Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

LIPI: Status Teroris KKB Berdampak Terhadap Orang Papua

Selain itu pelabelan tersebut juga harus diperkuat oleh telaah sosial-politik yang mendalam terkait dampak dari pelabelan tersebut.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in LIPI: Status Teroris KKB Berdampak Terhadap Orang Papua
Istimewa
Kepala Suku Dambet, Benner Tinal menggelar kegiatan bakar batu di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak sebagai ungkapan rasa syukur karena telah selamat dari aksi penyerangan KKB. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koordinator Klaster Riset Konflik, Pertahanan, dan Keamanan di Pusat Penelitian Politik LIPI Muhammad Haripin menyatakan penyematan status "teroris" bagi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua harus didasari pertimbangan yang objektif.

Selain itu pelabelan tersebut juga harus diperkuat oleh telaah sosial-politik yang mendalam terkait dampak dari pelabelan tersebut.

Hal tersebut disampaikannya ketika membacakan poin ketiga pernyataan pers pihaknya berjudul "Menanti Perdamaian di Papua: Urgensi Penghentian Kekerasan" untuk menyikapi perkembangan situasi keamanan di Papua belakangan ini. 

"Penggunaan istilah tersebut akan memperburuk dampak psikologis, stigmatisasi, dan diskriminasi terhadap orang Papua. Alih-alih menyelesaikan konflik, pelabelan 'teroris' justru berpotensi memicu eskalasi kekerasan dan menghambat proses perdamaian di Papua," kata Haripin secara virtual pada Kamis (6/5/2021).

Baca juga: Polisi Minta Masyarakat Papua Tidak Takut Dengan Gangguan KKB

Klaster Riset Konflik, Pertahanan, dan Keamanan terdiri atas peneliti di Pusat Penelitian Politik LIPI yang setiap hari bergelut dengan isu-isu pertahanan dan keamanan.

Peneliti di klaster tersebut terdiri dari berbagai macam latar belakang di antaranya studi ilmu politik, ilmu hubungan internasional, studi resolusi konflik, dan sebagainya.

"Kami sebagai kelompok kecil sebetulnya di P2P LIPI merasa ada kebutuhan untuk menyatakan sikap kami sebagai peneliti, sebagai bagian dari komunitas epistemik terkait perkembangan di Papua," kata Haripin.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas