Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kemendikbudristek: Keberanian Bank Beri Modal Kepada Start Up di Tanah Air Masih Minim

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Ristek, Nizam mengatakan keberanian bank untuk memberikan modal bagi start up di tanah air masih minim

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Kemendikbudristek: Keberanian Bank Beri Modal Kepada Start Up di Tanah Air Masih Minim
Tribunnews.com/Srihandriatmo Malau
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud ristek, Nizam. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Ristek, Nizam mengatakan keberanian bank untuk memberikan modal bagi start up di tanah air masih minim.

Padahal dengan mendorong start up, menurutnya sama dengan menciptakan mesin investor di tanah air untuk membangun venture capital di masa depan.

Berkaca pada start up yang ada di Amerika Serikat (AS), tidak semua start up di negara itu berhasil.

Bahkan di Amerika sendiri memiliki tingkat kegagalan start up tinggi dan yang berhasil serta tumbuh hanya berkisar 7 persen.

"Keberanian itu belum ada di tanah air. Bank tidak berani memberikan modal pada start up ini. Padahal kita menciptakan mesin investor di tanah air, membangun venture capital, membangun CSR yang tidak hanya sekedar CSR, tapi membangun start up muda sebagai bagian rantai pasok global," kata Nizam dalam webinar Kemendikbud Ristek bekerja sama dengan USAID, Rabu (16/6/2021).

Pada tahun ini, Kemendikbud Ristek melakukan gebrakan yang masif terkait pengembangan start up lewat Festival Kampus Merdeka yang dilaunching Mendikbud Ristek Nadiem Makarim Selasa kemarin.

Baca juga: Kemendikbudristek Sarankan PTM Terbatas Digelar di Luar Sekolah

Berita Rekomendasi

Nizam mengatakan bagi Kemendikbud, membangun ekosistem start up dinilai penting.

Pengembangan tersebut tidak hanya berfokus kepada mahasiswa yang mendirikan start up saja, juga pengembangan dari hulu hingga hilir.

Karena banyak start up yang gagal karena tidak dihubungkan dengan penerima manfaat, tidak dihubungkan dengan calon konsumennya, mulai dari rantai pasok hingga pendistribusiannya.

"Temen start up biasanya gagalnya karna speakernya tidak berfungsi, karena tidak berkelanjutan, siapa yg akan membeli produknya. Ini kita hubungkan untuk rantai pasok dan distribusinya," ujar Nizam.

Baca juga: Kemendikbudristek: Sekolah Tak Wajib Tuntaskan Penyampaian Kurikulum dalam PTM Terbatas

"Misalnya dengan Sinarmas, apa yang dibutuhkan Sinarmas, kita kawal hulunya. Apa yang dibutuhkan Indofood kita kawal hulunya, rantai pasoknya, bagaimana agar petani mendapat nilai tambah tinggi, bagaimana meningkatkan Quality Assurance sehingga produk bisa masuk supermarket bagus di kota, kita bangun ekosistemnya agar start up tumbuh kembang pesat," ujar Nizam.

Nizam mengatakan pada tahun 2020 sudah ada 25 start up tanah air yang mulai nampak dan pada tahun ini ada 1.000 CEO bergabung dalam program ini.

Baca juga: Kemendikbudristek: 300 Lebih Perusahaan Bergabung Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat

Karena itu, Kemendikbud Ristek bekerja sama dengan USAID untuk membangun ekosistem yang baik bagi start up Indonesia.

"Saya berharap pada Peter membawa itu ke ekosistem di AS, karena ekosistem disana berjalan," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas