Adian Napitupulu Ungkap Kondisi Kesehatannya Usai Disuntik Vaksin Nusantara
Komisi VII DPR RI menyetujui agar Vaksin Nusantara dilanjutkan risetnya atau masuk ke uji klinis fase III.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Adian Napitupulu menjadi salah satu orang yang telah disuntik Vaksin Nusantara.
Vaksin Nusantara yang digagas oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, sempat menjadi polemik dan perdebatan di Tanah Air.
Adian mengaku kondisinya baik-baik saja setelah menerima suntikan vaksin Nusantara.
"Saya mungkin satu dari yang sudah disuntik vaksin Nusantara dan sudah 53 atau 54 hari sampai saat ini kondisinya baik-baik saja, pimpinan," ujar Adian dalam rapat dengar pendapat Komisi VII DPR RI dengan Terawan, Rabu (16/6/2021).
Baca juga: Komisi VII DPR Sepakat Vaksin Nusantara Masuk Uji Klinis Fase III
Politikus PDI Perjuangan itu juga mengungkap tak ada efek samping atau keluhan setelah dirinya menjalani vaksinasi.
Adian justru kemudian berkelakar. Dia mengatakan vaksin Nusantara tak membuat ketampanannya berkurang.
"Istri bahagia, kita bahagia, tidak ada gangguan medis yang sama alami. Ketampanan tidak berkurang sama sekali. Semua masih dalam rangka normal," kata Adian.
Baca juga: CEK eform.bri.co.id/bpum/banpresbpum.id, Cek Penerima BLT UMKM 2021 Tahap 3 & 2, Link & Cara Daftar
Rekomendasi Komisi VII DPR
Dalam kesimpulan rapat itu, Komisi VII DPR RI menyetujui agar Vaksin Nusantara dilanjutkan risetnya atau masuk ke uji klinis fase III.
"Komisi VII DPR RI mendukung penuh pengembangan vaksin imun Nusantara oleh Dokter Terawan Agus Putranto dan mendesak lanjutan uji klinis fase III yang sesuai dengan kaidah uji klinis, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah," ujar Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno saat membacakan kesimpulan hasil rapat di Ruang Rapat Komisi VII DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (16/6/2021).
Kesimpulan lain, Eddy memaparkan bahwa pihaknya mendukung agar Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Ismunandar memasukkan riset Vaksin Nusantara berbasis sel dendritik sebagai salah satu pengembangan riset vaksin pihaknya.
Berikutnya, Komisi VII DPR turut mendukung pengembangan segala jenis pengembangan Vaksin Covid-19 yang ada di Tanah Air.
Sebab, kata Eddy, itu adalah bentuk inovasi anak bangsa untuk menuju kemajuan dan kemandirian Indonesia.
Kesimpulan terakhir, Komisi VII menyepakati Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 untuk segera merampungkan pengembangan vaksin Merah Putih.
Dengan demikian, lanjutnya, vaksin Merah Putih dapat segera diproduksi secara masif dan digunakan masyarakat.
"Dengan tetap memperhatikan standar uji klinis keamanannya agar produksinya dapat segera digunakan untuk masyarakat luas," kata Eddy.
Baca juga: Tes DNA Pasien ODGJ Keluar, Ternyata Bukan Abrip Asep, Polisi yang Hilang Saat Tsunami Aceh
Alasan Terawan Gandeng AS
Dalam kesempatan itu, Terawan Agus Putranto mengaku sengaja menggandeng Amerika Serikat (AS) untuk mengembangkan Vaksin Nusantara.
Pernyataan itu muncul setelah Anggota Komisi VII DPR RI Adian Napitupulu menanyakan mengapa riset vaksin Nusantara penting untuk dihentikan.
Adian menanyakan apakah itu perlu dihentikan karena perihal anggaran yang besar atau adanya potensi bahaya usai disuntik vaksin Nusantara.
"Dalam kasus Vaksin Nusantara apa sih yang dikhawatirkan dari proses riset ini? Apa sih kekhawatiran negara jika riset dilakukan?" tanya Adian dalam rapat.
"Misalnya ada kerugian negara yang sangat besar di situ, membahayakan negara, membahayakan penduduk? Atau apa yang membuat sepertinya ada sesuatu yang sangat penting membuat ini harus dihentikan," lanjut Adian.
Baca juga: Terawan Sebut Vaksin Nusantara dapat Digunakan untuk Menangkal Varian Baru Corona
Namun, Terawan menjelaskan alasan dirinya menggandeng AS, dalam hal ini perusahaan Aivita Biomedical, yang diketahui memproduksi antigen SARS CoV-2 yang digunakan dalam proses pengembangan vaksin Nusantara.
Dia mengatakan sengaja menggandeng AS agar standar vaksin Nusantara juga mengacu pada negara luar. Sehingga nantinya dapat diakui pula oleh negara lain.
"Sengaja saya menggandeng Amerika, supaya standarisasinya sama," ujar Terawan.
"Dan tujuannya apa di kemudian hari, bahwa apa yang kita kerjakan di Indonesia ini bukan sekedar standar Indonesia, tapi standarnya juga mengacu pada luar sehingga nantinya juga diakui. Untuk pendapat-pendapat yang lain, saya tidak mengerti karena saya dalam lingkup seorang peneliti," tandasnya.