Syafii Maarif: Kebhinnekaan Jadi Kekuatan Pemersatu Bangsa
Ahmad Syafii Maarif mengatakan Indonesia merupakan bangsa besar yang dianugerahi dengan beragam perbedaan.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Ahmad Syafii Maarif mengatakan Indonesia merupakan bangsa besar yang dianugerahi dengan beragam perbedaan.
Menurutnya, perbedaan dipahami dalam rangka mewujudkan persatuan kesatuan bangsa.
"Kita harus menanamkan sikap toleransi dalam diri dengan terus memelihara persatuan, persaudaraan dan kerukunan antar sesama karena Bhinneka Tunggal Ika merupakan nilai bangsa yang harus terus dijaga," ujar Syafii dalam webinar STIAB Smaratungga, Sabtu (29/5/2021).
Kanekaragaman bangsa, kata Syafii, dihormati dalam wadah kesatuan bangsa Indonesia.
Baca juga: Bulan Pancasila, BPIP Gelar Upacara Kenegaraan Hingga Lomba
Hal ini, menurutnya, selaras dengan semboyan yang menggambarkan secara jelas prinsip penghormatan keaneka ragaman dalam wadah persatuan, yakni "Bhinneka Tunggal Ika".
"Kebhinekaan harus dipahami sebagai sebuah kekuatan pemersatu bangsa yang keberadaannya tidak bisa dipungkiri," ucap Syafii.
Sementara itu, Dewan Pengarah BPIP Sudhamek AWS mengatakan salah satu solusi dari perspektif ekonomi dan bisnis dalam memaknai Bhinneka Tunggal Ika dapat melalui demokrasi ekonomi yang inklusif.
"Strategi operasional Ekonomi Pancasila secara Makro dikatakan inklusif karena dilakukan dengan strategi Pemberdayaan UMKM, Kemitraan & pendekatan Jaringan lintas Iman yg berbasis pada research and Innovation," tutur Sudhamek.
Solusi yang paling tepat, menurut Sudhamek, Sudhamek, adalah dengan membangun bisnis yang berlandaskan mindfulness.
Baca juga: BPIP Ajak Masyarakat Menyemarakkan Bulan Pancasila Dengan Protokol Kesehatan
Ketua Yayasan Buddhayana Nyanasuryanadi Mahathera berharap toleransi, kerukunan dan persaudaraan yang dilandasi cinta kasih terus terjaga di Negara Republik Indonesia.
"Sehingga kita mampu untuk menahan diri dari pandangan maupun sikap-sikap yang mendiskreditkan perbedaan primordial apapun, utamanya karena suku, ras, budaya dan adat istiadat," pungkas Nyanasuryanadi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.