Jadi Indikator Kinerja Utama Kemenag, Indeks Kesalehan Sosial 2020 Masih Tinggi
Tercatat bahwa skor Indeks Kesalehan Sosial (IKS) 2020 enam penganut agama di Indonesia mencapai 82,53 dan masih tergolong dalam kategori tinggi.
TRIBUNNEWS.COM - Pada dasarnya, setiap agama membawa ajaran kebaikan untuk setiap pemeluknya, terlebih untuk saling berbuat baik terhadap sesama. Hal ini tampak dari kehidupan sosial di Indonesia, di mana masyarakat dapat hidup berdampingan dengan harmonis meski memeluk agama yang berbeda.
Segala sikap dan perilaku yang menunjukan nilai-nilai kebaikan, seperti kepedulian, saling menghargai, tolong-menolong, dan sebagainya dalam kehidupan sosial, dikenal dengan istilah kesalehan sosial.
Berbicara tentang kesalehan sosial umat beragama di Indonesia, Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Balitbang dan Diklat, Kementerian Agama (Kemenag) merilis hasil survei menarik.
Tercatat bahwa skor Indeks Kesalehan Sosial (IKS) 2020 enam penganut agama di Indonesia mencapai 82,53 dan masih tergolong dalam kategori tinggi.
Survei Indeks Kesalehan Sosial tahun 2020 ini dilakukan untuk menghadirkan data pengukuran pada Indikator Kinerja Utama Kementerian Agama terkait menjalankan misi pemahaman dan pengamalan ajaran agama.
Selain itu, IKS juga bertujuan untuk mengetahui sejauh mana relevansi antara pemahaman keagamaan masyarakat Indonesia dengan pengamalannya pada tingkat sosial serta menjadi bahan pengambilan keputusan kebijakan pembangunan bidang agama.
Skor yang dicapai dalam IKS 2020 ini meliputi lima dimensi, yakni 1) kepedulian sosial dengan skor 75,35, 2) relasi antar manusia dengan nilai 87,6, 3) etika dan budi pekerti bernilai 88,1, 4) melestarikan lingkungan dengan skor 76,61, dan 5) patuh pada peraturan pemerintah dengan skor 85,01.
Di samping itu, survei yang dilakukan dengan teknik clustered random sampling pada 22 kota Kabupaten dan kota di Indonesia ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yang dirinci sebagai berikut.
1) Habituasi
Habituasi atau pembiasaan di lingkungan rumah menempati posisi tertinggi dengan skor 84,43.
Dalam faktor habituasi ini dirinci kembali dalam beberapa komponen turunan yaitu memberi penghargaan atas prestasi (78,71), belajar bersama (81,18), mengelola sampah organik dan anorganik (53,76), sanksi/teguran atas pelanggaran aturan/keluarga (78,71), dan kegiatan piknik keluarga (77,41).
2) Kesalehan Ritual
Faktor Kesalehan Ritual memiliki skor 79,65 dengan dengan determinasi 1,818. Terdapat 5 komponen dalam faktor kesalehan ritual ini yaitu membaca kitab suci (80,15), mendengarkan ceramah agama (83,15), membayar derma (82,29), membaca artikel/buku keagamaan (71.76), dan beribadah secara rutin (89,53).
3) Pengetahuan
Faktor pengetahuan tentang kesalehan sosial memiliki skor 73,13 dengan komponen sikap sopan santun (70,59), sikap peduli (62), menjaga keluhuran budaya (50,94), sikap adil (89,76), dan sikap tidak termasuk melestarikan lingkungan hidup (86,24).
4) Terpaan Kinerja Kemenag
Sedangkan faktor dengan skor terendah ditempati oleh faktor Terpaan Kinerja Kemenag yang mendapat nilai 51,78 dengan komponen tunduk pada peraturan daerah (61,53), etika dan budi pekerti di ruang publik (5,76), membayar pajak (61,18), taat pada peraturan (63,06), dan menghargai kebudayaan umum (56,24).
Rekomendasi penelitian terhadap kinerja Kemenag
Dari hasil keseluruhan Survei Indeks Kesalehan Sosial tahun 2020, Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Balitbang dan Diklat Kemenag merekomendasikan peningkatan kinerja tiap unit (direktorat jenderal, direktorat, satuan kerja, kantor wilayah, dll.) dalam memberikan pelayanan semaksimal mungkin bagi masyarakat luas karena terpaan masyarakat terhadap kinerja Kementerian Agama menempati posisi paling bawah, yakni di bawah 60%.
Selain itu, diharapkan pula umat beragama dapat kian mengamalkan kepedulian sosial untuk senantiasa meningkatkan kesalehan sosial. Terlebih, di tengah pandemi Covid-19, kepedulian sosial dan solidaritas sesama umat manusia sangat dibutuhkan.
Selanjutnya, terpaan program Kemenag bagi umat beragama Katolik dan Kristen harus ditingkatkan. Menurut IKS, mereka adalah responden dengan tingkat ketereksposan program kementerian paling rendah.
Hasil survei juga merekomendasikan peningkatan kampanye akan keluhuran budaya agar masyarakat sadar akan kaitannya dengan ritus keagamaan di Indonesia, sehingga dapat menghindari potensi konflik intra umat beragama.
Terakhir, peningkatan edukasi menjaga lingkungan sekitar juga penting diperhatikan, misalnya dengan mengaitkannya dengan bencana alam atau pemanasan global.
Sebagai informasi, penelitian indeks kesalehan sosial ini dilakukan dengan metode survei pada beberapa kota yang dominan pemeluk enam agama, dengan jumlah responden 840 yang diwawancarai langsung atau mengisi jawaban pada kuesioner.
Penelitian dilakukan oleh 20 koordinator penelitian, 80 surveyor, dan 3 spot checker dengan analisis data menggunakan tabulasi silang dan SEM serta tingkat kepercayaan 95%, dengan margin of error 2,1%.