Demokrat Tembus Tiga Besar, Kubu AHY Singgung Prahara dengan Kubu Moeldoko
Kenaikan elektabilitas ini sebagai hasil dari ujian kenaikan kelas Partai Demokrat yang diterpa prahara oleh GPK PD.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai Demokrat mengapresiasi hasil survei lembaga Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) yang menempatkan Demokrat berada di urutan ketiga, di bawah PDI Perjuangan dan Gerindra.
Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani menyebut, hal itu konsisten dengan rilis berbagai lembaga survei sebelumnya yang secara konsisten menunjukkan tren kenaikan elektabilitas Partai Demokrat.
"Yang terbaru, rilis hasil survei ARSC menempatkan Partai Demokrat di urutan ketiga sebesar 14,8 persen, setelah Gerindra 15,03 persen, dan PDIP sebesar 19,06 persen," kata Kamhar kepada wartawan, Minggu (23/5/2021).
Kamhar berpendapat, kenaikan elektabilitas ini sebagai hasil dari ujian kenaikan kelas Partai Demokrat yang diterpa prahara pada medio Januari sampai awal April lalu oleh Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat (GPK PD).
Baca juga: Demokrat Tiga Besar Parpol Teratas Versi Survei ARSC, Herzaky: Publik Merasa Butuh Alternatif Baru
Gerakan tersebut dipimpin KSP Moeldoko yang bisa diatasi secara cemerlang dengan hasil yang gemilang.
Selain itu, kata Kamhar, kenaikaan ini juga buah manis dari konsistensi Partai Demokrat yang berada di luar pemerintah sebagai oposisi, yang secara tegas memilih berkoalisi dengan rakyat dan secara terus menerus memperjuangkan aspirasi rakyat.
Di sisi lain, menurutnya keberhasilan Partai Demokrat melewati terpaan badai ini menunjukkan kualitas kepemimpinan Ketum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai nahkoda yang handal.
Kamhar menyebut sekurang-kurangnya ada 4 hal menjadi kunci sukses yang menunjukkan bobot kepemimpinan Mas Ketum AHY.
"Pertama kecepatan dalam merespon persoalan dan mengambil keputusan; kedua metepatan menerapkan strategi dengan mengajak publik dan kelompok strategis (civil society), termasuk media massa untuk melakukan kontrol demokrasi atas kekuasaan; ketiga keberanian, dimana yang dihadapi adalah KSP Moeldoko purnawirawan Jenderal yang berada di kekuasaan; dan keempat lemampuan Mas Ketum AHY dalam membangun dan menjaga soliditas kader," ujarnya.