SAE Nababan Berpulang, Romo Benny: Kita Kehilangan Tokoh Besar Pejuang Demokrasi dan HAM
Romo Benny mengenang sosok SAE Nababan sebagai seorang pendeta yang aktif dalam mempromosikan nilai-nilai pluralisme dan dialog antar-agama.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendeta Soritua Albert Erns (SAE) Nababan (88) meninggal dunia pada Sabtu (8/5/2021) kemarin di Rumah Sakit Medistra, Jakarta, akibat gangguan pernapasan.
Emeritus Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) itu tidak hanya dikenang sebagai teolog kenamaan, tetapi juga tokoh besar yang memperjuangkan demokrasi, Hak Asasi Manusia (HAM) dan berani menyuarakan kebenaran pada masa orde baru.
"Kita kehilangan tokoh besar yang memperjuangkan demokrasi dan HAM. Beliau orang yang berani menghadapi otoriter pemerintah orde baru yang intervensi terhadap Gereja Kristen Batak (Huria Kristen Batak Protestan)," ujar Rohaniawan Katolik Romo Antonius Benny Susetyo kepada Tribunnews.com, Minggu (9/5/2021).
"Pendeta adalah sosok pejuang demokrasi dan HAM dan berani menyuarakan kebenaran dan berani menghadapi tirani orde baru," tambahnya kemudian.
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu menjelaskan, sikap kritis SAE Nababan tidak disukai oleh pemerintahan orde baru.
Bahkan SAE Nababan mengalami pengucilan serta mendapat ancam fisik dan incaran rezim orde baru.
Baca juga: Pendeta SAE Nababan Tutup Usia, Pernah Kritisi Masalah di Papua Semasa Hidup
"Sikap kritis beliau itu tidak disukai oleh pemerintahan orde baru dan mengalami pengucilan serta ancam fisik," ucapnya.
Selain itu Romo Benny mengenang sosok SAE Nababan sebagai seorang pendeta yang aktif dalam mempromosikan nilai-nilai pluralisme dan dialog antar-agama.
"Pendeta juga aktif dalam mempromosikan nilai nilai pluralisme dan dialog antar agama," kenangnya.
Romo Benny mengucapkan turut berbelasungkawa mendalam atas berpulangnya SAE Nababan, tokoh besar yang berjuang menyuarakan kebenaran, HAM dan demokrasi di saat pemerintahan otoriter orde baru.
Tokoh Oikumene
Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pdt Dr Robinson Butarbutar memberikan ucapan dukacita terhadap Emeritus Ephorus HKBP Pdt Dr Soritua Nababan yang tutup usia di umur 88 tahun.
Robinson menyebutkan dalam pernyataan belasungkawa atas nama seluruh warga, pelayan dan Pimpinan HKBP di pusat, distrik, resort dan jemaat maupun lembaga HKBP di Kantor Pusat HKBP Pearaja Tarutung
"Kita, HKBP dan Gerakan Oikumene sedunia bersyukur kepada Tuhan atas hidup, karya dan perjuangan hambaNya, Pdt Dr Soritua Nababan yang baru saja meninggal dunia hampir berusia 88 tahun," ungkapnya kepada Tribun, Sabtu (8/5/2021).
Ephorus Robinson menegaskan bahwa almarhum Pdt Soritua merupakan salah seorang dari tokoh gerakan oikumene yang sangat berpengaruh di seluruh dunia.
"Di tengah bangsa kita ia merupakan teolog keadilan dan kemerataan, juga pemimpin gerakan oikumene paling berpengaruh sesudah Alm T.B Simatupang. Bagi para pejuang keadilan dan perdamaian ia aktivis, inspirator dan penopang," tutur Robinson.
Ia menyebutkan bahwa bagi banyak pendeta di dalam kekristenan, Pendeta SAE Nababan merupakan teolog yang tidak bisa diam melihat ketidakadilan.
"Bagi saya secara pribadi ia merupakan guru tentang pentingnya gereja berubah dari kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan firman Allah dan kehendak Allah Tritunggal. Walaupun harus dengan risiko dan konsekuensi yang dapat mengancam jiwa sendiri," beber Ephorus Robinson.
Ia juga menyebutkan biarlah Tuhan memberkati segala karya hambaNya ini untuk kehidupan dan karya gereja Tuhan di dunia ini, khususnya HKBP.
"Serta memelihara kehidupan keluarga yang ditinggalkannya dan para pejuang yang mengikuti jejak-jejaknya," pungkas Robinson.
Kabar meninggalnya Pendeta SAE Nababan diposting di akun FansPage SAE Nababan.
"Telah berpulang ke rumah Bapa di surga Ompui Ephorus Emeritus HKBP Pdt. Dr. SAE Nababan, LID, Sabtu, 8 Mei 2021, pukul 16.18 di RS Medistra Jakarta," tulisnya.
Dalam postingannya, disematkan ayat alkitab.
Baca juga: Pendeta SAE Nababan, Tokoh Gerakan Oikumene Meninggal Dunia
"Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorang pun yang mati untuk dirinya sendiri. Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan." - Roma 14:7-8
Kabar meninggalnya Pendeta SAE Nababan juga diposting oleh Pendeta Saut Sirait di media sosialnya.
"Sungguh berduka, Tuhan telah memanggil, Emeritus Ephorus Soritua Nababan," tulisnya.
Sosok Pendeta SAE Nababan
Dilansir dari website SAEnababan.com, diketahui nama lengkap dari Pendeta SAE Nababan adalah Pdt. Dr (HC). Soritua Albert Ernst Nababan LlD.
Dr. Soritua A.E. Nababan, LlD adalah seorang pendeta dan tokoh gereja di Indonesia yang lahir di Tarutung 24 Mei 1933 lalu.
Dilansir dari Wikipedia, Pendeta SAE Nababan menempuh pendidikannya di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta dan lulus pada 1956 dengan gelar Sarjana Theologia.
Ia mendapat beasiswa dan melanjutkan pendidikannya di Universitas Heidelberg dan lulus dengan gelar Doktor Theologia pada 1963.
Pada 1987-1998 ia menjabat sebagai Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), sebuah gereja beraliran Lutheran di Indonesia.
Pada masa kepemimpinannya terjadi dualisme kepemimpinan di tubuh HKBP (1992-1998).
Jabatan-jabatan lain yang pernah dipegangnya Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia pada 1967-1984 dan kemudian Ketua Umum dari lembaga yang sama pada 1984-1987.
Nababan banyak terlibat dalam organisasi gereja di tingkat dunia.
Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Pemuda Dewan Gereja-gereja Asia (1963-1967) dan belakangan Presiden dari lembaga yang sama (1990-1995).
Wakil Ketua dari Komite Sentral Dewan Gereja-gereja se-Dunia (1983-1998), Wakil Presiden Federasi Lutheran se-Dunia dan anggota Komite Eksekutif dari lembaga yang sama.
Nababan juga menjabat sebagai Ketua pertama dari Vereinte Evangelische Mission(United Evangelical Mission), sebuah lembaga misi internasional yang terdiri atas 34 gereja anggota yang tersebar di Afrika, Asia, dan Jerman.
Dalam Sidang Raya ke-9 Dewan Gereja-gereja se-Dunia di Porto Alegre, Brasil pada tahun 2006, Nababan terpilih menjadi salah seorang Presiden dari lembaga persekutuan gereja-gereja sedunia itu yang beranggotakan gereja-gereja Protestan dan Ortodoks.
Menikahi Alida Lientje Tobing
Ia mempersunting Alida Lientje Tobing, perempuan yang awal dikenalnya sebagai guru sekolah Minggu.
"Saat itu saya memang tidak memberikan perhatian khusus kepadanya, karena pembawaannya yang rendah hati," kenang SAE dalam bukunya Selagi Masih Siang.
Mereka menikah pada 8 Januari 1964, lalu segera mengikuti tugas penempatan SAE sebagai sekretaris pemuda EACC di Manila.
Alida setia melengkapi peran SAE baik di EACC, di DGI/PGI dan sebagai pimpinan HKBP. Bahkan di era krisis HKBP 1992-1998, ia juga tetap tabah mendukung jalan perjuangan suaminya.
Nababan mempunyai dua orang anak laki-laki, seorang anak perempuan serta dua orang cucu.
Putranya, Hotasi Nababan adalah Alumni ITB dan MIT serta pernah menjabat sebagai CEO Merpati Nusantara dan GE Indonesia.
Dua orang dari saudara-saudara kandungnya adalah Panda Nababan, anggota DPR Republik Indonesia dari PDI-P dan Asmara Nababan, tokoh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.