Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wacana Duet Mega-Prabowo Terus Bergulir, Bagaimana Pendapat Pengamat Politik?

Karenanya sosok seperti Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Wacana Duet Mega-Prabowo Terus Bergulir, Bagaimana Pendapat Pengamat Politik?
pdiperjuangan.id
Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto bersama Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri meresmikan patung Ir Sukarno yang menunggang kuda, Minggu (6/6/2021). (pdiperjuangan.id) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Wacana pasangan Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto dianggap tidak akan dipilih oleh kalangan milenial dalam Pemilihan Presiden 2024.

Dirangkum dari sejumlah lembaga survei, jumlah pemilih muda yang berusia 17-40 tahun akan mendominasi suara pada Pemilu 2024 (60 persen).

Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin mengatakan mereka menginginkan adanya regenerasi kepemimpinan.

Karenanya sosok seperti Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto kurang 'dilirik' oleh kalangan milenial.

Baca juga: Guru Besar IPB Beberkan Kronologi Penganugerahan Profesor Kehormatan Unhan untuk Megawati

Mega-Prabowo adalah pasangan di Pilpres 2009.

"Mega-Prabowo pasangan tidak laku jual. Karena pasangan tua. Sedangkan tren pemilih di 2024 kurang lebih 60 persen pemilih muda atau milenial. Justru akan ditinggalkan," ujar Ujang kepada Tribun Network, Rabu (9/6/2021).

Ujang mengatakan skenario yang memungkinkan jika PDI Perjuangan berkoalisi dengan Gerindra, yang akan dipasangkan adalah Prabowo dengan Ketua DPR Puan Maharani. Dan, bisa saja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan-Puan.

Baca juga: Profesor Jepang: Kepemimpinan Megawati Istimewa, Tetap Bertahan Meski Ditentang Rezim Orba

Berita Rekomendasi

"Skenarionya tetap Prabowo-Puan. Bisa jadi Anies-Puan. Prabowo akan masih maju karena tiga kali belum jadi. Karena 2024 tidak ada inkumben. Kader Gerindra juga mendorong-dorong Prabowo," tutur Ujang.

Kemudian, Ujang menyarankan agar Pilpres sebaiknya lebih dari dua pasangan calon. Sebab, untuk menghindari polarisasi seperti pada Pilkada DKI 2017 dan Pilpres 2019."Tidak bagus dan tidak baik.

Terutama untuk menghidari polarisasi. Banyak pilihan lebih baik, karena banyak kader terbaik bangsa yang bisa didorong. Bisa tiga sampai empat paslon," imbuh Ujang.

Sementara itu, Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno mengatakan tidak ada calon yang cukup dominan di Pilpres 2024. Karenanya peluang Mega-Prabowo tetap terbuka lebar.

Baca juga: Haul 100 Tahun Soeharto, Prabowo dan Anies Baswedan

"Pada saat yang bersamaan kecenderungan partai politik kita itu cenderung diatur dan mudah dikendalikan, terutama oleh PDIP yang kemudian mendapatkan dukungan penuh dari Gerindra," ucap Adi.

Menurut Adi, pengaruh PDIP dan Gerindra dalam koalisi pemerintah amat besar sekali. Karenanya, jika Mega-Prabowo disandingkan, partai politik lain kemungkinan akan memberikan dukungan.

"Bisa saja tidak ada lawan berat kalau semua parpol dikondisikan," ujar Adi. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas