribusi bagi rakyat.
"Kita hadir di sana dan memang betul tidak punya partai, tidak punya uang, tidak punya pengalaman berpolitik. Jadi saya merasa bahwa politik itu jalan untuk berkontribusi, jadi apa salahnya," ucapnya.
Dari kontestasi Pilkada Jateng itu, Sudirman mendapat pelajaran penting tentang kondisi politik Indonesia.