Bung Karno Ungkap Penyelundupan Besar-besaran Agar Pemerintah RI Tetap Survive
Republik mempunyai pengalaman tak punya uang, uang yang dicetak sendiri menggunakan mesin cetak sederhana, tidak punya nilai
Penulis: Febby Mahendra
Editor: cecep burdansyah
![Bung Karno Ungkap Penyelundupan Besar-besaran Agar Pemerintah RI Tetap Survive](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/patung-bung-karno-20052021-2.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - KISAH unik dan memprihatinkan ini diceritakan Presiden Ir Soekarno yang akrab dipanggi Bung Karno, ketika Indonesia baru saja merdeka dan ibukota harus pindah ke Yogyakarta, 4 Januari 1946.
Republik muda itu nyaris tak punya uang, sedang uang yang dicetak sendiri menggunakan mesin cetak sederhana, tidak punya nilai.
Tak pelak Bung Karno kemudian memerintahkan para duta besar Indonesia di luar negeri melakukan penyelundupan untuk mendapatkan uang dan barang yang diperlukan. Bahkan seragam tentara Indonesia diperoleh lewat jalur penyelundupan sehingga malah tidak seragam.
“Kami bekerja seadanya sehingga tidak mirip dengan pemerintahan selayaknya. Kami tidak memiliki apa-apa. Tidak ada mesin ketik, alat kantor, pesawat terbang. Satu-satunya peralatan radio yang dapat diselamatkan yaitu buatan 1935,” ujar Bung Karno, dalam buku ‘Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia’, karya Cindy Adams, Penerbit Yayasan Bung Karno, Jakarta, Cetakan Keempat, 2014.
Bung Kano menyebut uang dari zaman Jepang nilainya sudah merosot. Pada hari-hari pertama setelah kemerdekaan, Dr Suharto bertindak sebagai bendahara pemerintah. Dia bekerja seorang diri, tanpa punya staf.
“Dia tidak punya waktu untuk menghitung uang yang nilainya sudah merosot itu sehingga ia menimbang setumpuk uang kertas dan membagi-bagikan kepada kami secara kiloan,” kenang Bung Karno.
Setelah ibu kota pindah dari Jakarta ke Yogyakarta, republik baru memiliki uang sendiri yang dicetak menggunakan sebuah mesin cetak tangan.
Bisa ditebak kualitas uang itu tidak bagus. Tak seorang pun di luar negeri mau menerima uang bersangkutan. Satu-satunya cara untuk memperoleh sesuatu yang diperlukan adalah lewat penyelundupan.
“Duta Besar Indonesia di Jepang menyelundupkan gula. Mantan duta besar di Amerika menyelundupkan candu. Singapura, Bangkok, Hongkong, dan Manila merupakan empat kota penyelundup yang sangat bagus,” kata Soekarno.
Singapura merupakan lokasi bak tambang emas. Orang-orang Indonesia menguras tekstil di toko-toko di Negeri Singa itu, sehingga terkuak bahwa orang Inggris (saat itu Singapura dalam kekuasaan Inggris) korup dan mudah disuap dengan barang-barang selundupan yang dibawa dari tempat lain.
Tekstil yang dibawa dari Singapura di antaranya pakaian seragam militer. Untuk menghindari kecurigaan terhadap praktik penyelundupan dan kecurangan, sejumlah gudang penyimpanan perlengkapan militer di Singapura sengaja dibakar oleh oknum.
“Pada satu minggu satu kesatuan tentara (Indonesia) kelihatan mengenakan topi Kanada. Di bulan berikutnya kesatuan lain memakai baju (seragam) Inggris. Menyusul sukses kegiatan mereka, penyelundup besar kami beri bingkisan sebagai hadiah,” tambah Bung Karno.
Baca juga: Jusuf Wanandi Justru Berceramah Soal Soeharto pada Perwira Interogator
Dibantu orang India
Seorang pembesar di kabinet Bung Karno ada yang menyelundupkan 9 kg emas dan 300 kg perak dari Sumatera untuk pembayaran 20 ribu pakaian seragam. Orang yang melakukan perdagangan emas dan perak itu, juga menyelundupkan 8.000 ton karet adalah Dr AK Gani.
“Belanda memberinya julukan sebagai raja penyelundup, tapi rakyat Indonesia mengenalnya sebagai Menteri Perekonomian,” kata presiden pertama RI tersebut.
Sehabis Perang Dunia II, Hongkong menjadi tempat penjualan pesawat terbang bekas. Apa saja dapat dibeli di sana asal harganya cocok. Bisa dibayar menggunakan apa saja, emas atau candu.
“Kami membeli dua pesawat Dakota bekas dan Bob Freeberg membawaku terbang ke mana-mana. Dia mengalami kecelakaan pada 1947 ketika aku mengirimnya ke Palembang membawa uang untuk membantu gerilya Sumatera,” ujar Bung Karno.
Siapa Bob Freeberg yang disebut oleh Bung Karno tersebut? Seorang pemuda pada suatu hari muncul entah dari mana dan memperkenalkan diri kepada Bung Karno.
“Namaku Bob Freeberg. Aku orang Amerika. Aku soerang pilot dan menaruh simpati kepada perjuangan Anda. Bantuan apa yang dapat aku berikan?” kata Bung Karno menirukan perkenalan Bob Freeberg.
Bung karno juga menyebut bantuan dari orang-orang India. Selama pertempuran Surabaya, November 1945, tak kurang 600 orang tentara India melakukan desersi membantu Republik Indonesia.
“Mereka adalah penyelundup-penyelundup ulung. India menderita kelaparan, sebagai balasan dari berton-ton beras yang kami kirimkan, kawan-kawan di sana menyelundupkan sebuah pesawat terbang untuk kami,” ungkap pria kelahiran Surabaya, 6 Juni 1901 tersebut.
Pesawat itu kemudian dipakai untuk menyelundupkan barang dari dan ke Manila, Filipina. Pada pukul 02.00 dini hari pesawat terbang membawa kopi atau kina, ke Manila, pulangnya membawa spare part, obat-obatan, perbekalan dan amunisi. Namun Belanda kemudian menembak jatuh pesawat itu di Yogya.
Satu-satunya komoditas yang dipunyai Republik Indonesia adalah bahan mentah. Menteri Perekonomian melaksanakan ekspor barang-barang ke Inggris, dan negara tersebut menjamin pengapalannya berlangsung aman dari perompak Belanda di lautan bebas.
Praktik penyelundupan juga terjadi di wilayah dalam negeri. Sultan Yogya, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, bertindak sebagai penghubung antara Jakarta (yang dikuasai Belanda) dan Yogyakarta. Setiap kali Sri Sultan melakukan perjalanan 12 jam menggunakan kereta api ke Jakarta, ia menukarkan berpeti-peti cerutu buatan Yogya dengan ban mobil.
Di satu waktu seluruh modal dari Republik Indonesia ditukar menjadi emas batangan, dimasukkan dalam kotak sepatu dan tempat sabun, lalu disembunyikan di kamar belakang kantor Sultan. (*)
*Dikutip dari buku ‘Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia’, karya Cindy Adams, Penerbit Yayasan Bung Karno dan Penerbit Media Pressindo.
Baca juga: Gigitan Semut Bikin Sintong Panjaitan Lolos dari Tembakan Pemberontak Papua
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.