Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pancasila Sampai Kapan pun Jadi Solusi untuk Kebhinekaan Indonesia

Bulan Bung Karno, menjadi cara PDIP mengajak anak muda untuk memaknai Pancasila dalam bentuk kekinian, modern, tanpa meninggalkan spirit sejarah.

Penulis: Johnson Simanjuntak
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Pancasila Sampai Kapan pun Jadi Solusi untuk Kebhinekaan Indonesia
Istimewa
Diskusi dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila dan Bulan Bung Karno Selasa 1 Juni 2021. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pancasila dalam sudut pandang Seni dan Budaya menjadi topik diskusi hangat dalam talkshow dan seni yang diselenggarakan oleh Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan.

Acara ini dihelat dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila dan Bulan Bung Karno, pada Selasa 1 Juni 2021.

Talkshow ini dibuka oleh Panitia Pengarah Bulan Bung Karno PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat.

Ia menjelaskan acara ini dihelat dalam rangka mengajak anak muda Indonesia untuk berani secara kreatif dan cerdas, memaknai Pancasila dalam bentuk kekinian dan modern tanpa meninggalkan spirit sejarah.

"Bulan Bung Karno, menjadi cara PDIP mengajak anak muda untuk memaknai Pancasila dalam bentuk kekinian, modern, tanpa meninggalkan spirit sejarah," jelas Djarot.

Selain itu, musisi sekaligus komposer Addie MS, juga Garin Nugroho Riyanto seorang sutradara dan budayawan menjadi narasumber utama dalam talkshow perdana Bung Karno Series ini.

Addie MS pada posisinya sebagai musisi mengutarakan, bahwa Pancasila sampai kapan pun akan menjadi solusi untuk negeri Indonesia yang bhinneka ini, dengan adanya sila ke-tiga persatuan Indonesia merupakan sebuah solusi untuk Indonesia di masa kini dan masa yang akan datang.

Berita Rekomendasi

"Justru lebih perlu lagi, kalau kita lihat teknologi informasi di era globalisasi ini membanjiri masyarakat, apapun informasi yang diinginkan akan datang sendiri. Dengan adanya Pancasila, ini sebagai alat pemersatu, bahwa dengan informasi apapun yang kita dapat, jangan lupa akan persatuan. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kalau Pancasila itu tidak ada," jelas Addie.

Baca juga: Membumikan Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari Melalui Pencanangan Desa Damai Berbudaya

Selain itu, dia menambahkan bahwa memanggil Pancasila yang sudah ada di bumi Indonesia dengan cara yang halus dan tajam, sehingga apa yang para seniman lakukan sekarang ini adalah memekarkan atau mengharumkannya Kembali di masyarakat.

Kemudian ia mencontohkan lagu anak-anak yang berjudul Pelangi-pelangi, sudah jarang terdengar di televisi-televisi, beda dengan zaman dulu ketika disiarkan oleh TVRI semuanya ikut satu suara menyanyikan.

Namun sekarang tidak bisa lagi seperti itu, karena zaman sudah semakin modern dan sudah majemuk, kemudian hal ini sudah terejawantahkan pada porsi geraknya masing-masing sesuai dengan perannya.

Addie menilai, justru dengan adanya perbedaan sudut pandang dan gerak masing-masing merupakan asset, terlebih dalam dunia seni.

Namun hal yang paling penting adalah bagaimana menghadirkan kembali, membangkitkan kembali spirit Pancasila di era kekinian.

Dalam hal seni misalnya bagaimana lagu-lagu zaman dulu yang mengajarkan nasionalisme itu di aransmen ulang dengan nada dan music yang khas dengan zaman sekarang.

"Bagaimana semangat Pancasila ini dihadirkan, semangat perjuangan dihadirkan di era kekinian dengan cara masing-masing sesuai dengan posisi dan kedudukannya masing-masing. Semisal lewat lagu anak-anak tadi itu diaransmen ulang," tambah Addie.

Baca juga: Filosofi Baju Adat Madura Menurut Menag di Peringatan Hari Lahir Pancasila

Sudut pandang yang tak jauh berbeda diuangkapkan juga oleh seorang sutradara dan budayawan Garin Nugroho, ia menilai Pancasila yang kita anut sebagai dasar negara sampai hari ini mempunyai nilai dan aspek seni, bahkan para seniman juga ikut andil dalam merumuskan Pancasila.

"Pancasila itu justru berbasis nilai-nilai seni, para penggodog Pancasila itu banyak para senimannya, kalua gak ada senimannya malah Pancasila gak akan jadi. Contohnya Muhammad Yamin, bapak Sonata. Itu baru satu. Muhammad Hatta, ngasih istrinya aja buku. Soekarno? Bahkan dianggap seperti bapak teater," jelas Garin.

Garin mengungkapkan bahwa nilai-nilai yang membentuk Pancasila itu tidak terlepas dari nilai dan unsur budaya.

"Jadi proses Pancasila adalah proses budaya, Bahasa aja, kata Pancasila misalnya dalam membahasakan ada yang diambil dari Bahasa sutasoman misalnya, ada yang dari Bahasa sansekerta. Karena Soekarno sendiri sangat dekat dengan orang-orang ahli bahasa," tambah Garin.

Program talkshow & seni BKNP PDIP dengan tema besar "Bung Karno Series" hadir setiap hari pada bulan Juni pukul 16.30 WIB, tayang selama satu bulan penuh, dan dapat diikuti melalui kanal Youtube: BKNP PDI Perjuangan, Instagram: BKNPusat dan Facebook: Badan Kebudayaan Nasional Pusat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas