Spanduk Tolak Kedatangan Pemudik Bertebaran, Isinya Wajib Tes Covid-19 Hingga Isolasi Mandiri
Tidak hanya di ibu kota, spanduk-spanduk ini juga menghiasi sudut jalan di daerah penyangga, seperti Tangerang Selatan (Tangsel) dan Bekasi.
Editor: Dewi Agustina
Begitu rumahnya disatroni petugas, penghuni rumah tersebut sudah berangkat kerja. Rumahnya pun kosong. Padahal penghuni rumah bernama Anggit itu baru pulang dari kampung halamannya di Tegal, Jawa Tengah, semalam.
"Orangnya sudah pulang semalam, tapi berangkat kerja lagi di Cikarang," ujar Ketua RT 003 RW 002, Zaenal Abidin.
Menurut petugas, penghuni rumah ini membandel lantaran ketika pulang dari kampungnya tidak melapor dulu kepada Ketua RT.
Anggit pun berhasil lolos dari karantina mandiri setelah mudik dari kampungnya.
Kendati demikian, petugas Satpol PP tetap menempelkan stiker di depan pintu rumahnya. Setelah pulang kerja, Anggit diminta untuk melakukan tes swab mandiri atau karantina selama 14 hari di rumah.
Bila hasilnya negatif, stiker bisa dicopot. Namun bila positif, Anggit harus karantina selama 14 hari.
"Jadi kalau pulang suruh lapor pak RT, bawa hasil tes swab antigennya. Ini membandel. Yang berhak copot stiker ini nanti pak RT ya," ujar Anggota FKDM Lenteng Agung, Agus kepada tetangga Anggit.
Isolasi Mandiri
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen Doni Monardo meminta masyarakat yang bepergian dari wilayah yang tergolong zona merah dan oranye untuk melakukan karantina mandiri.
Tujuannya kata Doni untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus Covid-19 pasca liburan Idul Fitri yang membuat mobilitas penduduk meningkat.
"Perlu kita perhatikan sekarang adalah bagaimana agar kasus ini tidak melonjak. Satu faktor utamanya adalah melakukan program karantina secara mandiri bagi mereka yang kembali dari berpergian," kata Doni usai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Doni meminta para kepala daerah mengeluarkan imbauan agar masyarakat yang bepergian dari dua zona tersebut melakukan karantina secara mandiri di kediamannya masing-masing sebelum berkativitas.
"Imbauan kami kepada seluruh pimpinan, kepada seluruh komunitas, untuk mengingatkan mereka yang kembali dari daerah-daerah zona merah dan oranye mohon berkenan untuk melakukan karantina mandiri di kediaman. Semua ini dilakukan agar penularan kasus ini bisa kita kendalikan lebih baik lagi dibandingkan tahun lalu," katanya.
Berdasarkan pengalaman, kata Doni, libur panjang menyebabkan mobilitas penduduk meningkat yang berdampak pada melonjaknya kasus Covid-19.
Bahkan menurutnya, libur panjang juga berdampak pada meningkatnya angka kematian dan keterisian tempat tidur.
"Belajar dari pengalaman satu tahun terakhir, kasus aktif yang meningkat setelah libur panjang berada pada kisaran 78 persen hingga 119 persen. Sedangkan angka kematian berkisar 46 persen sampai 75 persen. Ini terjadi setiap libur panjang," pungkasnya.
Baca juga: Bertambah 2, Kini Ada 14 Posko Swab Antigen bagi Pemudik Hendak ke Jabodetabek
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga memerintahkan jajarannya untuk memperkuat PPKM Mikro pasca lebaran Idul Fitri 2021.
Penguatan PPKM dilakukan di daerah asal pemudik dan juga daerah tujuan arus balik, seperti Jakarta.
"Tentunya ini tadi arahan bapak Presiden untuk memperkuat PPKM mikro baik di tempat mereka berangkat maupun ditempat tujuan di daerah di Jakarta," kata Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Airlangga Hartarto.
Selain memperkuat PPKM mikro, untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 di DKI Jakarta dan wilayah tujuan arus balik akibat mobilitas penduduk pada perayaan Idul Fitri, pemerintah juga memberlakukan random test Covid-19 di sejumlah wilayah asal para pemudik.
Khusus untuk pemudik yang berasal dari Sumatera akan diberlakukan mandatory check.
"Mandatory check di Pelabuhan Bakaheuni dan juga ditempat mereka berangkat. Tentunya kita berharap bahwa mereka yang masuk ke Jawa terutama dari wilayah yang naik itu sudah aman dari Covid," katanya.
Secara keseluruhan kasus Covid-19 di Indonesia, kata Airlangga, masih relatif terkendali. Kasus aktif nasional sebesar 5,2 persen, berada di bawah rata-rata global sebanyak 11,09 persen.
Selain itu angka kesembuhan juga berada di angka 92 persen, di atas rata rata global yakni 86,83 persen, dengan angka kematian 2,8 persen di atas rata rata global 2.07 persen.
"Kasus aktif nasional mengalami penurunan sebesar 48,6 persen dari puncak kasus 5 Februari yang lalu dan kasus aktif adalah pengurangannya 795 dalam 1 minggu terakhir sehingga kasus aktif berada dalam kisaran 90.800," pungkas Airlangga.(Tribun Network/fik/riz/fel/wly)