Spanduk Tolak Kedatangan Pemudik Bertebaran, Isinya Wajib Tes Covid-19 Hingga Isolasi Mandiri
Tidak hanya di ibu kota, spanduk-spanduk ini juga menghiasi sudut jalan di daerah penyangga, seperti Tangerang Selatan (Tangsel) dan Bekasi.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seiring dengan arus balik Lebaran 2021, spanduk buatan warga bermunculan.
Spanduk yang isinya meminta pemudik swab antigen, rapid test dan isolasi mandiri sekembalinya dari kampung halaman ini terpampang di beberapa sudut jalan.
Tidak hanya di ibu kota, spanduk-spanduk ini juga menghiasi sudut jalan di daerah penyangga, seperti Tangerang Selatan (Tangsel) dan Bekasi.
Spanduk bertuliskan tangan di lingkungan RW 05 Kelurahan Kartini, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat menarik perhatian.
Warga setempat dengan tegas menolak kepulangan para pemudik dari daerah tanpa test covid-19.
"Kami warga Kartini menolak pemudik tanpa rapid test (Covid-19)," demikian tulisan pada spanduk tersebut.
Warga RW 05 Kelurahan Kartini, Surya (40), mengatakan spanduk tersebut dipasang sejak Sabtu (15/5/2021) kemarin.
Dia menjelaskan, pemasangan spanduk ini mendapat dukungan dari tokoh masyarakat setempat dan pihak kepolisian.
"Kami mendapat dukungan mereka semua. Karena kami ingin membantu pemerintah menghilangkan Covid-19," ucap Surya, saat ditemui di lokasi, Senin (17/5/2021).
"Bagi warga Kartini yang sudah mudik, kami mohon untuk tes Covid-19 dulu saat sampai lagi di Jakarta," lanjut dia.
Spanduk serupa juga ditemui hampir di semua wilayah kecamatan di Tangerang Selatan (Tangsel). Bentuknya hampir sama, berwarna putih polos dan tulisannya menggunakan cat semprot merah atau hitam.
Isi imbauannya pun serupa, meminta warga Tangsel yang berangkat mudik untuk terlebih dahulu tes swab antigen sebelum kembali ke Tangsel.
Pantauan Tribun di kawasan Jalan Siliwangi Pamulang, terdapat tiga spanduk, dua di dekat Tugu Pamulang, satu lagi di dekat Situ Tujuh Muara.
"Yang habis mudik wajib swab antigen dan isolasi mandiri," tertulis pada spanduk di depan Situ Tujuh Muara.
Spanduk lainnya juga terlihat di persimpangan depan Masjid Aljihad, Ciputat. Supriatna, warga yang tinggal dekat spanduk tersebut mengatakan, spanduk sengaja dibuat oleh warga.
Supriatna pun setuju dengan imbauan tersebut, ia tidak ingin kedatangan arus balik pemudik justru membawa virus.
"Takut penyebaran Covid-19 yang lebih luas kan kalau enggak antigen, jaminan buat warga," ujar Supriatna.
Jika pemudik yang dites terdetaksi positif Covid-19 maka akan langsung bisa mendapatkan penanganan medis tanpa khawatir menularkan kepada yang lainnya.
"Kan kalau ketahuan bisa dibawa ke dokter langsung ditindak, jadi enggak nyebarin," katanya.
Sementara itu, warga yang bermukim di Kecamatan Jatisampurna, Bekasi juga memasang spanduk penolakan terhadap pemudik yang kembali tanpa hasil negatif swab antigen.
Kapolsek Jatisampurna Iptu Santri Dirga menjelaskan pemasangan spanduk merupakan inisiasi para warga yang resah terhadap potensi penyebaran Covid-19, terutama melalui transmisi pemudik dari Jatisampurna.
Baca juga: Wali Kota Tangsel dan Polri Komentari Marak Spanduk Pemudik Diminta Test Covid dan Isolasi Mandiri
"Spanduk dipasang oleh warga di beberapa lokasi, di antaranya seperti Kelurahan Jati Rangga dan Jati Rasa. Spanduk-spanduk itu sebagai mekanisme sosial untuk menghadapi warga yang lakukan mudik," ujar Dirga.
Warga berharap dipasangnya spanduk tersebut bisa meningkatkan kesadaran pemudik untuk melakukan tes swab antigen sebelum kembali ke kawasan Jatisampurna.
"Harapannya menciptakan rasa rasa bersalah bagi pemudik yang kembali apabila tidak lakukan swab antigen," tuturnya.
Dirga juga meminta warga agar pro-aktif melaporkan temuan pemudik yang kembali ke Jatisampurna, kepada petugas kelurahan, kecamatan atau kepolisian.
Hal itu dikarenakan warga yang ditengarai melakukan mobilisasi mudik, tak melapor kepada pihak RT dan RW sehingga petugas tak memiliki data terkait jumlah pemudik di kawasannya.
"Terkait data pemudik, tidak ada angka pasti karena warga yang mudik tidak melapor ke petugas. Jadi kami harap, warga setempat melakukan pengawasan dan pelaporan bila ditemukan pemudik yang telah kembali tanpa swab test antigen," ujar Dirga.
Dirga menambahkan larangan mobilisasi mudik merupakan kebijakan pemerintah sehingga ia berharap masyarakat bisa mematuhi aruran guna mengantisipasi penyebaran Covid-19.
"Apapun alasannya larangan mudik ini adalah bentuk kebijakan pemerintah dengan dasar kepentingan kesehatan bagi kita semua. Jadi dimohon kepada seluruh masyarakat agar sadar akan kebijakan pemerintah ini," katanya.
Kapolda Dukung
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran menanggapi viralnya spanduk buatan warga yang menolak pemudik tanpa rapid test Covid-19.
Menurut dia, aksi warga tersebut baik dilakukan sebagai cara mencegah penyebaran virus Covid-19.
"Ya bagus dong kan biar warganya sadar," kata Fadil, saat meninjau posko pelayanan swab antigen Covid-19 gratis, di Kampung Tangguh Jaya, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Lurah Kartini Ati Mediana pun mengapresiasi warganya yang memasang spanduk penolakan bagi pemudik yang tidak melakukan rapid test Covid-19.
"Tentu kami mendukung karena ini usaha kami untuk memutus mata rantai Covid-19," kata Ati, sapaannya.
Dengan spanduk tersebut, lanjutnya, warga Kelurahan Kartini sebaiknya lebih peduli terhadap protokol kesehatan.
"Karena kan wilayah Kelurahan Kartini sudah hijau. Jadi, harapannya semoga tetap menjadi zona hijau," jelas Ati.
"Kami harus mampu mempertahankan zona hijau ini," kata dia.
Baca juga: Pemudik Disambut Spanduk Penolakan, Tanpa Tes Covid-19 Dilarang Masuk Wilayah Kartini Jakarta Pusat
Ditempel Stiker
Sejumlah warga Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, harus mengikuti karantina mandiri selama 14 hari. Sebab, mereka diketahui baru pulang mudik dari kampung halamannya.
Tim gabungan dari anggota Satpol PP, FKDM dan petuga Kelurahan Lenteng Agung mulai menempeli stiker karantina mandiri bagi para pemudik yang baru pulang.
Namun, saat sedang menyisir wilayah permukiman RT 003 RW 002 Lenteng Agung, ditemukan salah satu warga yang lolos dari karantina mandiri di rumah.
Begitu rumahnya disatroni petugas, penghuni rumah tersebut sudah berangkat kerja. Rumahnya pun kosong. Padahal penghuni rumah bernama Anggit itu baru pulang dari kampung halamannya di Tegal, Jawa Tengah, semalam.
"Orangnya sudah pulang semalam, tapi berangkat kerja lagi di Cikarang," ujar Ketua RT 003 RW 002, Zaenal Abidin.
Menurut petugas, penghuni rumah ini membandel lantaran ketika pulang dari kampungnya tidak melapor dulu kepada Ketua RT.
Anggit pun berhasil lolos dari karantina mandiri setelah mudik dari kampungnya.
Kendati demikian, petugas Satpol PP tetap menempelkan stiker di depan pintu rumahnya. Setelah pulang kerja, Anggit diminta untuk melakukan tes swab mandiri atau karantina selama 14 hari di rumah.
Bila hasilnya negatif, stiker bisa dicopot. Namun bila positif, Anggit harus karantina selama 14 hari.
"Jadi kalau pulang suruh lapor pak RT, bawa hasil tes swab antigennya. Ini membandel. Yang berhak copot stiker ini nanti pak RT ya," ujar Anggota FKDM Lenteng Agung, Agus kepada tetangga Anggit.
Isolasi Mandiri
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen Doni Monardo meminta masyarakat yang bepergian dari wilayah yang tergolong zona merah dan oranye untuk melakukan karantina mandiri.
Tujuannya kata Doni untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus Covid-19 pasca liburan Idul Fitri yang membuat mobilitas penduduk meningkat.
"Perlu kita perhatikan sekarang adalah bagaimana agar kasus ini tidak melonjak. Satu faktor utamanya adalah melakukan program karantina secara mandiri bagi mereka yang kembali dari berpergian," kata Doni usai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Doni meminta para kepala daerah mengeluarkan imbauan agar masyarakat yang bepergian dari dua zona tersebut melakukan karantina secara mandiri di kediamannya masing-masing sebelum berkativitas.
"Imbauan kami kepada seluruh pimpinan, kepada seluruh komunitas, untuk mengingatkan mereka yang kembali dari daerah-daerah zona merah dan oranye mohon berkenan untuk melakukan karantina mandiri di kediaman. Semua ini dilakukan agar penularan kasus ini bisa kita kendalikan lebih baik lagi dibandingkan tahun lalu," katanya.
Berdasarkan pengalaman, kata Doni, libur panjang menyebabkan mobilitas penduduk meningkat yang berdampak pada melonjaknya kasus Covid-19.
Bahkan menurutnya, libur panjang juga berdampak pada meningkatnya angka kematian dan keterisian tempat tidur.
"Belajar dari pengalaman satu tahun terakhir, kasus aktif yang meningkat setelah libur panjang berada pada kisaran 78 persen hingga 119 persen. Sedangkan angka kematian berkisar 46 persen sampai 75 persen. Ini terjadi setiap libur panjang," pungkasnya.
Baca juga: Bertambah 2, Kini Ada 14 Posko Swab Antigen bagi Pemudik Hendak ke Jabodetabek
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga memerintahkan jajarannya untuk memperkuat PPKM Mikro pasca lebaran Idul Fitri 2021.
Penguatan PPKM dilakukan di daerah asal pemudik dan juga daerah tujuan arus balik, seperti Jakarta.
"Tentunya ini tadi arahan bapak Presiden untuk memperkuat PPKM mikro baik di tempat mereka berangkat maupun ditempat tujuan di daerah di Jakarta," kata Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Airlangga Hartarto.
Selain memperkuat PPKM mikro, untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 di DKI Jakarta dan wilayah tujuan arus balik akibat mobilitas penduduk pada perayaan Idul Fitri, pemerintah juga memberlakukan random test Covid-19 di sejumlah wilayah asal para pemudik.
Khusus untuk pemudik yang berasal dari Sumatera akan diberlakukan mandatory check.
"Mandatory check di Pelabuhan Bakaheuni dan juga ditempat mereka berangkat. Tentunya kita berharap bahwa mereka yang masuk ke Jawa terutama dari wilayah yang naik itu sudah aman dari Covid," katanya.
Secara keseluruhan kasus Covid-19 di Indonesia, kata Airlangga, masih relatif terkendali. Kasus aktif nasional sebesar 5,2 persen, berada di bawah rata-rata global sebanyak 11,09 persen.
Selain itu angka kesembuhan juga berada di angka 92 persen, di atas rata rata global yakni 86,83 persen, dengan angka kematian 2,8 persen di atas rata rata global 2.07 persen.
"Kasus aktif nasional mengalami penurunan sebesar 48,6 persen dari puncak kasus 5 Februari yang lalu dan kasus aktif adalah pengurangannya 795 dalam 1 minggu terakhir sehingga kasus aktif berada dalam kisaran 90.800," pungkas Airlangga.(Tribun Network/fik/riz/fel/wly)